Sangihe, Barta1.com — Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe diharapkan bisa mengerti perbedaan gizi buruk dan gizi kurang. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe dr Jopy Thungari. Dia menjelaskan masalah gizi digolongkan menjadi dua jenis di antaranya ringan dan berat.
“Kalau ringan itu gizi kurang dan kalau dia dibiarkan terus menerus dia akan menjadi lebih berat dan itu yang disebut gizi buruk,” ungkap Jopy Selasa (13/02/2019).
Kebanyakan kasus gizi buruk itu didominasi penyakit-penyakit penyerta misalnya anak lahir dengan penyakit HIV/AIDS dari orang tua dan ada juga kelainan jantung bawaan. Sehingga karena hal inilah ada anak dengan kasus gizi buruk.
“Kalau penderita gizi buruk itu sampai tidak bisa makan nasi dan ikan sehingga dia kekurangan karbohidrat dan protein,” lanjut dia.
Kasus Anak Kurang Gizi di Sangihe Meningkat
Sementara untuk gizi kurang biasanya ada anak yang makan-makan tetapi makanannya tidak bervariasi dalam arti orang tua hanya memberi makanan nasi dengan ikan tidak ada sayur-mayur bahkan buah-buahan. Sehingga penderita gizi kurang ini kebanyakan kurang asupan vitamin dan mineral.
“Sehingga harus ada edukasi bagi masyarakat khususnya bagi ibu-ibu yang menyediakan menu bagi anak-anak. Diharapkan anak diajar untuk makan sayur mayur dan buah supaya tidak mengalami gizi kurang. Karena biasanya makanan anak-anak cukup, tetapi mungkin hanya nasi, telur bahkan ikan setiap hari dan tidak diajari makan sayur dan buah,” pungkasnya.
Dan untuk makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) yang sudah disalurkan untuk anak gizi kurang ungkap Kadis, itu hanya merupakan makanan pelengkap yang dikhususkan bagi anak usia di bawah 2 tahun.
“Sedangkan yang di atas 2 tahun pemberian makanan tambahan (PMT) di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Dalam bentuk PMT seperti makanan tinutuan yang akan dimakan secara bersama-sama. Sedangkan biskuit MP ASI hanya untuk anak-anak usia 2 tahun ke bawah,” tandasnya.
Thungari menambahkan, saat ini yang mejadi prioritas nasional yakni 1000 hari pertama kehidupan dimana dihitung sejak janin dalam kandungan yang berarti 300 hari, kemudian ditambah sampai usia 2 tahun sehingga genap 1000 hari.
Melirik Kasus Kusta di Sangihe
Sehingga hari-hari inilah yang gizinya harus dipenuhi. Supaya baik dia masih dalam kandungan lewat ibu hamil dan menyusui itu sudah diberi vitamin dan makanan bergizi sampai dia usia 2 tahun. Karena saat inilah mulai terjadi pembentukan organ-organ dan pembentukan otak. Sehingga dengan ini maka anak yang lahir itu menjadi sehat dan cerdas karena otaknya berkembang.
“Saat ini sementara sosialisasi di Puskesmas agar 1.000 hari pertama menjadi perhatian dan prakteknya dilakukan di posyandu. Karena itulh kami sering minta ibu hamil untuk memeriksakan diri karena di posyandu ini merupakan kunci masalah gizi. Memang posyandu dilihat hanya hal sepeleh yaitu hanya menimbang anak-anak padahal dari situ kita bisa melihat berat dan tinggi badan atau perkembangan anak,” pungkas Thungari. (*)
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post