Minut, Barta1.com – Setelah mengunjungi makam Tuanku Imam Bonjol, siswa-siswi binaan Komunitas Dinding Manado melanjutkan perjalanannya mengunjungi Kawasan wisata Bendungan Kuwil Kawangkoan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawasi Utara, Sabtu (2/12/2023).
Memasuki Bendungan Kuwil Kawangkoan setiap pengunjung akan disajikan dengan berbagai pernak-pernik adat Minahasa, seperti patung cakalele, burung Manguni, perkuburan waruga, bahkan ada beberapa patung bidadari. Kesemuanya, memiliki ceritanya.
Bukan itu saja, setiap pengunjung bisa menikmati beberapa pondok yang sudah tersedia. Apalagi bagi setiap keluarga, yang akan berpergian liburan. Ada juga beberapa spot lokasi yang sangat baik untuk dijadikan tempat santai dan baik untuk sesi pengambilan gambar.
Dari hal itu pula membuat beberapa siswa-siswi Komunitas Dinding Manado bertanya – tanya terkait adat Minahasa dan manfaat dari Bendungan Kuwil kepada salah satu pemandu wisata budaya waruga, Dekie Karongkong.
“Adik – adik sudah masuk ke sini, apa-apa yang sudah dilihat?. Tentunya, yang dilihat pertama adalah burung Manguni. Falsafah burung Manguni bagi masyarakat Minahasa itu sangat kental, dikenal sebagai pembawa kabar atau tanda, sebelum terjadi sesuatu,” ungkap Dekie di hadapan puluhan siswa-sisiwi Dinding Manado.
Selanjutnya, kata Dekie, ada tarian cakalele yang merupakan tarian perang dari budaya Minahasa. Dahulunya perang itu dilakukan bukan melawan penjajah, namun sesama Minahasa untuk menunjukkan siapa yang terkuat. Begitulah cara Belanda pada saat itu, demi menguasai daerah Sulawesi Utara dengan membuat suku Minahasa saling berkelahi. Setalah mereka selesai berperang, kemudian disambut dengan tarian kabasaran. Baik kalah maupun menang, tarian terus diserukan.
“Kemudian di Minahasa ini ada beberapa suku, di antaranya bantik, tonsawang, tombulu, tonsea, tontemboan dan lainnya,” singkatnya.
“Berikutnya adik-adik bisa melihat ada patung putri pada saaat masuk, itu merupakan cerita Tumatenden. Bagi orang tonsea cerita Tumatenden itu sangat kental. Ini merupakan cerita rakyat, yang sudah dikenal banyak orang. Cerita seperti ini bukan hanya ada di daerah tonsea saja, tapi ada juga di luar daerah,” tuturnya.
Dekie mencoba menjelaskan cerita rakyat tentang seorang putri turun ke Bumi, dimana setiap warna pada pelangi itu menjadi seorang putri. Jika pelangi ada 7 warna, begitu juga Tumatenden. Tapi di sini, replikanya ada 9.
“Di sini juga ada perkuburan kuno waruga dan perlu adik-adik tau waruga yang sudah dilihat ini dari tahun 6 ratusan, tapatnya abat ke 16. Berarti waruga ini sudah berusia 400 tahun, begitulah cerita sejarah di Minahasa sampai ke waruga ini,” tambahnya.
Kemudian adik – adik sudah melihat Bendungan Kuwil Kawangkoan. Bendungan itu sedianya seperti kolam, untuk menampung air.
“Bendungan Kuwil Kawangkoan ini memiliki 3 fungsi, yang pertama meminimalisir banjir di Kota Manado, kedua air baku. Air baku ini bisa diolah untuk menjadi air minum, sebentar air ini juga akan didistribusikan untuk masyarakat Kota Manado, Bitung, dan Minahasa Utara, yang terakhir untuk pembangkit listrik. Di Bendungan Kuwil Kawangkoan ini juga di pasang jaring. Jaring ini tujuannya untuk mencegah sampah,” ucapnya.
Salah satu siswi Dinding Manado, Sofiana Kesya Ishak, mengatakan banyak hal yang bisa didapatkan saat berkunjung di Bendungan Kuwil Kawangkoan ini, dimana dirinya bisa mengetahui sejarah Minahasa dan manfaat dari Bendungan ini.
Sementara itu, sekretaris Dinding Manado, Hengkie Paulus Tondatuon, mengharapkan setiap pengetahuan yang didapatkan ini bisa berguna bagi anak-anak ini, setidaknya ketika ada yang bertanya apa kegunaan dari Bendungan Kuwil Kawangkoan ini pastinya mereka bisa menjawabnya. Kemudian, ketika melihat adanya tarian kabasaran pasti mereka sudah tau, apa maksudnya. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post