Sangihe, Barta1.com – Burung Indonesia menyelenggarakan Workshop Pembelajaran: Menjaga Keanekaragaman Hayati Demi Keberlanjutan Kehidupan, yang berlangsung pada 9-11 Desember 2024 di Tahuna Beach Hotel, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kegiatan ini mengumpulkan pemangku kepentingan dari delapan kampung dampingan untuk berbagi pengalaman dan memperkuat komitmen dalam melestarikan keanekaragaman hayati.
Angga Yoga, Koordinator Program Burung Indonesia Site Sangihe, menjelaskan bahwa Sangihe memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tidak hanya penting secara lokal tetapi juga global. “Wilayah ini menjadi Endemic Bird Area (EBA) dan diakui sebagai Key Biodiversity Area (KBA) serta Important Bird and Biodiversity Area (IBA),” kata Angga.
Keanekaragaman hayati, menurut Angga, merupakan modal penting untuk mendukung ketahanan pangan, pertanian, hingga pembangunan berkelanjutan. “Daerah yang kaya keanekaragaman hayati lebih mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya, sementara yang miskin harus bergantung pada wilayah lain,” ujarnya.
Sejak 2021, Burung Indonesia bersama masyarakat di delapan kampung dampingan—Ulung Peliang, Lelipang, Kauhis, Lebo, Bira, Malemenggu, Bukide, dan Pindang—telah menjalankan sejumlah inisiatif pelestarian, termasuk Kesepakatan Pelestarian Alam Kampung (KEPAK). Peraturan kampung (Perkam) juga disusun untuk memperkuat upaya ini.
“Selain melindungi hutan Sahendaruman, kami juga mendukung peningkatan ekonomi masyarakat melalui kebun permakultur dan mengintegrasikan pelestarian alam ke dalam perencanaan kampung,” kata Angga.
Berbagi Praktik Terbaik di Lokakarya
Workshop tiga hari ini menghadirkan diskusi dan kegiatan lapangan yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari kapitalaung, kelompok pecinta alam (KPA), camat, hingga OPD terkait. Beberapa tema yang dibahas antara lain:
- Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Narasumber dari Burung Indonesia, UPTD KPH Unit III, dan Tata Pemerintahan membahas pentingnya hutan sebagai habitat satwa, sumber penghidupan, dan kawasan strategis untuk reforma agraria. - Pemanfaatan Dana Desa untuk Program Lingkungan
Diskusi ini melibatkan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, konsultan pendamping desa, dan Bapelitbang. - Pengamatan Keanekaragaman Hayati
Peserta diajak mengenal flora dan fauna lokal melalui kegiatan pengamatan burung yang dipandu oleh Burung Indonesia. - Pameran dan Seni Tradisional
Setiap kampung memamerkan capaian dan menampilkan kesenian bertema lingkungan seperti masamper dan musik bambu.
Workshop ini menghasilkan peningkatan pengetahuan dan komitmen bersama untuk melanjutkan aksi pelestarian keanekaragaman hayati. Pemerintah dan masyarakat sepakat untuk mengintegrasikan perlindungan alam ke dalam perencanaan kampung serta terus menjalankan praktik-praktik berkelanjutan.
“Melalui kolaborasi seperti ini, kami berharap masyarakat tidak hanya menjaga kekayaan alamnya, tetapi juga mendapatkan manfaat ekonomi dan sosial,” ujar Angga Yoga.
Kegiatan ini nantinya akan ditutup dengan pembacaan berita acara, penandatanganan komitmen, dan foto bersama. Lokakarya ini diharapkan menjadi contoh nyata bagi pelestarian lingkungan yang berkelanjutan di Indonesia.
Peliput: Rendy Saselah
Discussion about this post