Manado, Barta1.com – Di Starbucks Coffee, yang terletak di Kawasan Megamas, Fidi Pebriyanto menceritakan pengalamannya, bagaimana dunia pendakian berperan penting dalam membantu memperbaiki kondisi mentalnya.
Coffe Frappuccino menjadi pelengkap pada cerita pemuda kelahiran Boyolali, 30 Januari 2001 itu. Dengan tenang, ia menceritakan awal mula ketertarikannya pada pendakian, yang bermula dari ajakan sahabatnya, Muhammad Farhan Latif. “Saya diajak Farhan mendaki Gunung Lokon pada 10 Juni 2023. Itu pengalaman yang sangat menarik dan membuat saya ingin mencoba lagi,” ungkap Fidi kepada Barta1.com, Minggu (20/10/2024).
“Pendakian memberi saya kesempatan untuk terhubung dengan alam, di mana suara ranting yang bergesekan lembut, cicitan burung di kejauhan, gemercik air yang mengalir, serta hembusan angin yang menyentuh kulit mampu mengajak kita berhenti sejenak dari keramaian hidup sehari-hari. Semua elemen alam ini dapat membantu menenangkan, merefleksikan diri, dan menjaga keseimbangan mental secara alami,” ujar Fidi dengan senyum penuh ketenangan.
Pemuda yang memiliki hobi berlari ini menambahkan bahwa ketika ia beraktivitas di alam, ia dapat beristirahat dari media sosial selama 24 jam penuh. Hal tersebut membantunya untuk kembali merasa lebih tenang dan terhubung dengan dirinya sendiri.
“Selain itu, dunia pendakian juga memberikan kesempatan untuk bertemu dengan sahabat-sahabat yang memiliki hobi produktif, sehingga kita dapat saling mendukung dan berbagi energi positif dalam kegiatan yang bermanfaat,” tuturnya.
Anak pertama dari pasangan Bejo dan Harni itu, setelah menyeruput kopinya, mulai melanjutkan ceritanya tentang pengalamannya mendaki beberapa gunung di Jawa Tengah selama sebulan penuh.
“Saya pernah melakukan pendakian selama sebulan di tiga gunung berbeda, yaitu Sindoro, Slamet, dan Sumbing. Pengalaman itu saya raih saat kembali ke Jakarta selama liburan Lebaran,” katanya.
Menurut Fidi, ia memulai pendakian pada tanggal 13 April 2024 ke Gunung Sindoro, yang kemudian dilanjutkan pada tanggal 20 April 2024 ke Gunung Slamet, dan ditutup dengan pendakian ke Gunung Sumbing pada tanggal 27 April 2024.
“Pengalaman pendakian selama sebulan ini mengajarkan bahwa dengan niat dan semangat yang kuat, kita dapat mengejar passion sambil menyelesaikan tanggung jawab, karena setiap langkah di alam merupakan perjalanan menuju penemuan diri,” terangnya.
Fidi terlihat berpikir, mengingat kesulitan yang sering dialaminya saat mendaki. “Kita tidak dapat memprediksi cuaca, seperti hujan deras atau kabut tebal yang dapat menghalangi penglihatan. Selain itu, setiap gunung memiliki medan yang terjal dan licin, sehingga membuat langkah menjadi sulit, terutama di jalur yang belum pernah dilalui sebelumnya.”
“Saya pernah mengalami kelelahan fisik akibat membawa beban yang terlalu berat dalam waktu yang lama, apalagi ketika harus tidur di alam dengan peralatan yang terbatas,” ucapnya.
Oleh karena itu, mahasiswa akhir Universitas Sam Ratulangi Manado ini menekankan pentingnya memperhatikan beberapa hal untuk terhindar dari kesulitan dan kecelakaan selama perjalanan, salah satunya adalah persiapan fisik, yang dapat dilakukan dengan rutin berolahraga, seperti lari atau gym, untuk melatih stamina.
“Selanjutnya, penting untuk menyiapkan peralatan yang tepat, seperti sepatu gunung yang kuat, jaket tahan air, dan matras tidur yang nyaman, serta tenda dan perlengkapan lainnya. Selain itu, perlu memperhatikan prakiraan cuaca sebelum melakukan pendakian dan mempersiapkan perlengkapan tambahan jika cuaca diperkirakan buruk,” imbuhnya.
Selanjutnya, penting untuk menyiapkan teknik pendakian yang benar, seperti menjaga ritme dan langkah yang stabil, serta memanfaatkan trekking pole untuk membantu menjaga keseimbangan di medan yang sulit.
Fidi menambahkan, “Setiap perjalanan membutuhkan istirahat yang cukup. Pastikan untuk beristirahat secara berkala dan mengonsumsi makanan yang memberi energi. Terakhir, teamwork sangat penting, di mana setiap anggota tim yang melakukan pendakian bersama harus saling mendukung, terutama saat menghadapi medan yang sulit dan cuaca yang buruk.”
Ketika semua hal yang disebutkan tadi mampu dijalankan, maka setiap pendaki akan menemukan cerita dan pengalamannya tersendiri, apalagi ketika melihat fenomena awan lenticular yang menyerupai topi di Gunung Sumbing. Pemandangan seperti ini, jarang ditemukan di Sulawesi Utara.
“Sedangkan di Gunung Sindoro itu, setiap pendaki akan disuguhkan dengan keindahan sunrise yang begitu memukau dengan latar belakang Gunung Sumbing yang berdiri megah. Untuk Gunung Slamet sendiri, saya dapat menikmati cuaca yang begitu cerah dengan pemandangan kawahnya yang menjulang setinggi 3,428 MDPL. Apa yang dilihat merupakan sebuah keajaiban alam, dan sangat berkesan,” ungkapnya lagi.
Bahkan setiap pendaki akan menemukan berbagai tumbuhan dan hewan dalam setiap perjalanan, di Gunung Slamet sendiri, Fidi melihat hutan lumut yang begitu indah, seperti yang dia ditemukan di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
“Di Gunung Sumbing dan Sindoro saya melihat elang sedang berterbangan di udara, mengingat spesies ini sering dijumpai di Pulau Jawa,” kata Fidi.
Setelah menceritakan keindahan dan kekayaan dari setiap Gunung yang dijajaki, pemuda berusia 23 tahun itu juga menceritakan hal-hal yang tidak bisa dilakukan saat melakukan pendakian.
“Setiap perjalanan saya selalu diingatkan untuk bisa menjaga sikap dan lisan, sesuai dengan pesan orang tua dan mbah saya. Beberapa hal yang dilarang adalah berkata kasar dan merusak alam, serta menghormati setiap budaya dari setiap masyarakat yang tinggal di sekitar pegunungan. Selain itu juga, harus menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan,” cetusnya.
Saat Fidi mulai menghabiskan minumannya, kembali ia ditanyakan berkaitan dengan materi (uang) yang digunakan untuk menunjang perjalannya. “Setiap perjalanan itu, saya mendapatkan uang dari hasil kerja di salah satu perusahaan Agency di Jakarta. Dari perkerjaan itu, saya memiliki penghasilan yang cukup. Bahkan saat ini juga, sedang berfokus pada beberapa saham perusahaan yang dimiliki, yang memberikan kontribusi tambahan pada aktivitas pendakian.”
“Dari penghasilan yang berkecukupan, saya memiliki target ke depannya untuk berpergian ke beberapa Gunung, setelah diwisuda, seperti Latimojong, Rinjani, dan Gunung Agung. Ketika ketiganya bisa dicapai, selanjutnya akan menjajaki Gunung Merbabu dan Gunung Lawu. Dari kesemuanya itu, saya akan mencoba mengeksplorasi lebih banyak keindahan alam Indonesia dan mencoba menambah pengalaman yang lebih banyak lagi” sahutnya.
Setiap perjalanan itu memiliki tujuan yang di mana dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan, kebugaran, serta terkoneksi dengan alam.
“Dari setiap pendakian saya ingin menginspirasi banyak orang dalam menjalani gaya hidup aktif, dengan menikmati keindahan alam, serta memperkuat hubungan dengan teman dan komunikasi melalui pengalaman bersama di luar ruangan. Sekali lagi, pendakian dapat memperbaiki kesehatan mental,” pungkasnya. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post