Manado, Barta1.com – Kota Manado diguyur hujan selama 2 hari, yakni Jumat – Sabtu (21-22/03/2025) hingga beberapa lokasi terjadi banjir. Salah satunya, Kampung Tela, lingkungan 3, Kelurahan Mahawu, Kecamatan Tuminting.

Bahkan masyarakat setempat yang ikut terdampak, menjelaskan bahwa hari pertama airnya tidak terlalu tinggi, namun memasuki hari kedua air sudah mulai naik hingga ukuran dada orang dewasa.

“Ketika air sudah naik, tentunya yang diselamatkan adalah barang – barang berharga yang dinaikan ke lantai 2 dan semuanya aman. Yeah, yang terdampak bagian dari lantai 1 karena dipenuhi lumpur dan sampah,” ungkap salah satu warga, Minggu (23/03/2025).
Kediaman yang keberadaannya di depan Masjid itu, bagian dari beberapa Rumah yang terdampak banjir. Yang membutuhkan waktu, hingga 2 jam untuk membersihkannya.
Pada situasi pembersihan terlihat beberapa Pecinta Alam ikut membantu, seperti KMPA Tansa, GMPA Panthera Pardus dan PPAB Everst.
Anggota KMPA Tansa, Gilbert Tatodi, ketika diwawancarai mengatakan aksi pembersihan itu dilakukan karena spontanitas dan keterpanggilan dari anggota KMPA Tansa yang dibantu oleh teman-teman dari GMPA Panthera Pardus dan PPAB Everst.
“Ketika melihat beberapa postingan di sosial media, bahwa banyak rumah yang terendam air hingga masyarakatnya dibawa ke lokasi pengungsian. Kami berinisiatif, ketika esok hujannya sudah redah tugas kita adalah membantu masyarakat untuk membersihkan rumahnya,” ungkap Gilbert.
Mengingat, kata Gilbert, pasca banjir selain makanan yang dibutuhkan , tentunya masyarakat ingin kembali ke tempat tinggalnya seperti sediakala ditempati.
“Lokasi yang kami kunjungi itu adalah Kampung Tela, Kelurahan Mahawu, tepatnya di lingkungan 3. Saat tiba di lokasi, terlihat beberapa warga sedang membersihkan rumahnya sembari menunggu bantuan, tak lama dari itu kami langsung terjun membantu untuk membersihkan bagian depan rumah pertama, kemudian di rumah kedua hampir semua bagian dari ruangan rumah dibersihkan, mengingat banyaknya lumpur dan pasir yang menumpuk,” jelasnya.
Menurutnya, dengan personil seadanya yakni 7 orang, 2 rumah yang dibersihkan benar-benar sudah siap untuk ditempati. “Bagian yang membuat masyarakat tidak nyaman, yaitu adanya lumpur tebal yang menumpuk di bagian ruang tamu hingga kamar, semuanya sudah terangkat dan dibersihkan seperti sedia kalah.”
“Ketika semua sudah dibersihkan, sebagian masyarakat setempat mengira kami bagian dari keluarga yang rumahnya dibersihkan. Namun Kami menjelaskan, bahwa kehadiran kami di sini tanpa ada keluarga satu pun di daerah ini, kedatangan kami di sini secara suka rela mau membantu masyarakat, Bapak – Ibu yang terdampak,” tuturnya.
Selepas dari apa yang dilakukan, ketua panitia Diklatsar KMPA Tansa, itu meminta perhatian dari Pemerintah Kota Manado maupun Provinsi Sulawesi Utara untuk benar – benar memperhatikan daerah yang setiap tahunnya terdampak banjir. “Buatlah pengerukan yang lebih dalam ke wilayah sungai Mahawu, kemudian perbaiki pondasi yang ada di belakang rumah masyarakat Mahawu, yang diduga sempat dirusak tanpa diperbaiki lagi. Mengingat hujan sedikit saja, air sudah masuk lagi.”
“Berikut jangan izinkan lagi masyarakat membangun rumah di bantaran sungai, atau membangun perumahan di bagian ketinggian yang bisa mengancam masyarakat bagian terendah. Buatlah perencanaan tata kota yang benar-benar memperhatikan ekologis, guna menghindari lagi banjir selanjutnya yang akan dirasakan oleh masyarakat,” pintanya.
Masyarakat tidak butuh bantuan makanan terus menerus, lanjut Gilbert, yang mereka butuhkan adalah solusi kongkrit agar mereka tidak lagi terendam banjir.
“Pasca banjir ini, semoga menjadi perhatian serius bagi pemerintah terkait perbaikan, perencanaan program dan kebijakan yang akan dibuat,” pungkasnya. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post