• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Rabu, November 12, 2025
  • Login
Barta1.com
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Talaud
    • Kotamobagu
    • Edukasi
    • Nasional
    • Barta Grafis
    • Prodcast
  • Politik
  • Kultur
    • Budaya
    • Sejarah
    • Seni
    • Sastra
    • Biografi
  • Fokus
    • Lipsus
    • Opini
    • Tajuk
  • Olahraga
  • Mereka Menulis
    • Esoterisisme
    • SWRF
  • Video
  • Webtorial
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Talaud
    • Kotamobagu
    • Edukasi
    • Nasional
    • Barta Grafis
    • Prodcast
  • Politik
  • Kultur
    • Budaya
    • Sejarah
    • Seni
    • Sastra
    • Biografi
  • Fokus
    • Lipsus
    • Opini
    • Tajuk
  • Olahraga
  • Mereka Menulis
    • Esoterisisme
    • SWRF
  • Video
  • Webtorial
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
Barta1.com
No Result
View All Result
Home News Daerah

Masyarakat Harus Paham Beda Gizi Buruk dan Gizi Kurang

by Ady Putong
13 Februari 2019
in Daerah, News
0
Masyarakat Harus Paham Beda Gizi Buruk dan Gizi Kurang

Kepala Dinas Kesehatan Sangihe dr Jopy Thungari.

0
SHARES
37
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Sangihe, Barta1.com — Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe diharapkan bisa mengerti perbedaan gizi buruk dan gizi kurang. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe dr Jopy Thungari. Dia menjelaskan masalah gizi digolongkan menjadi dua jenis di antaranya ringan dan berat.

“Kalau ringan itu gizi kurang dan kalau dia dibiarkan terus menerus dia akan menjadi lebih berat dan itu yang disebut gizi buruk,” ungkap Jopy Selasa (13/02/2019).

Kebanyakan kasus gizi buruk itu didominasi penyakit-penyakit penyerta misalnya anak lahir dengan penyakit HIV/AIDS dari orang tua dan ada juga kelainan jantung bawaan. Sehingga karena hal inilah ada anak dengan kasus gizi buruk.

“Kalau penderita gizi buruk itu sampai tidak bisa makan nasi dan ikan sehingga dia kekurangan karbohidrat dan protein,” lanjut dia.

Kasus Anak Kurang Gizi di Sangihe Meningkat

Sementara untuk gizi kurang biasanya ada anak yang makan-makan tetapi makanannya tidak bervariasi dalam arti orang tua hanya memberi makanan nasi dengan ikan tidak ada sayur-mayur bahkan buah-buahan. Sehingga penderita gizi kurang ini kebanyakan kurang asupan vitamin dan mineral.

“Sehingga harus ada edukasi bagi masyarakat khususnya bagi ibu-ibu yang menyediakan menu bagi anak-anak. Diharapkan anak diajar untuk makan sayur mayur dan buah supaya tidak mengalami gizi kurang. Karena biasanya makanan anak-anak cukup, tetapi mungkin hanya nasi, telur bahkan ikan setiap hari dan tidak diajari makan sayur dan buah,” pungkasnya.

Dan untuk makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) yang sudah disalurkan untuk anak gizi kurang ungkap Kadis, itu hanya merupakan makanan pelengkap yang dikhususkan bagi anak usia di bawah 2 tahun.

“Sedangkan yang di atas 2 tahun pemberian makanan tambahan (PMT) di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Dalam bentuk PMT seperti makanan tinutuan yang akan dimakan secara bersama-sama. Sedangkan biskuit MP ASI hanya untuk anak-anak usia 2 tahun ke bawah,” tandasnya.

Thungari menambahkan, saat ini yang mejadi prioritas nasional yakni 1000 hari pertama kehidupan dimana dihitung sejak janin dalam kandungan yang berarti 300 hari, kemudian ditambah sampai usia 2 tahun sehingga genap 1000 hari.

Melirik Kasus Kusta di Sangihe

Sehingga hari-hari inilah yang gizinya harus dipenuhi. Supaya baik dia masih dalam kandungan lewat ibu hamil dan menyusui itu sudah diberi vitamin dan makanan bergizi sampai dia usia 2 tahun. Karena saat inilah mulai terjadi pembentukan organ-organ dan pembentukan otak. Sehingga dengan ini maka anak yang lahir itu menjadi sehat dan cerdas karena otaknya berkembang.

“Saat ini sementara sosialisasi di Puskesmas agar 1.000 hari pertama menjadi perhatian dan prakteknya dilakukan di posyandu. Karena itulh kami sering minta ibu hamil untuk memeriksakan diri karena di posyandu ini merupakan kunci masalah gizi. Memang posyandu dilihat hanya hal sepeleh yaitu hanya menimbang anak-anak padahal dari situ kita bisa melihat berat dan tinggi badan atau perkembangan anak,” pungkas Thungari. (*)

Peliput : Rendy Saselah

Barta1.Com
Tags: gizi burukjopy thungarisangihe
ADVERTISEMENT
Ady Putong

Ady Putong

Jurnalis, editor. Redaktur Pelaksana di Barta1.com

Next Post
Jabes Gaghana: Bantuan Nelayan Jangan Dijual

Jabes Gaghana: Bantuan Nelayan Jangan Dijual

Discussion about this post

Berita Terkini

  • Panggung Bebas GMKI dan GMNI Politeknik: Merajut Persatuan di Hari Pahlawan 12 November 2025
  • Polimdo Berkomitmen Tingkatkan Mutu Akademik, Dr. Diane Tangian Hadiri Forum Nasional di Batam 11 November 2025
  • Sosok Sentral Ini Ada di Mana – Mana, Setiap Pembahasan DPRD Sulut  11 November 2025
  • Pansus DPRD Sulut Dorong Optimalisasi Peran PDPS dalam Ranperda Perumda 11 November 2025
  • Menjaga Keindahan Gunung Klabat, SPAMU Gelar Lomba Sapu Bersih Sampah: 469 Kg Terangkat 10 November 2025

AmsiNews

© 2018-2020 Barta1.com - Hosting by ManadoWebHosting.

No Result
View All Result
  • #12328 (tanpa judul)
    • Indeks Berita
  • Contact
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Kebijakan Privasi
  • Laman Contoh
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Talaud
  • Webtorial

© 2018-2020 Barta1.com - Hosting by ManadoWebHosting.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In