Mana Awad Mikhail dilantik dan disumpah sebagai gubernur di provinsi Damietta pada hari Kamis, 30 Agustus 2018 oleh Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Ia adalah seorang perempuan Kristen Koptik yang untuk pertama kali menempati posisi ini di negeri mayoritas Islam itu.
Menurut laporan Egyptian Streets, Mikhail merupakan perempuan kedua yang ditunjuk sebagai gubernur di Mesir. Ia berusia 51 tahun lulus dari Ilmu Veteriner dari Universitas Benha, kemudian mengambil program master dan kemudian meraih PhD di bidang Natural Sciences dari Universitas Alexandria tahun 1999.
Selama 22 tahun terakhir beber Tempo.co, Mikhail menempati sejumlah posisi terkait dengan studinya. Mikhail pernah menjadi anggota Asosiasi Unggas Mesir, Asosiasi Veteriner Unggas Internasional, Masyarakat Mesir untuk Imunologi dan Masyarakat Veteriner.
Dikatakan situs terkemuka Indonesia ini, tahun 2007, Mikhail meraih penghargaan State Encouragement Award atas riset dan studinya mengenai sistem imun pada hewan ternak termasuk dampak virus dan infeksi pada bibit tertentu.
Mikhail menapaki dunia birokrasi pada tahun 2015. Ia bergabung dengan Institut Veteriner Serum dan Vaksin untuk Riset dan Studi di bawah payung Kementerian Agrikultur. Mikhail meraih penghargaan UNESCO Learning City Award pada tahun 2017.
Mengenal Kristen Koptik
Gereja Koptik tempat Mana Awad Mikhail bernaung, merupakan salah satu komunitas Kristen tertua di dunia. Keberadaan orang Kristen Koptik tidak lepas dari kisah perjalanan misoner yang dilakukan oleh penginjil Markus tahun 42.
Menurut beberapa sumber, Markus menghabiskan hari-hari terakhirnya di Alexandria, ibu kota Mesir Kuno, yang saat itu menjadi pusat pengetahuan dan budaya di dunia Mediterania. Markus melakukan pertobatan pertama kepada orang Mesir asli yang dikenal sebagai Koptik (merujuk pada bahasa yang digunakan pada waktu itu) dan merupakan bahasa terakhir dari masa Mesir Kuni (Kata Koptik sendiri berasal dari Mesir Kuno yang menggambarkan Orang Mesir itu sendiri).
Gereja Katolik Koptik, sebuah tradisi yang memisahkan diri pada saat yang sama, saat ini dalam persekutuan penuh dengan Roma. Pemisahan terjadi karena perbedaan pandangan yang tajam mengenai teologi khususnya pemahaman tentang sifat Kristus dan otoritas para Bapa Gereja yang mengikuti Konsili Kalsedon tahun 451.
Gereja Koptik Ortodoks akhirnya memilih menjadi gereja independen. Gereja ini memiliki pengikut di antaranya kaum imigran Mesir yang tersebar di Afrika dan di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat dan gereja-gereja kecil yang tersebar di Ethiopia dan Eritrea. Bahasa Koptik, yang ditulis menggunakan huruf Mesir Kuno, tetap merupakan bahasa resmi liturgi gereja, tapi selama berabad-abad telah secara bertahap digantikan oleh bahasa Arab, yang menggambarkan suasana Mesir modern.
Seperti kebanyakan Gereja Kristen Oriental, Gereja Koptik Ortodoks menggunakan Kalender Julian di mana Natal dirayakan setiap tanggal 7 Januari. Saat ini, pusat Gereja Koptik ada di Kairo, tepatnya di Katedral St. Markus, meskipun pusat simbolis kehidupan Kristen Koptik tetap di Alexandria.
Sementara itu, Gereja Katolik Koptik dipimpin oleh Patriark (uskup) yang berjanji setia kepada Tahta Suci di Vatikan. Katolik Koptik merayakan ritus liturgis mereka sendiri, dan terus menggunakan bahasa Koptik untuk Misa. Asal-usul Gereja Katolik Koptik juga dapat dilacak jauh ke belakang, ke masa penginjilan oleh Santo Markus dan Alexandria. Saat ini Gereja Katolik Koptik berpusat di Kota Nasr, di pinggiran Kairo, tepatnya di Katedral Our Lady Mesir.
Sebelum perpecahan Kekristenan antara Timur dan Barat, patriark (atau kepala uskup) dari Gereja Kristen Koptik di Alexandria dianggap, dengan alasan usia gereja, sebagai primer inter pares (“Pertama di antara yang sederajat”). Dengan tradisi yang ada, Patriark pertama Alexandria adalah Santo Markus sendiri. Sebagaimana Uskup Roma, patriark Koptik Ortodoksi disebut pappas (“Bapa”), dan saat ini patriark Koptik ortodoks bergelar Paus.
Di bawah Koptik, Alexandria mendirikan sebuah sekolah katekese di mana doktrin Kristen mengambil bentuknya. Banyak dari bapa-bapa Gereja awal hidup atau belajar di Alexandria, bergabung dengan filsuf Yunani dan para sarjana Yahudi yang sudah membuat kota asal mereka. Selain studi katekese, sekolah diajarkan ilmu-ilmu humaniora dan matematika.
Perpustakaan yang menyimpan teks yang diukir dari kayu dengan huruf timbul sehingga orang buta bisa belajar – jauh sebelum penemuan huruf Braille. Para pertapa di gurun pasir Mesir memulai tradisi heremitik dan biara yang kemudian akan mengilhami St Basil dari Cappadocia di Timur dan St. Benediktus di Barat.
Setelah Konsili Chalcedon, Kristen Koptik Ortodoks menderita penganiayaan dari tangan orang Kristen Bizantium yang menganggap mereka sesat. Banyak dari antara mereka yang disiksa, dipenjara, dan dibunuh, tetapi Koptik Ortodoks tetap setia pada pemahaman mereka tentang Kristologi. Kehadiran Islam dan penaklukan Umayyah Mesir, tidak membuat sebagian besar penduduk Kristen Koptik beralih.
Penerapan sistem pajak dan terbatasnya kesempatan kerja bagi kaum Kristen telah menarik banyak orang Mesir untuk masuk Islam. Secara bertahap, Mesir menjadi negara dengan penduduk mayoritas Muslim, dan hari ini Kristen Koptik hanya mewakili 10-20 % dari populasi Mesir. (Dari berbagai sumber)
Penulis: Iverdixon Tinungki
Discussion about this post