Hadineas, Sang Prajurit
PEMAIN:
HADINEAS: Mantan prajurit Romawi yang bertobat.
AMIMEN: Budak perempuan yang telah dibebaskan.
ELJINOR: Budak lelaki, anak Amimen.
SOSOK LELAKI: Sosok Misterius.
SOSOK BERJUBAH: Sosok Misterius.
MADAM DESILA: Kerabat dekat Kaisar Tiberius.
CLAVIUS ALDESIUS: Mantan prajurit Romawi yang mendukung Madam Desila.
CENORE: Mantan prajurit Romawi yang mendukung Madam Desila.
.
SEBUAH DUNIA HITAM PUTIH. RUANG ARTIFISIAL PENANDA SALAH DAN BENAR. PERABOT, PERNIK, DAN ORNAMEN KESEHARIAN, DAN SEBUAH TALI GANTUNGAN.
ADEGAN PEMBUKA:
(LAMPU MENYALA). HADINEAS BERDIRI DI HADAPAN TALI GANTUNGAN. SOSOK LELAKI DI SEBUAH KURSI. AMIMEN BERSENANDUNG DI SUATU TEMPAT.
HADINEAS:
Aku Hadineas sang prajurit.
Aku yang melihat angin dan kegelapan menyerbu.
Aku yang melihat siang hari ditampar kegalauan.
Aku yang melihat bait Allah terbelah dua.
SOSOK LELAKI:
Akhiri hidupmu!
HADINEAS:
Aku Hadineas sang prajurit.
Aku yang melihat darahNya tumpah.
Aku yang melihat kehidupan yang koma.
Aku yang melihat kematian Yesus, bahkan kematian Pilatus.
SOSOK LELAKI:
Akhiri hidupmu!
HADINEAS:
Aku Hadineas, sang prajurit.
Aku yang yang mengatakan:
Sungguh Ia ini Anak Allah.
SOSOK LELAKI:
Akhiri hidupmu!
HADINEAS:
Aku tak mau mati di tali gantungan ini.
Aku tak mau mati seperti Yudas.
Kematian Yudas, kematian sia-sia.
LAMPU PADAM. HANYA SUARA SENANDUNG AMIMEN YANG TERSISA.
BAGIAN I :
(DALAM SUASANA GELAP). TERDENGAR SUARA GUCI JATUH KE LANTAI. TERDENGAR PENGUMUMAN.
BUNYI PENGUMUMAN:
Pengumuman! Dari Hadineas sang prajurit. Kepada kalian kaum budak yang bekerja di ladang dan kebun sang prajurit, gembala-gembala domba dan ternak sang prajurit, dan semua pekerja dan pembantu di rumah sang prajurit. Disampaikan, sejak hari ini, atas perintah sang prajurit, kalian dibebaskan. Sejak hari ini kalian semua ditetapkan sebagai manusia merdeka. Raih dan bangunlah hidup kalian sebagai orang-orang merdeka.
PENGUMUMAN ITU AWALNYA DISAMBUT SUARA-SUARA KEGEMBIRAAN KECIL DARI BEBERAPA ORANG, TAPI KEMUDIAN BERUBAH MENJADI GELOMBANG LAGU KEGEMBIRAAN YANG MENGGETARKAN. TAK BERAPA LAMA SUASANA KEMBALI HENING DAN GELAP.
SUARA HADINEAS:
Siapa itu?
SUARA SESEORANG:
Kau harus mati, Tuan Hadineas!
SUARA HADINEAS:
Siapa kau?
SUARA SESEORANG:
Tak usah bertanya, Tuan Hadineas. Kau harus mati.
KEMUDIAN TERDENGAR SUARA DUA ORANG SEDANG BERGELUT DAN BERKELAHI. KURSI TERBANTING, MEJA TERGESER, TERIAKAN KESAKITAN, DAN BUNYI BEDEBAM DARI TUBUH YANG JATUH KE LANTAI. SUARA AMIMEN DENGAN PANIK MENYELA;
SUARA AMIMEN:
Tuan Hadineas, ada apa?
Ada apa, Tuan Hadineas?
(SUASANA KEMBALI HENING)
KEMUDIAN TERLIHAT PERCIKAN CAHAYA KOREK API. SEBATANG LILIN MENYALA DI TEMPAT LILIN ANTIK DI ATAS MEJA, MENYUSUL BEBERAPA BATANG LAGI. RUANG JADI TERANG. TAMPAKLAH RUANG YANG BERANTAKAN, HADINEAS TERGELETAK DI LANTAI MENAHAN SAKIT. DI TANGANNYA TERGENGGAM BELATI YANG BERDARAH. AMIMEN USAI MENYALAKAN LILIN DENGAN SIGAP MENDEKATI DAN MENGANGKAT HADINEAS KE SEBUAH KURSI.
AMIMEN:
Apa yang terjadi, Tuan?
HADINEAS:
Seseorang menyelinap kemari untuk membunuhku.
AMIMEN:
Apakah engkau terluka, Tuan?
HADINEAS:
Aku seorang prajurit, Amimen.
Serangan kecil semacam itu takkan membuat aku terbunuh.
AMIMEN:
Siapa orang yang menyerang Tuan?
HADINEAS:
Aku tidak mengenalnya secara persis.
Tapi dari suaranya aku tahu siapa dia.
Ambilkan aku air minum, Amimen!
AMIMEN KELUAR MENGAMBIL AIR MINUM. HADINEAS BERPINDAH DUDUK DI MEJA KERJANYA, LALU MENANCAPKAN BELATI YANG MASIH BERDARAH KE ATAS PENAMPANG MEJA. IA TAMPAK TUA DAN SAKIT. SESEKALI IA TERBATUK. IA MENATAP KE LANGIT-LANGIT.
HADINEAS:
Yesus Putra Allahku.
Betapa berat ujian iman yang kau berikan padaku di usia setua ini.
Semua orang bangkit melawan aku.
Kebaikan seakan tak ada tempatnya lagi di dunia ini.
Kejahatan bersorak-sorai dari lapisan bumi paling bawah
hingga ke menara-menara kuasa.
Tapi, bila ini kuk untuk pundakku,
biarlah aku menyeretnya hingga semuanya lunas dalam kematianku.
TIBA-TIBA MUNCUL SOSOK LELAKI.
SOSOK LELAKI:
Menyerahlah, Hadineas !
HADINEAS:
Tidak…Tidak semudah itu.
SOSOK LELAKI:
Ambilah pisau itu.
Benamkan dalam-dalam hingga menembus jantungmu.
HADINEAS:
(MENGGEBRAK MEJA)
Tidak!
Aku tidak akan melakukannya.
Aku tak akan terprovokasi dengan cara kematianmu.
SOSOK LELAKI:
Siapa yang mencintai hidup,
dia akan kehilangan hidup!
HADINEAS:
Kau memang pembajak.
Kau telah membajak Firman Tuhan untuk kepentinganmu.
Siapa kau?
SOSOK LELAKI:
Aku Yudas, Hadineas!
HADINEAS:
(MENCABUT PISAU DI MEJA)
Akulah yang akan membunuhmu, Yudas.
SOSOK LELAKI:
Kematian semacam apa kau ingin dariku Hadineas.
Aku hanya segumpal awan hitam yang membersit dari setiap tangisan.
HADINEAS:
Kau memang penghasut kematian yang sia-sia!
SOSOK LELAKI KELUAR. HADINEAS MENANCAPKAN LAGI PISAU KE PENAMPANG MEJA. TAK BERAPA LAMA MASUK AMIMEN MEMBAWAKAN AIR MINUM LALU MENYODORKANNYA KE HADINEAS. HADINEAS MENEGUKNYA. AMIMEN KEMUDIAN MERAPIKAN KEMBALI RUANG YANG AGAK BERANTAKAN ITU.
AMIMEN:
(SAMBIL MEMBENAHI RUANG)
Banyak orang kini memusuhi tuan
karena kebjikan tuan membebaskan para budak,
dan kepercayaan tuan pada Yesus yang disalibkan itu.
Tuan harus berhati-hati!
HADINEAS:
Ke mana Eljinor?
AMIMEN:
Eljinor belum kembali dari kebun, Tuan!
HADINEAS:
Kalau ia pulang,
suruhlah anakmu itu menghadapku!
AMIMEN:
Iya, Tuan!
AMIMEN SETELAH USAI MEMBENAHI RUANGAN LANGSUNG KELUAR. SEMENTARA HADINEAS MENGAMBIL BEBERAPA GULUNGAN BERKAS, MEMBUKA, DAN MEMBUAT CATATAN PADA SEBUAH KAIN TULIS. TAK BERAPA LAMA TERDENGAR KETUKAN DI PINTU.
HADINEAS:
Masuk!
MASUK ELJINOR DENGAN LANGKAH AGAK SEMPOYONGAN DAN TAKUT. PAHANYA TAMPAK TERLUKA DAN DIBALUT DENGAN KAIN.
ELJINOR:
Kata ibuku, Tuan memanggil saya.
HADINEAS:
Benar, Eljinor. Kenapa pahamu?
ELJINOR:
Terluka, Tuan, saat aku tergelincir di kebun.
HADINEAS:
Kenapa engkau tampak begitu ketakutan, Eljinor?
Tatap aku.
ELJINOR:
Tidak.
Tidak apa-apa tuan.
Saya ini hamba.
Mana berani saya menatap tuan.
HADINEAS:
Kau dan ibumu kini bukan budak lagi.
Kalian orang merdeka.
Tapi sudahlah aku tak ingin bicarakan itu.
Aku cuma ingin bertanya, apakah kau mengasihi aku, Eljinor?
ELJINOR:
Sudah pasti aku mengasihi Tuan.
Bahkan aku siap melayani Tuan dengan taruhan nyawaku.
HADINEAS:
Terima kasih atas pengabdianmu dan pengabdian ibumu terhadapku!
Kau percaya pada Yesus, Eljinor?
ELJINOR:
Seperti Tuan percaya, akupun percaya, Tuan.
HADINEAS:
Ketika kami menggiring Yesus ke golgota.
Dua belas murid-Nya lari tunggang-langgang bersembunyi.
Apa yang kurang dari kasih Yesus pada mereka?
Mereka menyangkali Dia.
Mereka mengkhianati Dia.
ELJINOR:
Aku tidak akan melakukan hal semacam itu pada Tuan.
HADINEAS:
(MENGAMBIL SEBUAH GULUNGAN SURAT)
Eljinor, aku sudah tua.
Tubuhku kian hari, kian lemah.
Bila satu saat terjadi sesuatu padaku.
Kau dan ibumu adalah pewaris semua hartaku.
Aku telah menuliskannya dalam surat wasiat ini.
ELJINOR:
Aku dan ibuku, tidak patut menerimanya, Tuan!
Bagaimana mungkin hal itu bisa kau wasiatkan kepada kami?
HADINEAS:
Ambillah, Eljinor,
dan pergilah temui ibumu.
ELJINOR MENGAMBIL SURAT WASIAT LALU PERGI, TAPI KETIKA MAU KELUAR, HADINEAS MEMANGGILNYA KEMBALI.
HADINEAS:
(MENCABUT PISAU YANG TERTANCAP DI MEJA)
Ambil pisau ini, bersihkan, dan simpan sebagai milikmu.
Tapi ingat, Eljinor,
pisau tak memiliki mata,
ia bisa melukai siapapun yang bermain-main dengannya.
ELJINOR MENERIMA PISAU ITU DENGAN PERASAAN TAKUT LALU PERGI. HADINEAS SEJENAK MERAPIKAN MEJAHNYA, LALU MEMADAMKAN LILIN. RUANGAN JADI GELAP.
BAGIAN II :
TERDENGAR KOKOK AYAM PETANDA HARI SUDAH PAGI. LAMPU MENYALA. TAMPAK HADINEAS SEDANG BERLUTUT DI BAWAH SALIB. TERDENGAR KETUKAN DI PINTU. TAK BERAPA LAMA MASUK AMIMEN.
AMIMEN:
Tuanku.
Madam Desila, Tuan Clavius Aldesius dan Tuan Cenore
ingin menemui tuan!
HADINEAS:
Persilakan mereka masuk, Amimen.
AMIMEN KELUAR, TAK BERAPA LAMA MASUK MADAM DESILA, CLAVIUS ALDESIUS DAN CENORE DIANTAR AMIMEN. WAJAH KETIGA TAMU ITU TAMPAK GUSAR DAN AGAK GERAM.
HADINEAS:
(SANTUN)
Selamat datang, Madam Desila.
Tuan Clavius Aldesius, Tuan Canore,
ada kabar apa gerangan?
Duduklah!
MADAM DESILA:
(ANGKUH)
Hadineas, aku tak butuh keramahan formalitasmu.
Hatiku lagi gusar. Sangat gusar oleh tindakanmu.
(MENENGOK KE ARAH AMIMEN)
Mengapa pembantumu itu masih berdiri di ruangan ini?
Bukankah ia harus keluar?
Kita akan membicarakan hal yang penting, Hadineas.
Suruhlah ia keluar!
AMIMEN AKAN MELANGKAH KELUAR.
HADINEAS:
Tetaplah di tempatmu, Amimen.
Kau adalah Tuan rumah kami.
Bukankah aku telah mewariskan rumah ini kepadamu?
Bukankah kau kini manusia merdeka?
AMIMEN TAK JADI KELUAR. IA KEMBALI KE TEMPATNYA.
MADAM DESILA:
Sikap dan tindakan semacam inilah yang kubenci darimu, Tuan Hadineas.
Kau seperti memandang aku sebagai manusia yang rendah.
Tahukah kau aku kerabat dekat Tiberius dan Caligula Sang Kaisar.
HADINEAS:
Aku hanya melakukan sesuatu yang benar di mata Tuhan, Madam Desila.
CLAVIUS ALDESIUS:
Tindakanmu telah menggemparkan Yerusalem.
HADINEAS:
Menggemparkan bagaimana, Tuan Clavius Aldesius?
MADAM DESILA:
Pemberontakan!
Bibit perlawanan muncul di mana-mana.
Semua pekerja dan budak kini menuntut dimerdekakan sejak
kau membebaskan para pekerja dan budak-budakmu.
Kau telah memberikan contoh yang keliru untuk Yerusalem.
Kau mengobarkan revolusi.
HADINEAS:
Memperbudak sesama manusia itu dosa, Madam!
MADAM DESILA:
(SINIS DAN ANGKUH)
Puihhhh! Prajurit Romawi yang gagah.
Prajurit yang ikut mengharumkan nama kekaisaran.
Prajurit yang ikut menuai kemenangan di medan pertempuran.
Kini tak lebih lelaki tua yang lembek.
Penuh kasih sayang yang cengeng.
HADINEAS:
Bila Anak Allah itu bisa mengasihi kita dengan nyawanya,
bagaimana kita tak bisa mengasihi sesama manusia, Madam.
CENORE:
Kau ikut menyalibkan Dia!
Tapi kini kau berbalik menjadi prajurit-Nya.
Bagaimana ini bisa terjadi, Hadineas?
HADINEAS:
O Tuhan, ampunilah aku.
Tapi, aku melihat dengan mataku sendiri
betapa Ia sungguh Anak Allah.
MADAM DESILA:
Aku sudah mengira, kau akan mengatakan itu padaku.
Semua prajurit mendengar ucapanmu di Golgota
menjelang kematian Lelaki tersalib itu.
“Sungguh Ia ini Anak Allah!”
Semua prajurit mendengarnya.
Dan ucapanmu itu telah menyebar dari mulut ke mulut di seantero Yerusalem.
Menyebar seperti bibit penyakit yang memengaruhi orang-orang
untuk percaya, bahwa, lelaki dari Nazaret itu Putra Allah.
HADINEAS:
Terpujilah Tuhan bagi yang tidak melihat tapi percaya.
Sedangkan aku, aku yang melihat-Nya,
bagaimana aku tak percaya, Madam?
Maafkan aku.
Tapi…tapi… mata hatiku benar-benar terkuak saat itu.
Aku melihat betapa agung dan kudus Lelaki yang terpalang itu.
Guntur, kilat, angin, dan kemahadahsyatan Allah,
benar-bernar tampak di Golgota ketika itu.
Lalu datang kabar, tabir Bait Allah terbelah dua, Madam.
HADINEAS BERJALAN TERGOPOH-GOPOH KE ARAH SALIB LALU BERLUTUT.
HADINEAS:
(SEDIH)
Tuhan…
ampunilah aku yang telah mengantar-Mu ke tiang gofir kematian itu.
MADAM DESILA:
(SINIS)
Apa yang kau dapatkan dari keyakinanmu yang keliru itu, Hadineas?
HADINEAS:
Kedamaian, Madam.
Aku mendapatkan kedamaian bersama Yesus.
CENORE:
Kau seperti orang-orang Yunani
yang keranjingan membuat mitos dari
hal-hal yang fiksi dan sepele.
HADINEAS:
Semoga mulutmu diampuni, Cenore!
CENORE:
Aku yang memberi Dia minum cuka saat Dia sangat haus.
Clavius Aldesius yang menusukkan tombak
hingga mengangahkan luka di lambung-Nya.
Kalau Ia Tuhan seperti yang kau sembah,
mengapa Ia tak membalas kejahatan kami itu?
Malahan kau yang ketika itu menangis
penuh penyesalan justru menerima hukuman.
(HADINEAS DIAM TAK MENJAWAB)
CLAVIUS ALDESIUS:
(TERTAWA)
Suatu pertobatan yang keliru.
Suatu penyembahan yang sia-sia!
MADAM DESILA:
Karena dia menyembah penjahat,
dan menjadikan penjahat itu sebagai Tuhan.
Itu sebabnya Tuhan yang sesungguhnya menghukum dia.
CLAVIUS ALDESIUS:
(SINIS)
Sahabatku, Hadineas!
Aku dan Cenore hidup dalam kelimpahan dan kesejahteraan,
padahal kami tidak percaya dengan Yesus yang kita salibkan itu.
Tapi kau, dengan percaya padaNya,
kau ditinggal pergi anak-anakmu.
Istrimu mati digerogoti penyakit aneh yang sangat mengerikan.
Kini kau sakit, dan sebentar lagi akan mati, Hadineas.
Mengapa kau masih sujud dan menyangka Yesus itu Juruselamat.
Keselamatan apa yang Ia berikan padamu?
MENDENGAR UCAPAN CLAVIUS ALDESIUS, HADINEAS SPONTAN MARAH. IA BERDIRI DAN LANGSUNG MENJAMBAK KERAK BAJU CLAVIUS ALDESIUS.
HADINEAS:
Jangan kau hujat Yesus di hadapanku, Clavius Aldesius!
Aku prajurit-Nya! Aku bisa membunuhmu.
CLAVIUS ALDESIUS:
Membunuhku, Hadineas? (TERBAHAK).
Dengan tubuh selemah ini, kau bisa membunuhku?
Bahkan untuk membunuh seekor lalat kini kau tidak mampu!
(MENDORONG HADINEAS HINGGA JATUH TERJEREMBAB).
MELIHAT HADINEAS TERJATUH, AMIMEN MENJERIT.
AMIMEN:
Tuan!
AMIMEN DENGAN CEPAT MENDEKATI HADINEAS YANG TAMPAK SANGAT KESAKITAN.
MADAM DESILA:
Kalau kami mau, kami bisa membunuhmu, Hadineas.
Aku orang yang paling kaya di Yerusalem.
Apa yang tidak bisa kubeli, barang, pengabdian, kekuasaan,
penghianatan, semua bisa kubeli.
Di hadapan uang bahkan murid Yesus bernama Yudas itu takluk,
meletakkan kesetiaannya, dan menukar Mesias yang kau sembah itu
dengan hanya tiga puluh keping perak.
HADINEAS:
Manusia tidak hidup dari roti saja, Madam!
MADAM DESILA:
Tanpa roti, tanpa makanan, tanpa uang, manusia akan mati.
HADINEAS:
Semua manusia akan mati, tapi mati bersama Yesus adalah kemenangan.
MELIHAT KEADAAN HADINEAS YANG KESAKITAN, AMIMEN MENYELA.
AMIMEN:
(HALUS)
Tinggalkan tempat ini, Madam.
Tidak kasihankah kalian melihat Tuan Hadineas sudah seperti ini?
CENORE:
Diam kau, budak!
Kau tidak pantas bersuara dalam ruangan ini.
MENDENGAR PENGHINAAN ITU, AMIMEN BERDIRI DENGAN PENUH AMARAH MENDEKATI CENORE.
AMIMEN:
(MARAH)
Aku bukan budak lagi.
Aku perempuan merdeka.
Aku telah dimerdekakan oleh Tuan Hadineas oleh karena
kasih Kristus Tuhan!
DENGAN CEPAT AMIMEN MENAMPAR CENORE. CENORE KAGET DAN MURKA DAN MENCABUT PEDANG HENDAK MENGHAJAR AMIMEN.
MADAM DESILA:
Jangan, Cenore.
Jangan kotori pedangmu dengan darah perempuan hina ini.
AMIMEN:
(MARAH)
Keluar!
Keluar kalian dari rumahku!
Keluar!
MADAM DESILA, CLAVIUS ALDESIUS, CENORE KELUAR DENGAN PERASAAN TERHINA DAN MARAH.
HADINEAS:
Kau telah membela kehormatanmu dengan baik, Amimen.
Tapi ingatlah, Yesus tak mengajar kita membalas kejahatan dengan batu.
Sentuhlah kejahatan dengan kapas,
maka tak ada luka lain untuk ditangiskan. Kau mengerti, Amimen?
AMIMEN:
Aku mengerti, Tuan.
HADINEAS:
Amimen … tuntunlah aku ke kamarku.
Tubuhku terasa amat lemah. Mungkin waktuku tak lama lagi.
AMIMEN MENUNTUN HADINEAS KELUAR.
(LAMPU PADAM)
BAGIAN III:
(LAMPU MENYALA AGAK SURAM)
AMIMEN SEDANG BERSENANDUNG DI SUATU TEMPAT. HADINEAS MUNCUL BERSAMA SOSOK BERJUBAH YANG MEMBAWA LENTERA DI TANGANNYA. HADINEAS BERJALAN MENUJU TIANG TEMPAT MENGGANTUNG JUBAH PRAJURITNYA SEPERTI MENIMBANG-NIMBANG SESUATU DALAM PIKIRANNYA.
SOSOK BERJUBAH:
Kenakanlah jubah prajuritmu itu, Hadineas.
Seorang prajurit harus pergi dengan kebesaran hati keprajuritannya.
HADINEAS MENGENAKAN PAKAIAN PRAJURIT ROMAWINYA. SETELAH SELESAI.
HADINEAS:
Aku sudah siap!
SOSOK BERJUBAH:
Ayo, sudah waktunya kita berangkat!
SOSOK BERJUBAH DAN HADINEAS PUN PERGI MENGAMBIL JALAN LURUS KE DEPAN. MELIHAT KEPERGIAN TUAN HADINEAS BERSAMA SOSOK ITU, AMIMEN SEPERTI TERSADAR DARI SEBUAH MIMPI. IA BERUSAHA MENGEJAR SAMBIL MEMANGGIL NAMA TUANNYA.
AMIMEN:
Tuan Hadineas!
BARU BEBERAPA LANGKAH, SOSOK BERJUBAH MENOLEH KE ARAH AMIMEN DAN MEMBUKU TUTUP KEPALANYA. TERNYATA IA SOSOK YESUS. AMIMEN TERKEJUT DAN BERHENTI.
SOSOK BERJUBAH:
Wai perempuan, lihatlah anakmu!
SETELAH BERKATA, SOSOK BERJUBAH DAN HADINEAS PUN PERGI. AMIMEN SEKETIKA MENJADI AMAT SEDIH.
AMIMEN:
Tuan Hadineas, mengapa tuan pergi…
MASUK ELJINOR DENGAN PISAU DAN PAKAIANNYA YANG BERDARAH. IA JUGA MEMBAWA SEBUAH BUNGKUSAN BERISI UANG.
ELJINOR:
Dia memang harus pergi, Ibu.
AMIMEN KAGET MENDENGAR SUARA ELJINOR, LANGSUNG BERPALING. LEBIH KAGET LAGI AMIMEN MELIHAT PISAU DAN PAKAIAN ELJINOR YANG BERDARAH.
AMIMEN:
Apa yang kau lakukan, Eljinor?
ELJINOR:
Aku membunuhnya, Ibu.
Aku harus membunuhnya.
MENDENGAR PERKATAAN ANAKNYA, AMIMEN MENANGIS TERSEDUH.
AMIMEN:
Kenapa kau lakukan itu, anakku?
Kenapa kau lakukan itu, Eljinor?
ELJINOR:
Mereka membayar aku untuk melakukan itu.
(MENUNJUKKAN TAS UANG KE IBUNYA)
Lihatlah uang ini, Ibu.
AMIMEN:
Kau tak saja membunuhnya, Eljinor.
Tapi kau juga membunuh kebaikan dalam hatimu.
Hatimu telah mati.
Mati kau tikam sendiri, Eljinor!
Kau seperti Yudas, Eljinor.
Kau seperti Yudasssssss!
ELJINOR:
Mereka mengancam membunuh kita,
bila aku tak melakukan itu ibu.
AMIMEN:
Pergi kau, Eljinor…
pergi kau.
Uang dan ketakutan telah membuat kau tega
menusuk kebaikan hingga mati…
pergi kau, Eljinor.
Pergi…
ELJINOR PERGI. AMIMEN TERSUNGKUR DALAM TANGISAN PALING MENYEDIHKAN.
TAMAT
*) Mementaskan naskah ini harus seizin pengarang: Iverdixon Tinungki Hp. 085343976992
Discussion about this post