Banyak hal mengejutkan dan dramatis di panggung politik kekuasaan dalam 22 tahun sejak kepulauan Talaud dimekarkan menjadi Kabupaten berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2002 pada 2 Juli 2002.
Setidaknya ada tiga poin yang cukup mencolok, yaitu; Pertama, hanya dalam kurun waktu 2 tahun setelah pemekaran, pada 2004, Pejabat Pelaksana Sementara (PPS) Bupati menjadi terpidana kasus korupsi.
Kedua, dalam periode Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung sejak 2004 hingga 2018, tercatat hanya dua nama yang terpilih menjadi Bupati, dan keduanya sempat menjalani masa hukuman sebagai terpidana kasus korupsi.
Ketiga, dalam Pilkada Talaud tahun 2018, Bupati terpilih adalah figur yang pernah menjalani hukuman kasus pidana korupsi.
Mencermati fenomena tersebut, diusia yang terbilang muda, Kabupaten Kepulauan Talaud lebih nampak mencerminkan betapa massifnya perilaku korupsi di tingkat elit pemerintahan.
Perilaku korupsi itu seakan-akan telah membumi, sehingga masyarakat politik pun nampak permisif lewat afirmasi mereka memilih kembali figur yang terbukti sarat dengan perilaku korupsi.
Di tengah dinamika politik yang tugas sucinya telah diselewengkan ini, koalisi partai Golkar, Gerindra dan Perindo memajukan Irwan Hasan sebagai calon Bupati untuk Pilkada Talaud 27 November 2024 mendatang.
Putra Talaud yang sukses berkarir di dunia usaha skala nasional itu tak saja didukung koalisi partai besar, tapi juga berbagai elemen masyarakat Talaud.
Ada semacam kepercayaan yang tumbuh dalam kesadaran masyarakat daerah perbatasan ini terhadap sosok putra Pultan, Karakelang, itu untuk membawa perubahan Talaud ke arah yang lebih baik.
Irwan Hasan sendiri dikenal sebagai sosok yang cerdas, visioner, dan berani dalam mengambil keputusan. Dengan segudang pengalaman yang di milikinya, Irwan diyakini mampu membawa perubahan positif untuk daerah kelahirnya.
Sebagai salah seorang kandidat Bupati, Irwan Hasan mematok visi dan misinya berorientasi di antaranya pada pembangunan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta pemberantasan korupsi.
Langkah politik sosok yang dikenal mudah bergaul dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik ini sontak memikat bahkan berdampak pada preferensi publik terhadap kehadirannya di panggung politik.
Mengapa Irwan Hasan, dianggap sebagai harapan baru bagi kemajuan Talaud? Itulah pertanyaan menariknya.
Sejak masa Aristoteles, tugas suci itu pada ranah teori, politik dipandang sebagai usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Karena di Talaud sebelumnya telah terjadi apa yang disebut sebagai :“The Controversy over Dirty Hands in Politics“. Politik telah menjelma sebagai tangan kotor yang bekerja tanpa etika.
Politik telah ditafsir kedalam ragam yang suram sebagaimana kritik Goenawan Mohamad yaitu politik yang merupakan janji petai-hampa, senyum yang diperhitungkan, salam yang dicari efeknya, rangkulan yang tak ikhlas. Politik itu bujukan, tipuan, ancaman, juga suap.
Dalam diskusi terbatas gerakan Poros Baru Porodisa, belum lama di Manado, terungkap, secara umum fenomena ini terjadi di mana-mana di ranah nasional semenjak politik desentralisasi diberlakukan pada Januari 2001 yang memberikan porsi kekuasaan yang besar terhadap daerah.
Disebutkan, hal itu telah berimplikasi pada kelompok elit politik lokal yang lebih memiliki akses dalam mengontrol sumber daya kekuasaan, dan lebih banyak terlibat dalam proses politik dalam memaksimalkan kekuasaan yang dimiliki demi mencapai kepentingan pribadi mereka.
Kekuasaan yang mendapatkan keuntungan yang luar biasa dalam mengontrol dana-dana Negara. Pemangku kekuasaan yang mampu merampok kekayaan negara untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dalam teori relasi kekuasaan dengan korupsi, dipahami bahwa kekuasaan punya kecenderungan diselewengkan oleh penguasa. Karena kekuasaan bisa dijadikan kemampuan untuk memproduksi pengaruh dan kekayaan.
Ini sebabnya, kita diperhadapkan dengan fakta faktual yang mempertontonkan bagaimana kekuasaan politik bekerja dalam konteks penumpukan harta kekayaan.
Dalam diskusi terbatas itu terbetik beragam pendapat terkait masalah politik di antaranya, fenomena di mana pemerintah yang berkuasa memanipulasi proses demokrasi dan hukum untuk kepentingan politik dan ekonominya.
Gelagat pemerintah yang korup biasanya menggunakan segala akses politik illegal untuk mencapai tujuan politiknya. Dalam bentuknya yang paling anarkhis bentuk kekuasaan semacam ini menguatkan persepsi kita bahwa kekuasaan mempunyai korelasi dengan korupsi.
Padahal, di sisinya yang sejati, politik tak selamanya kotor, penuh muslihat dan beranak intrik.
Politik dalam pandangan Irwan Hasan, harus lahir dari kerendahan hati untuk melayani rakyat dan membela yang lemah.
“Di situ, harga diri politisi diuji. Di situ, karakter politisi diasah. Karena lewat jalan politiklah kita menitipkan harapan lahirnya pemimpin ideal,” kata Irwan hasan.
Menurut dia, pemimpin ideal itu adalah pemimpin yang tak membiarkan ada airmata melepuh di bilik-bilik rumah. Pemimpin yang tak membiarkan ratap kesusahan terjengkang di pinggir-pinggir jalan.
Selagi pagi seorang pemimpin harus menerebos segala peluang. membangun, berkarya, berbagi, bersedeka, maka sewaktu senja hidupnya bermakna amanah, di mana doa, taqwa, jeri lelah telah menjelma akhlak mulai.
“Hal inilah yang disebut Niccolo Machiavelli sebagai roh moralitas seorang pemimpin,” ungkapnya.
Di lain sisi, sejak era otonomi daerah, masyarakat mengharapkan hadirnya pemimpin daerah yang bisa membawa perubahan di Talaud ke arah yang lebih baik. Sebuah keadaan yang pada tingkatan paling primer yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar sandang, pangan, dan papan.
“Tugas kita bersama ke depan adalah menyudahai persoalan ribuan penduduk yang kini terhimpit kemiskinan. Mereka yang mengalami ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.”
Seorang pemimpin ke depan harus bekerja keras membangun Talaud dengan tulus dan jujur mengejar ketertinggalan akibat berbagai keterbatasan infrastruktur dasar, ekonomi, sosial budaya, perhubungan, telekomunikasi dan informasi serta pertahanan keamanan.
Memacu kinerja birokrasi untuk sungguh-sungguh melayani kepentingan rakyat. Punya tekad memanfaatkan limpah ruah sumber daya alam yang teranugerah bagi negeri kepulauan ini untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Pemimpin yang konsisten dan pantang menyerah menjalankan nilai-nilai intrinsik ideologi yang dipegangnya yaitu terus menyalakan semangat rakyat yang berjuang menuju kehidupan yang lebih baik.
Pemimpin yang berani melangkah ke arah kebaikan, mengukir sejarah, karena yang mulia dari manusia adalah daya hidup saling menghidupkan. Bila yang satu berai, yang lainnya tercerai. Bila yang satu lalai, yang lainnya terabai.
Di atas bentangan alam Kabupaten Kepulauan Talaud yang indah, laut yang menggeriapkan ikan, tanah menyuguhkan rayanya berkah, kita membutuhkan pemimpin yang tak lupa dan alpa memandang hidup adalah kurnia.
Pemimpin yang mengajak semua pihak untuk belajar meninggalkan yang usang, semangat yang retak, kebersamaan yang boyak, karena hidup bukan menunggu, bertanya dan banyak bicara, tapi gegas melangkah. Pemimpin yang menjadikan politik sebagai jalan membangun kebaikan.
Namun pertanyaan yang merisaukan; maukah parpol mempersiapkan calon pemimpin sebagaimana harapan itu? Maukah mereka memberi kesempatan kepada figur-figur yang mapan, berakhlak dan diyakini mampu menjadi seorang pemimpin yang berwibawa?
Pertanyaan ini penting diajukan, karena dengan Pilkada akan lahir kepala daerah yang mampu mengemban tujuan suci otonomi daerah yang output-nya diharapakan terciptanya sistem Pemerintahan Daerah yang ideal yaitu pemerintahan yang menjaga integritas membangun daerahnya demi kesejahteraan warganya.
Sejauh ini, baru koalisi partai Golkar, Gerindra dan Perindo, menampilkan Irwan Hasan sebagai figur untuk pemilihan Bupati Talaud 2024 sebagaimana yang diharapkan masyarakat kepulauan Talaud. (*)
Penulis: Iverdixon Tinungki dan Tim Poros Baru Porodisa.
Discussion about this post