KALVARI
Penulis Naskah: Iverdixon Tinungki
Panggung:
Ruang-ruang imajinir dalam pikiran tokoh Sang Perempuan saat menghayati Alegori Jalan Salib.
BAGIAN I: PEMBUKA.
(Di ruang itu banyak orang dan tokoh-tokoh utama dari peristiwa jalan salib yang nampak mematung.)
(Di sisi agak ke kanan nampak Sang Perempuan dengan mesin ketik. Di sisi agak ke kiri nampak Maria Ibu Yesus terbingkai pada sebuah jendela.)
(Di tengah, Yesus terlentang di lantai dengan tangan terikat. Semua wajah memandang ke arahnya dengan benci dan marah.)
(Sesaat kemudian terdengar suara senandung yang menyanyat hati dari Maria ibu Yesus. Sang Perempuan mulai mengetik.)
(Masuk Judas Iskariot, dengan tali gantung diri yang sudah terpasang di lehernya, bicara kepada Sang Perempuan. Perempuan berhenti mengetik.)
Judas:
(Kepada Sang Perempuan.)
Jangan tuliskan namaku pada kisah yang kau ciptakan itu.
Pada setiap abad, aku telah mati berjuta-juta kali saat namaku dituliskan,
saat namaku disebut!
(Memandang ke luar dengan pedih.)
Lihat di luar sana.
Setiap mata yang memandangku telah menyiapkan tali gantunngan untuk leherku.
Aku mohon, jangan tuliskan namaku!
Sang Perempuan:
(Sesaat mengetik lagi, kemudian berhenti.)
Tapi, kejadian itu selalu ada dalam pikiran dan ingatanku.
Bagai badai yang mendekat dan menerbangkan daunan ke langit.
Seperti sebuah pertunjukan. Tapi bukan pertunjukan tentang aku.
Namun tentang Yesus.
Di jalan salib, Injil tak menulis tentang namaku.
Karena aku hanya seorang perempuan biasa, bisa jadi dari Galilea,
atau dari masa dua ribu tahun setelah peristiwa Kalvari.
Bahkan dari abad-abad yang lebih jauh.
Tapi bisakah aku menulis Yesus tanpa menulis dirimu?
Judas:
Sial. Sangat sial nasibku.
Aku Judas Iskariot! Aku benci namaku!
Sang Perempuan:
Ketika semua semua orang sedang memperjuangan apa yang tak mereka miliki,
yaitu keselamatan, maka dipikulNya salib penderitaan itu.
Ketika Yesus dinubuatkan untuk mati, bukankah sebilah pedang dukacita juga menembus jiwaku,
mataku bersimbah airmata, dan hatiku didera dukacita.
Namun lihatlah Perempuan itu…
(Menunjuk ke Maria Ibu Yesus)
Ia Maria Ibu Yesus.
siapa yang paling pedih merasakan jalan salib putranya, selain ibunya.
Judas:
Sejenak memandang Maria, lalu bicara kepada Sang Perempuan.)
Judas:
(Pedih)
Aku permisi, aku mau ke bukit tengkorak untuk mati!
Tapi aku mohon, aku mohon jangan tuliskan namaku dalam pertunjukan ini.
(Judas beranjak pergi.)
(Terdengar gelegar guntur.)
(Mendadak semua orang bergerak dengan suara riuh mengolok dan menghujat Yesus: “Hukum Dia, Salibkan Dia!”)
(Nampak orang-orang membangunkan Yesus dengan kasar, juga para prajurit Romawi. Lalu seseorang mengikat mata Yesus dengan kain, kemudian yang lainnya memukulnya.)
Maria:
(Histeris)
Hentikan! Jangan lakukan itu. Anakku tak bersalah. Hentikan!
(Orang-orang sejenak menoleh ke arah Maria. Sesaat kemudian seseorang maju menampar Yesus lalu menjambak rambutNya.)
Seseorang:
Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?
(Maria mendekati orang-orang.)
Maria:
Jangan sakiti dia lagi, aku ibuNya!
(Orang-orang terdiam memandang Maria dan mematung. Sang Perempuan bersenandung lagu yang sama seperti yang disenandungkan Maria Ibu Yesus sebelumnya.)
Maria:
(Monolog)
Aku yang mengerang sejak kelahiranNya di Betelehem.
Aku melindunginya dari mata pedang Herodes.
Melarikannya dari Yerusalem ke Mesir selama tiga puluh hari.
Menempu jarak 300 mil saat musim dingin, hujan dan angin.
Melewati jalan-jalan becek dan licin dan tidur di atas pasir,
atau di bawah pohon-pohon hutan.
Aku merawat dan menemaninya di hari-hari masa kecilnya yang lucu dan hangat.
Sejak penghianatan dan penangkapanNya di Getsemani,
aku meratap memandang tangan-tangan kekuasaan dan dengki para imam
menghancurkan dia dalam tahap demi tahap yang menyakitkan.
(Bicara ke orang-orang yang mematung dengan marah)
Mengapa kalian lakukan itu pada anakku!
Mengapa kekuasaan selalu jahat kepada orang yang tak berdaya.
Mengapa para imam justru menjadi orang pertama yang membunuh segala niat baik,
bahkan kasih dan kebenaran.
(Seorang Prajurit Romawi tiba-tiba memberi pengumuman.)
Prajurit Romawi 1:
Imam besar Kayafas tiba!
(Masuk imam besar Kayafas bersama ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi.)
Tua Yahudi:
(Bicara Ke Imam Kayafas)
Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari.
Imam Kayafas:
(Bicara kepada Yesus)
Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.
Yesus:
Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.
(Mendengar Perkataan Yesus, Imam Kayafas menjadi heran dan marah.)
Imam Kayafas:
Ia menghujat Allah!
(Imam Kayafas mengoyak pakaiannya dengan penuh amarah.)
Imam Kayafas:
Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Bagaimana pendapat kamu?
Orang-orang:
Ia harus dihukum mati!
(Seorang prajurit mencabuk Yesus, lalu mereka mematung kembali.)
BAGIAN II: Di Hadapan Pilatus
(Panji-Panji Romawi dan sebuah kursi yang menunjukan kebesaran Pontius Pilatus selaku Gubernur Romawi di Yudea nampak megah di sana. Pilatus duduk di sebuah kursi yang agak tinggi. Di sisi kiri kanannya berjaga para tentara romawi. Sang Perempuan dengan payung yang terangkat tinggi berdiri di tengah membelakangi Pilatus.)
Sang Perempuan:
Awal April Tahun 33 Masehi,
Yesus dihadapkan kepada Pontius Pilatus
sebagai gubernur Yudea untuk yang kedua kali.
(Terdengar suara orang banyak yang berseru dari luar: “Salibkan Dia”, berulang-ulang.)
Pilatus:
(Bertanya kepada Sang Perempuan)
Siapa engkau?
Sang Perempuan:
(Sambil berjalan ke satu sisi depan.)
Aku kebenaran yang ada dalam pikiranmu!
Aku kata-kata yang diucapkan Claudia Procula istrimu.
Jangan engkau hukum orang yang tak bersalah itu.
Tapi dengar suara-suara itu!
(Terdengar kembali suara orang banyak yang berseru: “Salibkan Dia”, berulang-ulang.)
Sang Perempuan:
Apa keputusanmu wahai penguasa Yudea?
Pilatus:
Pergi engkau dari tempat ini!
Sang Perempuan:
Penguasa, di mana pun ia
Ketika diperhadapkan dengan kepentingan jabatannya,
kebenaran sekali pun, akan dibiarkannya mati!
(Sang Perempuan keluar.)
(Imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat diikuti orang banyak menyeret Yesus yang telah terikat tangannya menghadap Pontius Pilatus.)
Iman Kepala:
Yang Mulia Pontius Pilatus, kami membawa penjahat ini untuk mendapatkan ketetapan hukuman darimu.
Pilatus:
(Berdiri Mendekati Yesus)
Engkaukah raja orang Yahudi?
Yesus:
Engkau sendiri mengatakannya.
Imam kepala:
Ia menghujat Allah dan menggalang kekuatan untuk memberontak, melepaskan Israel dari Romawi.
Ahli Taurat:
Ia mengubah isi pewartaan dan cara berpikir manusia, termasuk orang Yahudi. Pengajarannya menggerus kewibawaan pemimpin agama Yahudi.
Tua Yahudi:
Kami tidak punya sahabat selain Kaisar. Jika yang mulia tidak menghukum Dia, berarti yang mulia bukan sahabat Kaisar.
Pilatus:
(Kepada Yesus)
Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!
Tua Yahudi:
Bukankah telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya menurut permintaan orang banyak? Bebaskan Barabas bagi kami. Dan Salibkan orang ini.
Orang-orang:
(Bergerak mendekat ke Pilatus)
Biarlah darah-Nya jatuh ke atas kami dan anak-anak kami. Karena Ia telah menghujat Allah dan melawan Kaisar.
Pilatus:
(Bertanya kepada Orang-orang)
Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?
Imam Kepala:
(Menghasut Orang Banyak)
Mintalah Barabas dibebaskan dan salibkan orang ini.
Orang-orang:
Bebaskan Barabas. Salibkan Dia!
Pilatus:
Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?
Orang-orang:
Salibkanlah Dia!
Pilatus:
Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?
Orang-orang:
(Berkeras)
“Salibkanlah Dia!”
Pilatus:
(Berjalan menuju tempat mencuci tangan. Sambil mencuci tangannya ia bicara.)
Silakan hukum orang ini sesuai hukummu. Saya tidak menemukan satu kesalahan pun dari orang ini.
(Setelah mencuci tangan Pilatus kembali duduk)
(Imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat menyeret Yesus. Ada yang mendorongnya hingga tersungkur. Sementara orang-orang terus berteriak “salibkan Dia”. Yesus kemudian di bawa pergi.)
(Sang Perempuan muncul di tempat itu kembali.)
Sang Perempuan:
Pilatus, engkaulah itu. Kekuasaan yang kehilangan mata untuk kebenaran.
Hukum yang menjadi buta karena kepentingan.
Hati nurani yang menolak cahaya Tuhan demi mempertahankan jabatan.
Bukankah pengadil harusnya adil?
Pilatus:
(Marah. Mencabut belatinya lalu mendekat dengan cepat ke arah Sang Perempuan. Menjambak rambut dan melekatkan belatinya ke leher Sang Perempuan.)
Sebelum kata-katamu menjadi pedang tajam, akan kugorok lehermu.
Sang Perempuan:
Goroklah yang Mulia!
Sebab saat belatimu terbenam ke leherku,
yang berdarah sesungguhnya hatimu sendiri!
(Lampu Padam.)
Bagian III: Tragedi Golgota
(Ada tiga salib yang terpacak di sebuah bukit. Di bagian yang agak rendah ada simbol Tirai Bait Allah)
(Sepasukan Prajurit Romawi membawa Yesus dan dua orang penjahat ke tempat itu. Imam-imam Kepala, Ahli Taurat dan Tua-tua Yahudi , orang-orang dan para perempuan pengikut Yesus dari Galilea juga tampak di sana, termasuk Sang Perempuan, Maria Ibu Yesus dan Rasul Yohanes.)
(Prajurit Romawi kemudian dengan sigap menyeret kedua penjahat untuk di paku di tiang salib di sisi kiri dan kanan. Setelah kedua penjahat tersalib, Prajurit Romawi dengan kejam memperlakukan Yesus, ditendang hingga terjungkal.)
Prajurit 1:
(Mengolok-olok)
Kaukah raja orang Yahudi?
(Mencambuk.)
Prajurit 2:
Kaukah yang mengaku mesias?
(Mencambuk.)
(Yesus kemudian dicambuk bertubi-tubi. Pakaiannya dirobek dan ditanggalkan dengan cara yang sangat kasar. Dipakaikan mahkota duri, lalu diseret ke tiang Salib dan dipakukan di sana. Di atas tiang salib itu juga dipakukan sebuah tulisan: “INILAH YESUS RAJA ORANG YAHUDI”.)
(Sesaat nampak suasana begitu pilu dan mencekam. Dalam perasaan yang sangat perih Yesus tiba-tiba bersuara:)
Yesus:
Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
(Para prajurit membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Tak berapa lama seseorang pemimpin maju mengejek:)
Imam Kepala:
Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.
Prajurit 3:
(Mengolok.)
Inilah Yesus Raja orang Yahudi
Prajurit 4:
(Mengunjukkan anggur asam ke mulut Yesus.)
Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!
(Tak berapa lama, dalam suasana mencekam ini, seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Yesus)
Penjahat 1:
Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!
Penjahat 2:
(Menegur.)
Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah. (bicara kepada Yesus) Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.
Yesus:
(Menjawab.)
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.
Maria:
(Memanggil Yesus sambil menangis.)
Yesus putraku!
Yesus:
Ibu, Inilah anakmu!
Sang Perempuan:
(Maju ke satu sisi dekat Salib dan mengangkat Payung hitamnya tinggi-tinggi.)
Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas,
lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga,
sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua.
(Menyanyikan sebuah lagu pilu dan mencekam)
Lagu Sang Perempuan:
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka
aku bersuka
(Sumber lirik dari puisi Judul: ISA Karya : Chairil Anwar)
(Sementara Sang Perempuan bernyanyi terdengar bunyi gelegar.)
(Bersama kilatan cahaya dan kabut tebal yang menyaput tempat itu, simbol bait Allah terbelah oleh cahaya.)
(Dipalang salib Yesus berseru dengan suara nyaring:)
Yesus:
Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!
(Terkulai.)
(Seorang prajurit menusuk lambung Yesus dengan tombak. Dari sana terpencik air dan darah.)
(Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia maju dan memuliakan Allah.)
Kepala Pasukan Romawi:
Sungguh, orang ini adalah orang benar!
(Semua orang kemudian pergi dari sana dengan perasaan bersalah. Tertinggal Sang Perempuan dan Maria Ibu Yesus .)
Maria:
(Monolog di Bawah salib Yesus dengan sedih.)
Yesusku terkasih napasNya tersengal-sengal,
tenagaNya terkuras, dan dalam sengsara akhirnya di salib.
Kedua mataNya masuk ke dalam, setengah tertutup dan tak bercahaya.
BibirNya bengkak dan mulutNya ternganga;
pipiNya cekung, wajahNya kusut.
HidungNya pata, raut wajahNya sengsara;
KepalaNya lunglai ke dada, rambutNya hitam oleh darah.
LambungNya kempis ke dalam, kedua tangan dan kakiNya kaku.
Sekujur tubuhNya penuh dengan luka dan darah.
Dia Putraku.
Begitu aku selalu melintas di atas jejak-jejak Putraku.
Sepanjang perjalanan, tanah dibasahi dengan darah-Nya.
Dan luka hati ibuNya.
Tahukah kalian?
Pada saat yang sama Putra mengurbankan tubuhNya,
ibuNya mengurbankan jiwanya.”
Sang Perempuan:
(Mengangkat payung hitamnya)
– Dalam catatan sejarah Jerusalem, hari itu Jumat, 3 April tahun 33 Yesus diarak dalam sebuah jalan salib yang menyiksa dan mati di bukit Calvari, saat lebih dari 2 juta peziarah dari berbagai negara berkumpul di Yerusalem merayakan paskah. Itulah waktu di mana 255.600 ekor anak domba dikorbankan dan beribu-ribu merpati disembeli, begitu Ia menghembuskan nafasnya di tiang salib. Itulah sejarah terburuk dari sebuah kekuasaan yang sema-mena dan penghianatan Judas Iskariot yang menjual Tuhan dengan ciuman.
Lampu Padam.
Bagian VI: Penutup
(Sebuah lampu lentera baru menyala di atas meja. Nampak di sana Sang perempuan sedang mengetik pada sebuah mesin ketik. Ia istirahat sejenak, lalu membaca sebuah puisi yang baru ia ketik.
Sang Perempuan:
Paskah
Masih terngiang erang Kristus di palang gofir
sebuah lambung tertikam menumpahkan darah
bagai damar merekatkan jalan sejarah kita hari ini
Di hari lain barangkali
Kita temukan tubuh Kristus itu lagi
ditetas hujan dini hari
meriangi semua liang hati sanubari
Begitulah sejak Golgota
sejak Tuhan terkulai di senja tanpa tepi
Kristus adalah kekasih yang melepaskan nafasnya
ke dalam puisi
ke dalam kehidupan fana ini
Di atas bentang bebukit yang basah oleh darahNya
betapa misteriusnya Bapa Allah Tuhan kita membiarkan putraNya
mendekap semua kepedihan dan derita manusia
ditikamkan ke lambungnya
agar semua tak mati dalam hangus maut yang datang pergi
Hari ini saat fajar paskah merekah
Tak ada lagi darah, geletar cambuk
Dan cemooh mengangakan luka Tuhan
Tuba telah tumpah pada kuburan
kafan tergeletak dalam sejarah
Bahwa maut itu telah kalah
Dan Kristus bangkit dalam kemegahan karya Allah
Bukan sebagai metafora
Namun Firman yang nyata
Diaktakan untuk keselamatan manusia dan dunia
Dan bila erang itu muncul kembali
ya Tuhan jangan tinggalkan aku sendiri!
(Tiba-tiba muncul Judas di sana. Tali gantungan masih terpasang di lehernya. Ia datang dengan sebuah senapang yang ditodongkan ke Sang Perempuan.)
Sang Perempuan:
(Kaget saat mengenali sosok Judas.)
Engkau Judas!
Judas:
Judas hanya mati dalam Injil
Tapi dia akan selalu ada saat kebenaran lahir.
(Menembak Sang Perempuan.)
(Lampu Padam. Terdengar jeritan.)
(Lampu mendadak hidup kembali)
(Nampak Yesus telah mengangkat mayat Sang Perempuan)
Yesus:
Berbahagialah mereka yang tak melihat tapi percaya!
Dan ingat, tak ada seorang pun akan sampai kepada Bapa,
tanpa melalui Aku.
(Lampu padam.)
Tamat.
Bitung, 4 April 2024.
Iverdixon Tinungki.
Dilarang dipentaskan tanpa seizin Penulis Naskah.
Discussion about this post