Fokus soal kapan Elly Engelbert Lasut akan dilantik sebagai Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud, memang masih menjadi perdebatan. Tapi faktanya, dia 3 kali terpilih sebagai pemimpin daerah yang sama. Penundaan pelantikan tak pernah mengaburkan langkah-langkah jitu sosok ini dalam berpolitik.
Mintje Sadero tersenyum ketika diminta memutar memorinya tentang pemilihan gubernur Sulawesi Utara tahun 2010 silam. Ibu rumah tangga berusia 67 tahun itu lugas dan blak-blakan menjawab pilihannya di kertas suara.
“Elly dan Henny Wulur,” ujar perempuan yang akrab disapa Tante Kuko itu, oleh warga sepemukimannya di Karame, Kecamatan Singkil Kota Manado, baru-baru ini pada wartawan Barta1, Albert Piterhein Nalang.
Mintje sejatinya tak paham politik. Dunia itu cukup jauh dari hidupnya sehari-hari. Hingar-bingar politik hanya bisa dilahap dari percakapan warga yang melintas di telinganya, atau penggalan berita di media massa. Alasan dia memilih calon gubernur Elly Engelbert Lasut (E2L) dan calon wakil gubernur Henny Wullur sangat sederhana. Di masa-masa itu, Mintje bersama 300-an warga Karame adalah penerima bantuan beasiswa, salah satu produk sosial bidang pendidikan yang digagas dan dijalankan Elly Lasut.
Baca Juga: Saya Tidak Percaya Karir Politik Elly Akan Berhenti Sebagai Bupati
“Jumlahnya 25 ribu rupiah per bulan, saya merasakan sendiri manfaatnya bisa bantu menyekolahkan anak hingga bangku SMA,” kata Mintje sambil menerawang.
Sulastri Everdin Pusung, lansia Karame yang kini umurnya 63 tahun, juga merasakan manfaat dana pendidikan 9 tahun lalu itu. Ternyata tidak terbatas membiayai sekolah anak, dana itu bisa berguna untuk apa saja; beli beras, lauk, bayar rekening listrik hingga beli sabun mandi.
“Siapa yang tidak butuh uang, apalagi masa-masa itu biaya hidup mahal, cari uang sulit,” ujar dia.
Mintje, Sulastri dan ribuan penerima dana pendidikan yang memilih E2L-Henny akhirnya tahu pasangan itu tidak pernah memenangkan suksesi. Elly keburu ditangkap aparat sebelum pesta demokrasi itu usai. Pemenangnya adalah petahana Sinyo Harry Sarundajang bersama Djouhari Kansil dalam 1 putaran.
Saat mencalonkan diri sebagai gubernur di 2010, Elly tengah menjalani periode kedua sebagai Bupati Kepulauan Talaud. Dia perdana terpilih sebagai Bupati Talaud pada 2004, saat Pilkada langsung pertama kali digelar di Indonesia. Lima tahun berikutnya, 2009, dia terpilih lagi bersama Wakil Bupati Constantine Ganggali. Di masa yang sama, istrinya Telly Tjanggulung juga terpilih sebagai Bupati di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Baca Juga: Elly Lasut Sebagai Zoon Politicon
Dipenjara dan menghilang dari dunia politik, 2018 lalu Elly muncul lagi sebagai calon bupati Talaud berpasangan dengan Mochtar Parapaga. Dan, lagi-lagi, dia menang. 3 kali sudah Elly menjadi Bupati Talaud terpilih.
Banyak yang mengomentari, jaringan suara E2L di Talaud telah terbentuk selama dia menjadi pemimpin. Kenyataan bahwa dia pernah dipenjara karena kasus korupsi tidak bisa mengadang keinginan konstituen untuk meletakannya lagi ke tampuk tertinggi.
Jejaring suara yang diperkirakan berawal dari santunan pendidikan masa lalu itu terpelihara hingga kini, tak hanya di Talaud tapi juga di seluruh Sulawesi Utara. Tak percaya? Coba tengok nasib Hillary, putri Elly dan Telly Tjanggulung.
Ikut nyaleg kasta tertinggi, ke DPR RI dari dapil Sulut, Hillary lolos bersama 5 politisi lain. Tak main-main, politisi belia Partai Nasdem ini bisa meraup total 70.345 suara. 19 ribuan atau mayoritas suara terbesar ada di lumbungnya, Talaud. Tapi di Kota Manado, sumbangan suara untuk Hillary mencapai lebih dari 10 ribu.
Tak bisa tidak, ingatan penerima beasiswa di masa lalu seperti bangkit lagi saat Hillary jadi calon legislatif. Mereka adalah sel-sel tidur yang bangun saat diperlukan.
“Di Karame saja ada 300 pelajar hampir 2 tahun full terima dana itu dengan mekanisme yang tepat sasaran karena penerimanya langsung orang tua siswa,” kata Stenly Kansil, koordinator pengelola dana beasiswa E2L di Karame.
Dan sel-sel tidur ini bisa terjaga lagi di Pemilihan Gubernur Sulut 2020.
Wacana Koalisi
PDIP seperti tanpa tanding ketika memenangkan Pilcaleg 2019 yang dihelat baru-baru ini. Tapi kekuatan PDIP justru memantik gairah parpol lain untuk tertuju pada titik mengalahkan petahana Olly Dondokambey.
Wacana koalisi nampaknya mulai tersusun. Di Nusa Utara, mencuat bagaimana menduetkan Ketua Golkar Eugenia Tetty Paruntu dengan figur sentral yang dianggap kuat, punya basis massa jelas dan cerdik bersiasat. Sosok seperti Elly Engelbert Lasut yang bisa mewakili Partai Nasdem.
“Kalau Golkar dan Nasdem menyatu itu akan menjadi tantangan terberat bagi PDIP. Alasannya hari ini PDIP hanya memiliki 4 kepala daerah tambah gubernur. Sementara di luar itu, Bolmut kan PPP, Bolmut PAN, dan Sembilan ini Golkar 3, dan 6 Nasdem,” ungkap Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan DPD II Partai Golkar Sangihe, Nader Baradja.
Golkar konsisten menjagokan ketuanya Tetty Paruntu sebagai calon gubernur 2020 nanti. Seandainya Tetty Paruntu dan Elly Lasut disandingkan dalam Pilgub nanti?
“Itu merupakan pasangan saingan terberat yang akan dilakukan koalisi Golkar Nasdem mengalahkan PDIP, meski semua masih serba teka-teki,” kata Nader.
Sekretaris DPD II Golkar Kota Bitung, Karel Tumuyu juga sepakat. Tetty sang ketua dianggap pantas jadi papan I. Golkar Bitung juga sigap bekerja bila bersanding dengan parpol lain dalam Pilgub tahun depan.
“Partai manapun, yang akan menjadi pasangan Golkar, kami siap mendukung dan berjuang bersama” ungkap Karel. (*)
Peliput: Albert Piterhein Nalang, Rendy Saselah, Meikel Pontolondo
Editor: Ady Putong
Discussion about this post