Talaud, Barta1.com – Istilah Panen Air Hujan (PAH) merupakan hal yang asing bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud. Pasalnya, ketersedian air saat ini bukan merupakan masalah yang paling mendesak, meskipun tanda-tanda krisis air sudah mulai tampak.
Bagi Yohanis Lay ST MT, air hujan bisa dimanfaatkan sebagai alternatif sumber air dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi saat mengalami kekurangan air, butiran hujan yang dipanen dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti mencuci, mandi dan bahkan dapat digunakan untuk air minum dan memasak.
Caranya adalah air hujan dialirkan melalui pipa penghubung yang dipasang di atap-atap rumah menuju tempat penampungan dibawahnya. Sebelum masuk ke tangki penampungan, air hujan disaring terlebih dahulu melalui tabung filter untuk menetralisir kotoran. “Artinya disetiap bangunan dipasang talang dan dialirkan pada satu aliran kemudian ditampung pada 1 wadah yaitu bak di dalam tanah atau Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (Absah),” ujar Lay.
Menurutnya, kondisi di kompleks perkantoran pemerintah daerah dengan kesulitan air tanah maka kita bisa menggunakan air yang bersumber dari panen air hujan atau rain water harvesting. “Setiap hujan dia kan dicharge baknya. Setelah itu, kita bisa menggunakan pompa untuk menaikan air tersebut ke tower penampungandan dialirkan lagi secara grafitasi. Supaya pompa nya tidak bekerja secara terus-menerus, tetapi hanya digunakan disaat melakukan pengisian air di tower penampungan,” katanya.
Lanjut birokrat yang saat ini menjabat Kepala Bagian Pemerintahan ini, karena terjadi dari proses hidrologi, maka air hujan ini pada dasarnya kekurangan mineral. Yang ada hanyalah hidrogen dan oksigen ((H20) yang membentuk molekul air. Hal ini bisa disiasati dengan mengisi ijuk, pasir, kerikil, arang, batubara merah, kerikil yang dicampur dengan batu gamping dan pasir.
Ternyata, material ini tak hanya berfungsi sebagai alat filter tetapi bisa menambah mineral pada air tersebut. Sehingga air ini menjadi seperti air tanah. Kondisi air ini akan berbeda dengan air yang ditampung dalam bak Penampungan Air Hujan (PAH) dimana airnya terasa licin saat menyentuh kulit.
Untuk air hujan di Talaud sangat baik. Mengapa? Karena di daerah kita tidak ada hujan asam yang disebabkan oleh polutan-polutan udara. “Ini bisa dikembangkan di daerah perbukitan dan pulau-pulau kecil. Cara ini bisa dilakukan di mana saja. Adapun tempat yang baik untuk mengaplikasikan cara ini adalah pada bangunan berukuran kecil hingga berukuran besar,” ujar Lay.
Lanjutnya, banyak produk turunan dari panen air hujan ini seperti penanaman holtikultura, buah-buahan dan pemeliharaan ikan. Lulusan Fakultas Teknik Sipil Unsrat ini menuturkan, dalam skala yang lebih besar lagi, bisa menggunakan embung dan cekungan (retention basin). Embung tersebut menggunakan Daerah Aliran Sungai (DAS).
“Artinya, dimana ada cekungan atau sungai yang ada nanti pada saat hujan, disitu kita bisa membuat tampungan atau embung. Air itu harus berada di darat selama mungkin tanpa harus mengakibatkan bencana. Untuk itu harus dikelola dengan menggunakan theknologi,” ungkap Lay.
Butiran air hujan yang jatuh ditangkap oleh penangkap air hujan, penangkap air hujan yang digunakan biasanya adalah atap bangunan karena selain efektif juga efisien. Semakin luas atap bangunan, semakin banyak juga air hujan yang dapat ditangkap. “Kita bisa menghitung curah hujan dengan menggunakan alat ukur. Kalau di Talaud di atas 3000 mm dalam 10 cm. Artinya dalam 100 m bujursangkar, di atas 300 m kubik air per tahun,” tandasnya.
Memiliki segudang ilmu tentang air saat studi di Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang, membuatnya yakin bahwa Talaud sangat potensial untuk panen air hujan. Di sisi lain kita memiliki tanggungjawab untuk menjaga ketersediaan air tanah untuk menghindari air permukaan yang lebih besar dengan melakukan tindakan-tindakan preventif seperti program penanaman pohon.
Selain itu ia juga menguraikan beberapa dampak yang disebabkan akibat eksploitasi air tanah dapat menyebabkan tanah menjadi ambles (land subsidence). Selain itu, juga akan menyebabkan kesulitan air bersih karena air tanah tersebut semakin sulit diperoleh. Di Kepulauan sendiri terdapat beberapa desa dan kelurahan yang mengalami krisis air. Peningkatan kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan air bawah tanah sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah.
Peliput : Evan Taarae
Discussion about this post