Manado, Barta1.com – Catatan statistik terbaru menyebut rata-rata orang menghabiskan $1.638 untuk belanja bingkisan, ongkos traveling, dan bujet hiburan selama cuti Natal tahun 2024. Pengeluaran yang setara dengan penghasilan 1.872 petani miskin.
Fakta getir, mengingat ancaman resesi ekonomi global yang diramal menyentuh angka 35 persen pada penghujung tahun. Krisis keuangan yang diperkirakan akan mencoret 402 juta orang dari status pekerja aktif.
Dari semua angkatan umur, generasi milenial diperkirakan bakal paling kalap membobok celengan untuk menandaskan hasrat belanja. Pengeluaran mereka selama liburan Natal diprediksi naik 22 persen dibanding tahun lalu.
Perampokan terang-terangan itu tidak hanya menjadi tabiat di dunia nyata. Sebanyak 44 persen orang sudah berencana membagi adil jatah jajan bingkisan dan makanan Natal di toko atau troli belanja via online.
Perayaan Natal—sama seperti momen hari besar agama lainnya- begitu mudah dikomersilkan. Perusahaan dengan curang mengekploitasi nostalgia masa kecil para calon konsumen yang mengidentikan hari raya dengan belanja menghamburkan uang.
Film-film anyar dirilis menjelang akhir tahun dengan harapan keluarga menghabiskan waktu liburan sambil memamah popcorn di bangku bioskop. Parade iklan menginvasi acara televisi. Menghipnotis pemirsa dengan beraneka barang dagangan bertema Natal.
Semangat berbagi yang menjadi ciri khas Natal, disusutkan maknanya hingga hanya berhenti sebagai gairah belanja. Padahal, tujuan ‘membeli’ sudah pasti tidak setara dengan nilai tulus ‘memberi’.
PESTA KESEDERHANAAN
“Makna Natal (sejatinya) adalah pesta kerendahan hati. Pesta kesederhanaan, bukan kemewahan. Jadi bukan membeli sesuatu yang baru atau mahal,” kata Romo Stepanus Istata Raharjo Pr, Selasa (24/12/2024).
Sebagai Pastor Kepala, Romo Istata Raharjo bertanggung jawab melayani jemaat 4 gereja kecil di Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Mungkid.
Dibantu Romo Emanuel Maria Supranowo Pr, pastor Paroki Gereja St Kristoforus melayani sekitar 3 ribu jemaat yang terbagi di Gereja Santo Yusup di Dusun Wonokerso, Kapel Katolik Santo Yulius di Dusun Jibulan, Gereja St Kristoforus di Dusun Banyutemumpang, serta Gereja Katolik St Petrus Kanisius di Kecamatan Mungkid.
Romo Istata merasa, semangat kesederhanaan dalam Natal, cocok disampaikan dan disebarkan kepada para jemaatnya. Dia sering menyisipkan pesan hidup sederhana, merawat tradisi, dan menjaga lingkungan pada peribadatan gereja.
“Saya melayani umat di daerah yang wilayahnya desa, bukan kota. Kekayaan khasanah lokalitas yang kita miliki ya seni dan tradisi.”
Pada perayaan Natal tahun lalu, pemuda Gereja Santo Yusup Wonokerso menghias altar gereja dengan geber wayang kulit. “Dekorasinya full Jawa. Di tengah altar ada geber wayang,” kata Yosaphat Ragil, Ketua Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Santo Yusup.
Penulis: Agustinus Hari
Sumber: Suara.com
Discussion about this post