Minut, Barta1.com — Permasalah sungai hingga keberadaan perusahaan pertambangan di Sangihe mencuat dalam temu penguatan kemitraan pemerintah, perguruan tinggi bersama Komunitas Peduli Sungai (KPS) Sulut. Diskusi mengalir apik di Hotel Sutan Raja Minahasa Utara, Jumat (11/03/2022).
Perwakilan KPS Sangihe, Zukrianto Pianaung mengatakan pihaknya, mahasiswa perguruan tinggi Politeknik Nusa Utara (Polnustar) dan masyarakat sangat peduli terhadap sungai di Sangihe.
“Di sana sudah sempat dibersihkan dan dibuat taman, tetapi terjadi keluhan dari masyarakat, buat apa dibersihkan jika perusahaan PT TMS (Tambang Mas Sangihe) jadi beroprasi,” ungkap Zukrianto.
Dia meminta perhatian ratusan komunitas yang hadir dalam pertemuan itu, agar pertambangan emas di Sangihe menjadi isu krusial.
“Mohon masalah sungai harus diperhatikan, jika di sana ada PT TMS maka akan terjadi pencemaran terhadap sungai,” ujar Zukrianto kembali.
Aktivis lingkungan dari KPS Bitung, Ferdy ‘Epang’ Pangalila, tak ragu menyatakan Sekolah Sungai Bitung yang dipimpinnya akan berada di garis depan memperjuangkan penolakan terhadap PT TMS.
“Kiranya ke depan lebih banyak lagi komunitas yang mau bersama-sama menolak PT TMS masuk di Sangihe,” ajak Pangalila.
Kegiatan itu diawali dengan sambutan Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Operasi dan Pemeliharaan Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, Iskandar Rahim, sekaligus menjelaskan maksud kegiatan yaitu sebagai penyegaran kembali program bersama terkait penyelamatan SDA.
Selanjutnya, kegiatan dibuka langsung Kepala Balai Wilayah Sungai I, Ir I Komang Sudana MT, melalui Kepala Seksi OP BWS Sulawesi I, Ir. Mufida Bachmid.
“Kegiatan pemantauan secara periodik sumber daya air, bukan hanya tugas pemerintah saja, namun tugas seluruh stakeholder,” kata Mufida dilanjutkan dengan pemaparan materi pertama mengenai Sinergitas Peran Stakeholder dalam Kegiatan Pembinaan Kemitraan Pemerintah, PT dan KPS.
“Materi ini sebenarnya konteksnya mengulang kembali apa yang selalu saya sampaikan di tiap kesempatan. Namun memang, meski 10 kali di ulang, inti penyampaian ini perlu kami sampaikan terus. Sebab upaya penyelamatan kuala (sungai) bisa terwujud jika kita bersinergi bersama,” sambung Mufida didampingi moderator Denny Taroreh dari Skolah Kuala Manado.
Materi kedua tentang Peran PT dalam Pengelolaan Terpadu yang dibawakan oleh Ir Leo Hengky Kalesaran MSi, Dosen Teknik Pertanian Universitas Sam Ratulangi (Unsrat).
Menurut Kalesaran, peran Unsrat telah berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) Rektor dengan Menteri PUPR Dirjen SDA. Namun, saat ini masih sangat terbatas dalam keikutsertaan pada program-program BWSS-I.
Selanjutnya, di materi ketiga Lieke Kembuan mewakili Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Manado tentang Sinergitas Pengelolaan Sampah Terpadu. Materi keempat ditutup dengan Perumusan Rencana Kegiatan KPS oleh Sekber-KPA Sulut.
Sedangkan Noufryadi Sururama mewakili unsur jurnalis yang tergabung dalam Jurnalis Peduli Sumber Daya Air (JP-SDA) Sulut mengatakan, pihaknya dapat turut berpartisipasi dalam upaya penyelamatan sungai di Sulut melalui tulisan.
“Dengan adanya kegiatan ini, data atau informasi yang kami dapat nantinya akan dikemas menjadi berita untuk bisa publikasikan, sehingga publik bisa mengetahui secara kompleks terkait masalah, manfaat dan pengelolaan SDA di Wilayah Sungai Sulawesi I,” kata Koordinator Jurnalis Peduli Sumber Daya Air (JP-SDA) Sulut ini. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post