Garut, Barta1.com Keindahan dan ketenangan merupakan 2 hal yang sering disampaikan oleh setiap pendaki, setelah melakukan pendakian di Gunung. Hal itu juga menjadi alasan Virginia Veronica Gerungan, yang sampai saat ini masih bergelut dengan aktivitas yang menantang adrenalin itu.
Hal itu dibuktikan ketika perempuan kelahiran Rerer, 4 Juli 1995 mampu menjejaki beberapa Gunung di Sulawesi Utara, yakni Soputan, Klabat, Lokon, Tampusu, Empung, Ambang dan Payung.

Bukan itu saja, anak kedua dari pasangan Dicky Gerungan dan Syulje Senduk, juga, mampu melakukan pendakian di beberapa Gunung di Jawa, seperti Merbabu, Cikuray, Prau, Ciremai dan Papandayan, yang ketinggiannya melampaui Pegunungan yang ada di Sulawesi Utara.
Cikuray salah satu Gunung yang mampu dijajaki oleh Virgin, sehingga membuat dirinya sangat bahagia. “Senang sekali bisa mencapai puncak Gunung Cikuray, untuk kedua kalinya.”

“Pagi hari, ketika berada di puncaknya, mata kita akan disuguhkan dengan lautan awan dan kabut yang mengelilingi puncak Cikuray sehingga perbukitan dan area di bawahnya tidak akan terlihat lagi,” ungkap Virgin.
Gunung yang bertipe Stratovolcano yang terletak di Dayeuhmanggung, Kabupaten Garut, Jawa Barat Indonesia, menurut anggota Mapala Unklab (Universitas Klabat) itu, menjelang siang lautan awan dan kabutnya akan pergi, sehingga setiap pengunjung bisa melihat dari puncak Gunung Cikuray beberapa keindahan puncak Gunung lainnya, seperti Gunung Guntur, Gunung Papandayan, dan Gunung Ceremai.
“Bahkan area perkebunan dan pemukiman Garut terlihat dari puncak Gunung yang memiliki ketinggian 2.821 MDPL ini, meskipun kelihatan kecil,” ujarnya.
Menjelang sore hari, kata Virgin, langit akan memperlihatkan semburat jingga dan merekam proses tenggelamnya sang penguasa langit, matahari. ” Ketika malam hari, kita akan melihat lautan bintang yang bersinar menghiasi langit.”
“Gunung yang dikenal dengan Gunung Larang Srimanganti ini, juga, memiliki kekayaan alamnya yang bisa ditemukan saat melakukan pendakian, seperti pohon pinus, edelweis Jawa, dan Cemara Gunung. Sedangkan untuk hewan, diketahui ada burung haur, babi hutan, merak, ular sanca batik hingga adanya macan tutul di sana, namun saat perjalanan tidak semuanya hewan ini berpapasan dengan kami,” terangnya.
Dengan kekayaan alamnya, seperti fauna dan flora, maka, setiap yang melakukan pendakian ke Gunung Cikuray dilarang untuk memetik atau memotong tumbuhan yang ada, bahkan berburu. “Apa lagi membawa alat musik, yang bisa membuat keributan, itu sangat dilarang,” tuturnya.
“Kita sudah membahas berkaitan dengan keindahan, kekayaan alam, dan apa saja yang tidak bisa dilakukan. Kali ini, saya akan mencoba menjelaskan medannya. Tipikal Gunung di Jawa Barat itu jalurnya ditutupi dengan pepohonan yang berukuran besar, dan tidak ada view cantik selama proses pendakian. Jika ada sinar matahari, yang bisa masuk dan menembus lebatnya ranting dan dedaunan itu merupakan berkat yang luar biasa, namun ketika mendekati puncaknya, semuanya mulai berubah,” kata Virgin sambil tersenyum.
Ia menambahkan, perubahan pertama dari medan pendakian, dari yang tadinya jalan tanah dan berakar, kini berubah menjadi jalur bebatuan besar, serta sudut elevasi yang curam. “Bahkan setiap pendaki yang berada di posisi lebih di bawah harus berhati-hati, sebab bebatuan besar yang berada di tengah jalur pendakian bisa saja meluncur ke bawah tanpa kita ketahui, ketika itu terjadi bisa mengakibatkan dampak yang begitu fatal,” tambahnya.
“Untuk itu, selama melakukan pendakian indera kita harus tajam, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dan hal yang terpenting lainnya adalah, adanya persiapan yang matang sebelum melakukan pendakian, seperti melatih fisik dengan berlari atau joging selama 2 Minggu, agar kaki kita dibiasakan dengan perjalanan jauh, mengingat perjalanan yang dimulai dari jalur Bayongbong, Desa Cintanagara menuju puncak Gunung Cikuray dengan 6 pos ditambah 3 pos bayangan akan memakan waktu 9 sampai 10 jam,” imbuhnya.
Kemudian, kejadian apa yang dihadapi saat berada di Gunung Cikuray. Virgin menceritakan bahwa tenda mereka saat di basecamp diserang oleh Babi Ganas (Bagas).
“Banyak Bagas hutan di Gunung Cikuray, yang sering kali menghawatirkan para pendaki, untuk itu harus lebih berhati-hati dan tetap tenang menghadapi setiap persoalan yang ada,” tambahnya.
Di luar dari pada itu, intinya melakukan perjalanan ke Gunung Cikuray setiap pendaki akan memiliki ceritanya tersendiri, apa lagi berkaitan dengan apa yang dilihat dan dinikmati. Sedangkan untuk biayanya, menghabiskan Rp. 300.000 per-orang.
“Untuk saat ini saya tinggal di Jakarta, jadi menuju ke Gunung Cikuray menggunakan mobil di mana per-orang itu menghabiskan Rp. 300.000, jika saya dari Sulawesi Utara, mungkin bisa menghabiskan jutaan rupiah, karena menggunakan kendaraan jalur udara, yakni pesawat,” pungkasnya. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post