Catatan:
Ady Putong
Ada banyak kemiripan antara Chintya Kalangit, Bupati Kabupaten Kepulauan Sitaro terpilih dan Gubernur terpilih Provinsi Maluku Utara Sherly Tjoanda. Kehadiran mereka di kancah politik seperti tak direncanakan. Tapi saat muncul, keduanya langsung menuai simpati rakyat dan ujung-ujungnya dimenangkan dalam proses demokrasi elektoral.
Sherly Tjoanda sejatinya tidak diusung koalisi parpol untuk menjadi calon gubernur Maluku Utara. Adalah suaminya mendiang Benny Laos yang maju sebagai kandidat pemimpin Negeri Kie Raha. Tapi insiden ledakan kapal yang menewaskan sang suami saat masa kampanye membuat banyak perubahan. Sherly kemudian dimajukan menggantikan mendiang Benny.
Seperti Mazmur “yang menabur dengan tangis akan menuai dengan sorak-sorai,” begitulah Sherly meraup 51 persen lebih suara rakyat Maluku Utara. Dia berjanji akan melanjutkan visi pembangunan sang suami demi kesejahteraan yang berkelanjutan.
Di Sitaro, Chintya Kalangit juga muncul pada penghujung masa pendaftaran bakal calon bupati dan wakil bupati. Sebelumnya nama Chintya tak pernah dibicarakan. Entah apa hitung-hitungan Partai Golkar Sitaro yang diketuai Ronald Takarendehang sehingga berani memajukan sosok perempuan itu di kancah suksesi kepala daerah.
Jelas saja, Partai Golkar lagi melakukan pertaruhan besar. Bukan apa-apa, ukuran tanda awal kemenangan figur berupa angka elektabiliti tidak pernah muncul pada diri Chintya. Dia tak punya rekam jejak politik yang kuat. Hanya suaminya Reynold Tumbio pernah jadi fungsionaris salah satu partai. Tetapi Chintya tak mencuat di dunia itu.
Dua kali saya mengawal calon Bupati Sitaro dari Golkar di Pilkada sebelum 2024, tanpa kemenangan. Namun kendati tidak ikut lagi di Pilkada edisi terakhir, amatan saya pada sosok Chintya Kalangit berubah saat pertama dia muncul di hadapan publik, di Pasar Ulu Siau, lewat beberapa rekaman video yang beredar ramai di media sosial. Dan astaga…, Chintya berbeda.
Kendati itu hanya rekaman, saya menangkap antusiasme penghuni dan pengunjung pasar pada sosok Chintya Kalangit. Sambutan mereka saat dia hadir bikin merinding. Aura Chintya bukan karena dia saat itu lagi digadang sebagai calon bupati. Yang bikin dirinya menarik dan istimewa adalah karena kesederhanaannya, kemampuan dia merangkul sambutan masyarakat.
Raut wajah dan gesture-nya sangat alamiah, tidak dibuat-buat dan mengalir begitu saja. Seperti Chintya memang dilahirkan sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri. Pelukan dan rangkulan dari ibu-ibu di Pasar Ulu direfleksikan dirinya sebagai bentuk kepercayaan untuk merubah kesejahteraan mereka. Bahkan yang lebih baik lagi, sejak itu Chintya selalu tampil penuh percaya diri dalam setiap kesempatan bertemu dengan warga. Itu bukan hal mudah untuk sosok perempuan yang juga pemain baru di kancah politik.
Sitaro dulunya adalah bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe yang bertotonom mandiri sejak 2007. Sudah 3 kali Pilkada dilaksanakan, dan sejak pertama kali suksesi selalu dimenangkan PDIP. Kemenangan Chintya Inggrid Kalangit dan Heronimus Makainas, politisi kenyang pengalaman dan Ketua Partai Gerindra Sitaro, di Pilkada 2024 menjadi penanda bahwa formula yang dipakai Partai Golkar Sitaro kali ini mumpuni.
Kesuksesan Beringin itu juga termasuk lewat tambahan perolehan kursi di DPRD Kabupaten Sitaro, target perolehan suara di DPRD provinsi dan DPR RI saat Pemilu awal 2024 hingga memenangkan pasangan terpilih Yulius Selvanus-Victor Mailangkay di Sitaro pada ajang suksesi Gubernur Sulawesi Utara
Tetapi kemenangan Chika Berani (Chintya Kalangit bersama Heronimus) lewat raupan lebih 24 ribu suara juga pertanda bahwa rakyat Sitaro memang rindu perubahan. Pesan tersebut yang harus dieja Chintya-Heronimus usai pelantikan kepala daerah serentak pada hari ini, Jumat (20/02/2025).
Persoalan kelistrikan di Sitaro sekian lama tidak pernah dituntaskan. Rakyat butuh kecukupan energi ini. Belum lagi gerakan publik pada pemajuan seni dan kebudayaan terkesan masih tertinggal dengan daerah lain. Chintya dan Heronimus perlu menghimpun investor untuk datang dan terlibat dalam pembangunan daerah salah satunya di sektor pariwisata. Juga, ada perhatian yang patut diberi untuk petani Pala, komoditas terbesar di Sitaro selain perikanan dan kopra. Banyak pekerjaan harus secepatnya dibenahi keduanya di masa-masa awal pemerintahan.
Selebihnya ini adalah kemenangan rakyat. Warga Sitaro akhirnya menemukan sosok polo dundang, cinta sejati, pada figur Chika Berani. (*)
Penulis adalah editor di Barta1.com
Discussion about this post