Tak sedikit kejadian misterius yang menimpa orang-orang Sangihe Talaud sehubungan dengan kehadiran makhluk halus yang disebut ‘Tama’ atau “Tamak’. Di pulau Siau, penampakannya sering menjadi peristiwa yang sangat menakutkan.
“Makhluk halus ini masih ada. Kendati mulai jarang nampak, mereka masih hidup di Sangihe Talaud,” ungkap Drs. Micojan Bawuna.
Diwawancarai Barta1.com Kamis, (10/9/2020), budayawan asal Siau ini mengatakan, Tama sejatinya manusia yang telah menyatu dengan alam. “Ini sebabnya mereka disebut makhluk halus, karena mereka tidak lagi hidup seperti manusia biasa tapi sudah menyatu dengan alam sehingga kehadirannya selalu mengejutkan dan menakutkan,” ungkapnya.
Dikatakan Bawuna, bentuk fisik Tama saat muncul seperti bentuk fisik manusia biasa. Namun pemunculannya selalu membuat orang yang melihatnya menjadi gagu dan lemas. Dalam keadaan marah atau sedang menakuti manusia, bentuk lidahnya akan menjulur panjang dan bibirnya terbuka sangat lebar.
“Tama jenis makhluk halus yang nakal. Tapi ia tidak membunuh manusia secara serampangan. Ia hanya mencelakakan seseorang yang berbuat kesalahan, seperti merusak hutan, atau kesalahan lain yang menyebabkan rusaknya keseimbangan alam yang membuat ia marah.”
Keberadaan Tama di pulau Siau masih terlacak hingga tahun 1980-an, kata Bawuna. “Banyak kisah dan peristiwa yang dialami beberapa orang saat bertemu dengan makhluk yang sudah dianggap gaib ini yang menjadi bukti keberadaan mereka,” ujarnya.
Tata Aba, lelaki berumur 70 tahun, warga Paniki, Siau Barat, adalah salah satu penduduk setempat yang berkali-kali menjumpai manusia alam tersebut di era itu. Dari kesaksiannya, antara lain dapat diketahui adanya kehidupan misterius pada dimensi alam yang lain yaitu alam para Tama.
“Mereka hidup di pohon-pohon. Tapi manusia biasa melihat pohon itu seperti rumah atau istana. Hal ini yang dialami Tata Aba setelah ia dinyatakan hilang berbulan-bulan, ternyata ia saat ditemukan sedang duduk di atas cabang sebuah pohon besar,” kata budayawan yang pernah jadi anggota DPRD Sangihe ini.
Tama juga suka berkelakar. Ia sering membalas suara para pekebun saat bicara atau bercerita. Saat bertemu manusia, Tama konon banyak melemparkan pertanyaan yang membuat manusia jadi bingung dan linglung. Ini sebabnya, orang yang pernah bertemu dia, selalu hilang dalam beberapa hari.
Pandangan tentang keberadaan Tama hingga kini masih terjebak antara makhluk halus dan sebuah suku misterius yang dipandang sebagai salah satu nenek moyang orang-orang Sangihe Talaud. Di pulau Siau, masyarakat setempat masih percaya keberadaannya.
Sejarawan Ivan RB Kaunang dalam bukunya: “Bulan Sabit di Nusa Utara” mengungkapkan, Tama atau Tamak, adalah sub suku dari jenis manusia suku Apapuang. Suku Apapuang sendiri tulisnya, adalah manusia alam yang semata-mata tergantung pada alam. Tama jenis terendah derajatnya dibanding 3 sub suku Apapuhang lainnya. Tempat tinggalnya tak menentu.
Penulis : Iverdixon Tinungki
Discussion about this post