SANGIHE, BARTA1.COM – Orang biasanya memanggilnya Jim Tindi. Aktivis Reformasi 98 asal Nusa Utara. Ketokohannya tentu tak diragukan lagi dalam dunia politik. Namun begitu, politik yang ia pilih sebelumnya adalah turut mengorganisir masyarakat lewat pendampingan menyuarakan hak-hak rakyat agar didengar oleh kekuasaan.
Hingga hari ini dirinya masih aktif menelurkan pemikiran kritisnya melalui berbagai forum diskusi lintas pemuda di Sulawesi Utara. Sebab baginya sekecil apapun yang diperbuat untuk sebuah peradaban pasti ada nilai tersendiri.
“Berbuatlah mulai dari hal-hal kecil. Meski kecil tetapi berguna bagi sebuah peradaban, itu wajib ditunaikan,” ujar Tindi yang juga merupakan Ketua Gerakan Rakyat Anti Korupsi (Gerak) Sulawesi Utara, Senin (19/11/2018).
Dirinya juga kerap mengkritisi regulasi kebijakan di tingkat provinsi yang dinilai belum sepenuhnya berpihak kepada masyarakat daerah perbatasan. Oleh karena itu, melalui pemilihan legislatif 2019 mendatang Tindi Terdaftar sebagai Calon Legislatif (Caleg) DPRD Provinsi Suawesi Utara dari Partai Hanura. Tentu alasan-alasan itulah dirinya mempersiapkan diri dan terdaftar sebagai wakil rakyat daerah pemilihan Sangihe, Talaud, dan Sitaro.
Dirinya menegaskan, masyarakat di Nusa Utara harus mendapatkan perlakuan khusus. Terutama dengan adanya tiga Kabupaten Kepulauan di Nusa Utara sehingga Sulawesi Utara mendapatkan APBD yang cukup banyak.
“Saya melihat politik anggaran Pemprov Sulut yang belum berpihak pada 3 kabupaten kepulauan. Sulut hari ini memperoleh APBD Rp 3,1 triliun karena ada 3 kabupaten Kepulauan yaitu Sangihe, Talaud, dan Sitaro. Kemudian, belum ada regulasi tingkat provinsi yang berpihak pada daerah kepulauan, sekaligus mekanisme pengawasan pembangunan yang lemah di wilayah kepulauan ini,” ujar Tindi.
Kesiapannya menjadi wakil rakyat tak main-main. Dirinya seutuhnya ingin menjadi penyambung lidah masyarakat kepulauan yang selama ini terbungkam di meja parlemen. Tindi, tegas mengatakan, rakyat di Nusa Utara harus benar-benar merasa memiliki wakil atau ada perwakilan di Parlemen. “Bukan hanya sekadar wakil yang jadi Pajangan Politik. Dan hanya menjadikan Rakyat sebagai Electoral Machine (mesin pengumpul suara) di waktu pemilihan,” tegas Tindi.
Dia memandang politik sebagai sebuah jalan kehormatan. “Maka dari itu kerap kali saya mengatakan politik adalah jalan kehormatan, jangan dikotori oleh korupsi,” pungkas dia.
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post