Manado, Barta1.com — Mahasiswa semester akhir Universitas Prisma Manado, Fritztian Riantama Tite diduga dipersulit oknum pengajar. Mahasiswa Jurusan Informatika ini menyebut sang dosen berinisial NDP terkesan pilih kasih dalam menyelesaikan studi akhir mahasiswanya.
“Di sini saya menuntut keadilan, dimana sudah berapa kali proses ujian proposal saya ditunda oleh dosen D ini, selaku Kaprodi Teknik di Universitas Prisma Manado,” ungkapnya kepada Barta1.com, Minggu (14/05/2023),
Tite merasa dirugikan karena proses ujian proposalnya ditentukan berdasarkan voting mahasiswa lain yang diarahkan dosen tersebut.
“Saya bingung di kampus Prisma ini. Untuk maju proposal saja, ditentukan dengan voting mahasiswanya. Bukan dari usaha mahasiswa untuk menemui dosen bersangkutan, saya mengeluhkan persoalan ujian proposal ditentukan dari voting ini. Dan di sini juga, baru tahapan ujian proposal sudah sampai Bab 4, makin membingungkan,” kata dia.
Baca Juga: Universitas Prisma Klarifikasi Persoalan Oknum Dosen yang Dituding Mempersulit Mahasiswa
Ia menyebut, baru kali ini menemukan dosen pembimbing yang menyulitkan mahasiswanya.
“Pembimbing seharusnya membantu mahasiswanya, bukan mempersulit,” sahutnya.
Merasa dipersulit, dia melakukan pengeluhan. Tetapi alasan dari dosen tersebut, bahwa dia malas menghadapnya, sudah banyak alasan yang disampaikan ketika dia mengeluhkan persoalan yang dihadapi.
Terlihat pula, kata Tite, dirinya akan dipersulit lagi di semester selanjutnya dengan alasan dari dosen tersebut bahwa dirinya malas.
“Padahal saya sudah beberapa kali menghadap dosen pembimbing saya ini, tetapi hampir semua isi pada proposal saya di coret-coret. Dia menyebut, salah dan harus dirubah semuanya,” imbuhnya.
“Jika dirubah lagi semuanya, berarti dimulai dari Bab 1 sampai 4, saya menyampaikan sudah tidak punya anggaran lagi untuk melakukan perbaikan dari awal, seperti biaya print dan sebagainya. Namun ditanggapi oleh pembimbing saya ini, bahwa sidang skripsi sudah mau ditutup. Nanti lanjut tahun depan saja,” terangnya sembari menyebut proses untuk ujian proposal mahasiswa harus membayar Rp 1,5 juta, sedangkan tugas akhir membutuhkan anggaran hingga Rp 3 juta.
Kemudian, menurut Tite, baru di Kampus Prisma Manado lulusan S1 mengajar ke calon S1.
“Oknum dosen di sini terlalu banyak meminta-minta uang kepada mahasiswanya, apalagi bagi yang akan mengikuti ujian. Terus bagaimana dengan kondisi mahasiswa yang berkekurangan,” katanya.
“Sebenarnya di Kampus Prisma Manado ini banyak keluhan dari mahasiswa, tetapi mereka tidak berani mengungkapkannya. Namun, untuk kebaikan semuanya saya harus berani mengungkapkan permasalahan ini,” kata dia lagi.
Kaprodi Teknik Prisma Manado, NDP, ketika dikonfirmasi Barta1.com pada pukul 13.04 Wita melalui WhatsApp dengan nomor 0853 xxxx xxxx tidak dibalas. Kemudian, ditelepon 2 kali melalui WhatsApp juga tidak diangkat.
Berselang panggilan tak diangkat, masuk pesan chatting melalui WhatsApp dari dia, “Maaf, sedang tidak bisa mengangkat, karena sedang mengikuti kegiatan. Nanti saya, hubungi kembali.”
Tite menyampaikan bahwa oknum dosen ini mengirim pesan kepadanya melalui chat WhatsApp bahwa dirinya disuruh menghadap wakil rektor II dan III, bahkan katanya akan hadir Rektor Prisma Manado menemuinya pada esok hari.
“Informasi ini harus disampaikan, agar tidak membuat mahasiswa disusahkan lagi,” tambahnya. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post