Manado, Barta1.com – Sosok Wulan T Zesty Sambul SPd, cukup bernyali saat memutuskan ikut dalam tarung Pilcaleg nomor urut 8 Dapil Manado untuk DPRD Provinsi Sulut dari PDI Perjuangan. Kendati sebagai politisi baru yang dikepung sejumlah kader Parpol kawakan, dia mengaku, punya cara sendiri untuk meraup simpati pemilih.
Buktinya, jelang pekan terakhir Maret 2019, elektabilitas Zesty terus menguat di sejumlah kecamatan di Kota Manado. “Angka kenaikan prosentase dukungan terhadapnya cukup stabil dibanding kandidat lainnya yang tampak terus merosot,” kata Donny Tahulending, salah seorang Tim Pemenangan Zesty, baru-baru ini.
Menurut Donny, basis massa utama pendukung Zesty adalah kalangan kaum perempuan di berbagai organisasi sosial, dan terutama di kalangan gereja. Kendati meraup pertumbuhan dukungan yang cukup signifikan, Zesty mengatakan tidak sesumbar meraih kursi di DPRD. Tapi sebagai representasi kaum perempuan, kata dia, ajang Pilcaleg baginya adalah ajang perang ide dan gagasan tentang peran kaum perempuan di lembaga legislatif.
“Kaum perempuan Indonesia dan terutama Sulawesi Utara, tak boleh sekadar menjadi angka terbesar dari jumlah penduduk, tapi juga harus jadi penentu kebijakan-kebijakan public,” kata Zesty Sambul pada Barta1, Sabtu (23/3/2019).
Nilai penting keterwakilan kaum perempuan di kursi legislatif, lanjutnya, yaitu ikut merancang dan menentukan kebijakan yang berpihak pada kaumnya yang merupakan angka terbesar penduduk Indonesia.
“Nasib kaum perempuan harus menjadi isu strategis di Kota Manado, dan di Provinsi Sulawesi Utara. Kaum perempuan harus berjuang menepis ideologi patriarki yang menganggap ruang perempuan hanya di seputaran dapur dan tempat tidur. Kaum perempuan harus punya akses dan kesempatan untuk mengembangkan diri,” ungkapnya.
Nah, lembaga legislatif, kata Zesty, adalah salah satu ruang perjuangan kaum perempuan lewat representasi mereka yang duduk di sana. “Saat ini kaum perempuan belum banyak berperan dalam politik. Padahal, politik menyangkut pengambilan kebijakan publik, yang mempengaruhi kehidupan perempuan. Dari berbagai data penelitian, disparitas kemiskinan antara masyarakat di perkotaan terkait erat dengan kaum perempuan. Kehidupan kaum perempuan sangat terkait juga dengan ketimpangan. Karena itu, upaya mengatasi kemiskinan dan ketimpangan perlu melibatkan perempuan, dan harus berperspektif keadilan gender,” papar Zesty.
Ini sebabnya, kata Zesty, duduk sebagai anggota legislatif itu penting bagi kaum perempuan agar hak-hak kaum perempuan bisa diperjuangkan lewat lembaga tersebut. “Masalahnya sekarang di Sulut, apakah pemilih perempuan menginginkan keterwakilan dirinya di DPRD Sulut? Semuanya kembali kepada kita sebagai kaum perempuan. Kita yang memilih, kita yang menentukan sekarang!” imbuhnya. (Adv)
Discussion about this post