Manado, Barta1.com – Kiprahnya di pentas sepakbola nasional cukup mentereng. 16 tahun merumput bersama Putra Samarinda dan pernah melanglang buana ke sejumlah klub papan atas Indonesia, termasuk Perkesa Mataram Yogyakarta.
Hans Nuruwe Beslar, menjadi satu dari sekian banyak pemain Sulut yang tampil mengkilab dan diperhitungkan pemain-pemain terbaik Indonesia. Itu sebabnya, karena tampil dingin dan disiplin, ban kapten Putra Samarinda pernah disematkan kepada putra Tomohon tersebut.
PSIR Rembang menjadi pelabuhan terakhir pemain yang dilahirkan dari klub Apollo Tomohon dan Unoson Manado sebelum mengadu nasib di Jakarta, Yogya hingga Samarinda dan kota lain.
Setelah gantung sepatu atau tidak bermain bola lagi, Hans kini merintis sekolah sepakbola (SSB) yang beralamat di Kelurahan Buha, Kecamatan Mapanget. “Kebetulan ada lahan keluarga, saya merintis SSB untuk anak-anak di Buha dulu. Karena tujuannya meminimalisir kenakalan mereka,” ujar Hans ditemui di lapangan SSB yang akan dikelolanya, Sabtu (18/7/2020).
Namanya SSB Hanztesya, yang merupakan gabungan dari namanya, istri dan anak. “Fasilitas yang sedang dibangun berupa dua lapangan mini, tribun dan lahan parkir. Ada juga tempat fitnes. Dan ke depannya dibangun lapangan orang dewasa hingga cafe. Saya punya cita-cita kelak bikin akademi dan melahirkan pemain bola nasional dari Manado,” kata Hans.
Saat ini SSB-nya belum jalan karena terkendala Covid-19. Kemudian masih menyiapkan berbagai administrasi sebagai sebuah SSB. “Jika Covid-19 mereda, latihan akan segera dimulai. Sebab, sudah banyak anak-anak yang mendaftar untuk latihan, termasuk dari luar Kelurahan Buha,” pungkasnya.
Peliput : Agustinus Hari
Discussion about this post