Manado, Barta1.com — Pengadaan unit finger print di SD Negeri Winangun Kota Manado berbuntut masalah. Situasi itu dipicu postingan salah satu orang tua (ortu) siswa di media sosial yang menyoal pembelian mesin absensi tersebut dipungut dari kantong pribadi tenaga opengajar
Postingan Henny Soetrisno (60) di akun Facebook-nya tak disangka ditanggapi serius pihak SDN Winangun. Dalam postingan itu Henny, orang tua salah satu siswa di sekolah itu, menanyakan latar belakang pengadaan mesin finger print yang dibeli menggunakan dana pribadi guru. Padahal setahu dia pembelian barang-barang semacam ini lazimnya menggunakan dana BOS.
“Jadi tidak ada niat saya menuduh atau meneror pihak sekolah lewat postingan itu, hanya mempertanyakan saja,” kata Henny, ditemui Barta1 di kantin SDN Winangun Jumat (18/10/2019)
Awalnya dia mengetahui perihal pembelian mesin finger print dari tuturan salah satu tenaga honorer sekolah tersebut. Pegawai itu, lanjut dia, dengan raut muka kusut, mengeluh entah mau ambil uang di mana untuk dikumpulkan membeli fingerprint machine.
“Dia juga mengaku ada unsur pemaksaan dari Kepala Sekolah,” jelas Henny.
Setelah mengkaji hasil pembicaraan honorer tersebut, Henny bertemu dengan Kepsek. Tapi tidak disangka saat di dalam ruangan sudah ada Ketua Komite Sekolah yang disebut Henny melakukan pengancaman terhadap dirinya.
“Saya sebenarnya tidak mau memosting ini di media sosial. Tapi, karena saya dikepung oleh ketua komite dan anggota komite akhirnya saya marah dan memosting hal tersebut yang hanya bersifat bertanya tanpa ditujukan ke siapapun,” tuturnya.
Lebih lanjut Henny menegaskan dirinya merasa dirugikan dan melayangkan somasi kepada pihak sekolah. Jika ada mediasi yang dilakukan silakan saja, tetapi tetap somasi akan terus berjalan
Sementara Itu Telly Rorintulus selaku Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Winangun Manado yang ditanyai masalah ini oleh media mengatakan pembelian fingerprint machine dengan cara patungan dari tiap guru merupakan inisiatif dirinya, karena sudah dituntut untuk absen harus menggunakan fingerprint.
“Hal ini juga berlaku hanya kepada yang sudah pegawai negeri sipil (PNS) sedangkan untuk tenaga honorer saya yang membayar untuk patungan mereka,” aku Telly.
Dikatakanya, untuk uang yang dikumpulkan dari guru-guru tersebut akan dikembalikan. Apalagi memang tidak ada keberatan dari semua guru karena yang dibeli merupakan kebutuhan bersama.
“Untuk semua yang menambahkan uang akan diganti dengan anggaran setoran sekolah dari kantin dan ketika sudah ada dana bantuan operasional sekolah, maka uang setoran yang dipakai dari kantin itu akan kembalikan,” katanya lagi.
Dia juga membantah ada pengancaman pada Henny saat bertemu dengan Komite Sekolah.
“Pertemuan saat itu tanpa sengaja bertepatan dengan kedatangan ketua komite yang mau menanyakan kebenaran postingan tersebut,” jawab Telly. “Saat bertemu saya sudah menyampaikan permintaan maaf jika ada salah dan mempertanyakan alasan kenapa diposting hal tersebut, tetapi ditanggapi dengan nada kasar dan suara tinggi,” tambah dia. (*)
Peliput : Albert P Nalang
Discussion about this post