Bitung, Barta1.com – Suasana kerukunan antar umat beragama di Kota Bitung beberapa kali sempat terusik dan nyaris terjadi kerusuhan. Penyebabnya hanya karena persoalan sepele, seperti saling curiga satu agama dengan agama yang lain. Beruntung saja konflik seperti itu cepat diatasi.
Padahal sesungguhnya, masyarakat Kota Bitung sejak dulu sangat menjaga sikap toleransi diantara sesama umat beragama. Itu ditunjukkan dengan lokasi rumah ibadah yang saling berdekatan. Dan hanya dipisahkan dinding saja.
Seperti di Tandurusa Lingkungan 2, Kecamatan Aertembaga. Sebuah bangunan mesjid yang berdampingan langsung dengan dua gedung gereja sekaligus.
Adalah Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) Siloam Tandurusa dan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Tandurusa dan Mesjid AL-Fajar Tandurusa.
Tiga tempat ibadah ini lumayan lama berdiri dan jemaatnya hidup berdampingan.
Jarak dari pusat Kota Bitung menuju Tandurusa hanya 7,1 km sehingga bisa dengan mudah menemukan tempat-tempat ibadah tersebut.
Diketahui Mesjid AL-Fajar Tandurusa berdiri tahun 2004, GMAHK Tandurusa dibangun pada 15 Desember 1997 dan KGPM Siloam Tandurusa yakni 3 Maret 1963.
Siapa pun warga datang berkunjung ke Tandurusa, pasti mata mereka tertuju pada ketiga bangunan ibadah yang berdampingan itu. Warga setempat sering menyebutkan ketiga pembangunan merupakan Gedung Jumat Sabtu dan Minggu, sehingga nama lorong juga dinamakan Lorong Jumat Sabtu dan Minggu.
Maksud dari sebutan itu menandakan bahwa ibadah ketiganya berurutan. Jika muslim melakukan sholat Jumat, Advent pada hari Sabtu dikenal sebagai hari ketujuh menandakan sabat berhubungan dengan Yesus dan hari Minggu hari beribadah bagi jemaat KGPM.
Ellen Kakelome (56) yang tinggal di Lorong Jumat Sabtu Minggu sejak 1995, mengatakan sampai saat ini, kerukunan antar warga masih terjaga sampai saat ini. “Kami hidup rukun-rukun satu dengan yang lain,” katanya, Jumat (30/8/2019).
Pdt Charles Mandagie SAg dari GMAHK Tandurusa, mengatakan selama dirinya bertugas tidak pernah mendengar kesalapahaman antar ketiga umat beragama yang berdampingan.
“Melainkan kita saling menghormati satu dengan yang lain, dalam menjaga keharmonisan dan kerukunan. Contohnya, jika ada salah satu jemaat sedang beribadah kami menghormati untuk tidak ribut,” kata Charles.
Begitu juga disampaikan Pembantu Imam Mesjid AL-Fajar Tandurusa, Ardin Lariyo (52). Ia menyampaikan kebersamaan itu sangat terlihat pada kuncian tahun. Tiga gereja berdampingan ini melakukan kegiatan bersama dengan makan bersama untuk meningkatkan kebersamaan. “Saya berharap kerukunan seperti ini harus terus dijaga dan dipertahankan sampai kapan pun,” ujar Ardin.
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post