Manado, Barta1.com — Mengatasi masalah sampah plastik menjadi topik utama dalam seminar Ocean Waste bertema “Selamatkan Laut Kita” yang digelar Kamis (25/10/2018) di gedung Rektorat Unsrat. Kegiatan yang mengundang para pegiat lingkungan itu diinisiasi oleh Climate Institute, FNF Indonesia dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fisipol Unsrat.
Sampah plastik yang terus mengancam laut Manado disuarakan oleh peneliti lingkungan hidup dan sumber daya alam Dr Ir Linda Tondobala. Dia mengatakan sampah kiriman dari darat berbentuk organik, non organik hingga limbah pabrik terus menerus mencemari lautan.
“Di Kota Manado ada 5 titik muara sungai besar yang menghantar sampah ke laut akibat masayarakat kurang sadar lingkungan, dampaknya pada ekosistem laut dan pantai seperti ikan atau terumbu karang,” kata Linda.
Ada upaya mengatasi sampah plastik dalam 7 tahun ke depan, kata Linda. Sosialisasi pada masyarakat tak bisa dihentikan, seiring dengan memaksimalkan fungsi bank sampah. Di fasilitas itu sampah plastik bisa dikelola sebagai bahan dasar untuk digunakan lagi.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Utara, Ir Ronald Sorongan mendorong kampanye memerangi sampah plastik disuarakan semua stakeholders.
“Semua bagian masyarakat, mulai dari pemerintahnya hingga tokoh-tokoh agama ayo kita deklarasikan perang terhadap sampah plastik dan harus dibarengi dengan aksi nyata,” ajak dia, seraya mengajak non government organization seperti Climate Institute untuk membangun kerja sama dengan pemerintah daerah dalam memerangi sampah plastik.
Perlahan namun pasti, lanjut akademisi cum pegiat lingkungan Dr Ir Rignolda Djamaluddin, resiko sampah plastik pada kesehatan manusia semakin besar. Kata dia ikan-ikan di laut ikut memakan sampah tersebut, ironinya manusia mengonsumsi ikan itu.
“Saya perhatikan ikan yang dimasak, dibakar misalnya, warnanya sudah berbeda karena dimungkinkan ada unsur plastik,” ujar dia.
Solusi untuk mengatasi sampah plastik membuat Rignolda bingung. Masalahnya, hal tersebut juga dihadapi negara-negara maju.
“Kita bisa saja mengurangi penggunaan plastik dengan bahan lain yang bisa terurai,” lanjut Rignolda. (*)
Penulis: Meikel Eki Pontolondo
Discussion about this post