Keyakinan dan peristiwa masa lampau telah menjejakan kelam bagi para artis tato. Para perajah harus mengedukasi siapa saja bahwa karya mereka di atas kanvas kulit manusia adalah seni sejati, yang membutuhkan kemampuan, pengalaman dan bahkan profesionalitas.
Barta1 menemui Cliff Valentino Eman pada Senin (18/03/2019) siang di rumahnya, kawasan Mapanget Kota Manado. Lelaki berkulit putih ini adalah seorang arsitek. Namun belakangan profesi itu perlahan dia tinggalkan. Beberapa bulan terakhir Cliff berkonsentrasi sebagai artis tato profesional dan membuka studio di rumahnya, Raven Tattoo Studio. Dia menyebut kerja-kerja menggambar gedung mulai melelahkan dan mencari tantangan berbeda pada medium kulit manusia.
Cliff mengaku terus melawan stigma negatif yang dipercayai masyarakat bahwa tubuh yang ditato identik dengan dunia hitam. Untuk itu, dia juga harus melawan stigma pendosa pada artis tato dan kliennya. Di bagian dunia lain kata dia, tato sudah menjadi gaya hidup. Dan para artis tato dihargai sesuai karya seni yang mereka ciptakan.
“Di sini di Manado kita punya budaya yang berbeda, selain harus terus mengedukasi orang-orang bahwa ini adalah seni dan tato ini tidak ada kaitan sedikit pun dengan kejahatan, tato bahkan bagi beberapa kalangan adalah gaya hidup dan artis tato adalah profesi seperti halnya dokter atau pengacara,” kata dia.
Seni tato sudah ada sejak ribuan tahun lampau. Gambar pada kulit manusia pernah ditemukan pada Mumi Mesir yang diurai peneliti hidup pada tahun 1300 sebelum masehi. Setelah tato melalui pergelutan zaman, Cliff mengklaim saat ini dan ke depan kerja seni ini bisa menjadi sandaran hidup. Budaya tato tak akan lekang tergencet waktu, baik kini maupun di masa datang.
Dari lelaki ini, Barta1 sedikit banyak bisa mengetahui beberapa hal teknis pada seni merajah tubuh manusia. Mesin gambar yang digunakan ada beberapa macam. Mesin coil seperti yang digunakan Cliff ternyata tidak seringan pulpen. Sisi atasnya berbentuk besar persegi memuat core untuk menggerakan jarum di ujung lainnya yang lebih pipih.
Karena bebannya yang relatif besar untuk menggambar, jelas butuh keahlian khusus agar gambar yang dihasilkan memenuhi kepuasan artis tato dan terutama konsumennya. Gerakan jarum pada mesin jenis ini naik turun, sementara ada pula mesin lainnya yang bergerak memutar seperti kipas.
Tinta tato pun bermacam-macam dengan kualitas berbeda. Untuk mendapatkan hasil yang baik, artis tato perlu memiliki kemampuan separasi warna tinta. Feeling-nya mencampur warna juga perlu terus diasah agar bisa memainkan teknik gradasi yang mumpuni pada gambar yang dihasilkan.
Cliff sendiri menyebut karyanya bermazhab realis. Banyak gambar yang dia hasilkan atau siap diproduksi bermotif wajah manusia. Sedangkan di luar sana aliran tato ini juga beragam. Ada yang surealis, black and grey, water colour, tribal, geometris hingga multi dimensi.
Yang pasti kata dia, kemampuan artis tato bisa diasah, namun profesionalitas mereka adalah harga yang sesungguhnya.
Menjaga Profesionalitas
“Bagaimana kita menempatkan bahwa karya kita worth it? Caranya adalah dengan menjaga profesionalitas kita agar khalayak mau menghargai karya kita. Intinya artis tato sendiri yang harus membuat dirinya memiliki nilai,” terang Cliff.
Profesional bagi artis tato dan pemilik studio tato di Indonesia, sebenarnya lanjut Cliff, belum punya parameter dan standar-standar khusus. Namun mengacu ke regulasi yang diciptakan pekerja tato di Amerika, Eropa atau di Asia khususnya Jepang, studio tato wajib menjamin rasa aman konsumennya.
“Kebersihan alat yang digunakan harus terus diperhatikan dan dijaga, termasuk punya 4 tempat sampah untuk menampung limbah kapas dan lainnya, ini beberapa detil aturan untuk menyatakan bahwa studio tato sudah memenuhi standar profesional,” jelas Cliff.
Beberapa studio tato di Manado, Tomohon dan Minahasa sudah memenuhi unsur-unsur ini. Dia mengajak semua artis tato di Manado dan sekitarnya untuk terus melakukan pengembangan pribadi yang bermuara pada skill maupun jaminan kenyamanan konsumen. Bisnis tato menurut Cliff akan mendapat tempat yang layak karena perilaku pekerjanya.
“Stigma negatif harus kita geser, tetapi juga bagaimana membuat kita dipercaya semuanya tergantung pada perilaku kita sendiri, ini tentu akan membawa paradigma baru pada masyarakat bahwa artis tato adalah pekerja seni,” kata dia.
Profesionalitas juga berarti menjaga kepercayaan dengan klien. Clif menempatkan satuan harganya pada ukuran bagian tubuh yang akan digambar, akumulasi antara panjang dikali lebar. Tapi ada juga yang dihargai dalam hitungan berapa jam karya tato itu dibuat. Tentu pada dua sistem tadi, harus ada kesepakatan sebelumnya yang dibuat antara artis tato dan klien.
“Dan pada akhirnya atas sebuah karya yang diciptakan yang dikejar adalah kepuasan artis itu sendiri, tidak ada yang harganya melebihi itu,” tutup suami dari Christina Purba ini. (*)
Penulis: Ady Putong
Discussion about this post