Talaud, Barta1.com – Meski baru berusia belia, Jesika Pritianti Tundu, memiliki segudang prestasi. Peraih medali emas atletik kategori trilomba putri pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) di Yogyakarta tetap semangat menjalani latihannya. Itu semua dilakukannya untuk mengharumkan nama baik Tanah Porodisa dikancah nasional.
Pagi itu, Jesika Pritianti Tundu (14), baru saja melakukan pemanasan di depan rumahnya untuk melaksanakan latihan tolak peluru. Sesekali lengannya digerakan agar ototnya tidak tegang. Sesekali juga ia berlari kecil, lalu duduk melemaskan otot-otot kaki, lalu berdiri dan berlari lagi.
Putri sulung Keluarga Tundu-Lumeling ini mendapat julukan “Wonder Women” karena kekuatannya menolak peluru dan berhasil menyabet medali emas kategori trilomba putri pada ajang (O2SN), di Yogyakarta, 16-22 September 2018 silam.
Jesika berhasil menggusur lawan-lawannya dan menempati podium juara satu 1 setelah meraih prestasi terbaik ke- 1 tolak peluru trilomba cabang atletik dengan jarak tolakan 10,75 meter dan prestasi terbaik ke-3 lompat jauh dengan jarak lompatan 4,47 meter.
Walaupun sudah mencatatkan namanya di lembaran juara nasional, perempuan yang merupakan siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lirung ini tetap berlatih dengan tekun.
“Waktu itu, cuma satu dalam pikiran saya, medali emas itu. Pokoknya, medali emas itu harus saya bawa pulang ke Talaud. Ternyata Tuhan mengabulkan doaku,” kata Jesika sambil mengenang peristiwa bersejarah itu.
Jesika lahir pada 21 Juni 2004 di Desa Moronge, Kecamatan Moronge. Sejak masih di bangku Sekolah Dasar, perempuan ini sudah menyukai olahraga. Bahkan, ia pernah dua kali menjuarai lomba cabang olahraga tenis meja putri dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) dan menjadi utusan Kabupaten Talaud ke tingkat provinsi.
Namun, kecintaan perempuan ini terhadap cabang olahraga atletik belum begitu lama. Hal ini terjadi setelah guru olahraganya, Ester Bee yang mengusulkan agar Jesika sebaiknya menekuni latihan pada cabang olahraga tersebut.
“Awalnya saya mengusulkan agar Jesika harus menekuni cabang olahraga atletik saja. Selain memiliki bakat, olahraga ini tidak memerlukan banyak biaya,” terang Bee.
Ester Bee juga bercerita tentang awal perjuangan Jesika saat mendapatkan tiket ke tingkat provinsi setelah berhasil menginjakan kaki ke podium juara 1 atletik pada O2SN tingkat kabupaten yang digelar di Melonguane pada 6-8 Juni 2018.
“Sejak mengikuti seleksi tingkat kabupaten dan provinsi, Jesika sudah menunjukan prestasinya yang luar biasa. Seluruh peserta O2SN dibuatnya heran,” kata guru yang akrab disapa ibu Ester.
Di sisi lain, Kepala SMP Negeri 2 Lirung, Alunan Sasauw menceritakan kedisiplinan Jesika dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab seorang siswa. “Orangnya disiplin dan bertanggungjawab. Ini menjadi modal awal Jesika,” katanya.
“Kami dari pihak sekolah sangat bangga memiliki siswa seperti dia. Saat mendengar kabar kalau Jesika berhasil merebut medali emas, air mataku menetes karena haru,” ucap perempuan ini dengan mata berkaca-kaca.
Hadiah Untuk Ortu
Kisah mengharukan lainnya diceritakan oleh orang tua kandung Jesika. Rusli Tundu, ayah Jesika mengisahkan kegembiraan keluarga ketika anak mereka disambut secara adat saat tiba dari Yogyakarta di Pelabuhan Lirung dan diarak menuju desa Moronge.
“Penyambutan secara adat dan diarak menuju desa Moronge merupakan satu kebahagiaan tersendiri bagi kami. Semuanya hanyut dalam keharuan saat itu,” terang Rusli kepada media ini.
Di lain kisah, Lensi Lumeling, Ibu dari sang juara menceritakan tentang dirinya yang tak mampu menahan air mata ketika anak sulungnya menelponnya sesaat setelah dikalungkannya medali emas ke lehernya.
“Suaranya parau dan mengatakan, Mama, medali ini nanti saya jadikan hadiah untuk mama dan papa. Itu kata Jesika di telpon. Saya tak mampu lagi berkata apa-apa saat ketika Jesika terus menceritakan suasana perlombaan yang ia ikuti,” kenang Lensi saat di wawancarai.
Peliput : Evan Taarae
Discussion about this post