Lagu-lagu Masamper tidak semuanya ciptaan para musisi berkebangsaan Eropa. Faktanya, cukup banyak musisi Masamper yang berdarah Nusa Utara. Hanya saja, identitas mereka kurang dikenal karena sifat kolektif Masamper sendiri.
Salah satu musisi Masamper yang berdarah Nusa Utara adalah Andris Mangalede. Sebagai musisi Masamper, lelaki berpostur tinggi ini telah menciptakan lagu-lagu khusus untuk kegiatan Masamper.
Andris lahir di Sawang Jauh, Sangihe, pada 8 Januari 1960. Dia putra keempat dari pasangan suami istri yang hidup bersahaja, Kaleb Mangalede dan Loreta Mamondol. Setelah merajut mahligai pernikahan dengan Adelheid Sumendap, seorang gadis Siau, Andris dikaruniai dua putri, Chiky Mangalede dan Cyta Mangalede.
Andris sejak kecil dikenal cerdas, kreatif dan tangkas. Kecerdasan, kekreatifan dan ketangkasannya kian terasah ketika dia menempuh studi di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Tahuna hingga tamat pada tahun 1983. Terbukti, ketika itu Andris sering membawa nama harum sekolah dan daerahnya di ajang kompetisi akademik, kreativitas seni dan olahraga antar SLTA seprovinsi Sulawesi Utara.
Andris beruntung menempuh pendidikan dasarnya di SD dan SMP Kristen Sawang Jauh. Maklum, kedua sekolah Yayasan Pendidikan Kristen GMIST ini intens membekali siswanya dengan ilmu musik, dan itu otomatis menyemaikan talenta kreatif lelaki ini di bidang musik.
Lebih beruntung lagi ia menempuh studi di SPG Negeri Tahuna. Pasalnya, di sekolah bakal calon guru itu, Andris secara langsung menimba ilmu musik dan seni rupa serta kerajingan dari Efraim Tatimu, seorang guru yang juga terkenal sebagai musisi, perupa dan budayawan kondang Nusa Utara.
Secara tematik, lagu-lagu Masamper ciptaan Andris beraneka ragam. Mulai dari Lagu Pertemuan hingga Lagu Perpisahan. Semuanya bercorak modern, karena dikomposisikan dengan tangga nada diatonik.
Andris memulai kreativitasnya sebagai musisi Masamper pada pengujung dekade 80 (parohan kedua tahun 1980-an). Ini dipicu oleh gencarnya festival Masamper kala itu.
Bagi Andris, yang kala itu membina satu grup Masamper di kampung kelahirannya, festival Masamper membutuhkan tidak hanya stok lagu yang banyak, tapi juga yang baru dan inovatif. Ini berkait dengan karakteristik Masamper sebagai seni “mepapate wisara” (semacam debat lewat nyanyian).
Sementara itu, lagu Masamper kebanyakan sudah dikuasai oleh komunitas Masamper. Maka, dibutuhkan stok lagu baru buat grup Masamper binaan Andris. Untuk itulah, sang musisi yang humoris dan rendah hati ini menciptakan lagu-lagu Masamper.
Alhasil, ketika mengikuti berbagai festival Masamper pada masa itu, seperti di Kota Tahuna, grup Masamper dari kampung Sawang Jauh menyanyikan lagu-lagu ciptaan Andris. Ini tak pelak membuat dewan juri dan grup-grup Masamper lainnya tersentak kagum. Dari ajang-ajang kreatif kompetitif itulah, lagu-lagu ciptaan Andris dikenal oleh publik Masamper di Sangihe.
Banyak sudah lagu Masamper yang lahir dari proses kreatif seorang Andris yang akrab disapa “Om Panjang” ini. Lima belas di antaranya adalah:
(1) Sengka Pebua (jenis pertemuan)
(2) Pia Tatengkorang (jenis pertemuan)
(3) Haleluyah, Puji Nama-Nya (jenis pujian)
(4) Hormat dan Pujian (jenis pujian)
(5) Suara Sion, Angkatlah (jenis pujian)
(6) Teking i Musa (jenis peperangan rohani)
(7) Kelung Nitanda (jenis peperangan)
(8) Yos Sudarso (jenis sejarah perjuangan nasional)
(9) Raden Ajeng Kartini (jenis sejarah perjuangan nasional)
10) Ese Matana su Liang (jenis sejarah lokal tentang kehebatan Irodoti Pontolawokang, raja Sawang Jauh yang hidup pada tahun 1600-an)
11) Menondoeng Pato Wininta (jenis sastra)
12) Engkau Gadis Jajan Cinta (jenis percintaan badani)
13) Cinta, Bukanlah Cinta (jenis percintaan badani)
14) Sinta (jenis percintaan badani)
15) Saat Berpisah (jenis perpisahan).
Andris, selang tahun 1983-1992, mengabdi sebagai guru di SD dan SMP almamaternya. Dalam pada itu sang engku aktif melayani jemaat GMIST di kampung kelahirannya dalam kapasitas sebagai Penatua dan Sekretaris Jemaat. Ia pun mengabdikan diri di kampung kelahirannya sebagai Sekretaris Desa.
Pada tanggal 9 Januari 1993, Andris memboyong keluarganya dan sembilan keluarga lainnya ke Diule, Buol Toli-toli, Sulawesi Tengah, dalam rangka program “Transmigrasi Missioner” GMIST.
Di daerah transmigrasi itu, hingga kini, sang musisi, guru dan penatua yang bernama Andris Mangalede tetap berkarya. Tidak hanya di bidang penatalayanan persekutuan Gereja, tapi juga di bidang musik, baik sebagai musisi dan instruktur Masamper, maupun selaku tenaga pembina musik gereja. Tak heran, beberapa tahun silam, ia mengikutii Seminar dan Lokakarya Musik Gereja besutan Yayasan Musik Gereja di Jakarta. (*)
Penulis: Sovian Lawendatu
Discussion about this post