Manado, Barta1.com – Kadis Kominfo Provinsi Sulut, Steven Liow pada pembahasan badan anggaran (Banggar) menyebut, ada satu anggota Komisi 1 DPRD Provinsi Sulut sangat paham apa yang dilakukan oleh Kominfo Sulut, selama ini.
“Harus ada pembanding, berapa sih anggaran Kominfo yang pantas, sejujurnya masih kecil, jika ingin bertransformasi dari ulat menjadi kupu-kupu,” ungkapnya.
Steven menambahkan, untuk internet dahulunya mencapai 17 miliar, seluruh SKPD menggunakan dan bisa memberi penghematan sebesar 5 miliar. “Di tangan kami, setelah BPK, BPKP dan Pensus, yang ketika memutuskan lintas Arta. Kita hanya menganggarkan sebesar 13 miliar dan itu dipimpin langsung oleh Bapak Pras.”
“Jadi anggaran kami sudah diuji kebenarannya, bukan nanti Steven Liow menjadi kadis. Saya hanya menjalankan dan mengembangkan saja. Terus bagaimana internet di DPRD. Di DPRD sendiri, sudah dibiayai sendiri oleh DPRD dan dikelola, kemudian satu tahun terakhir diberikan kepada Kominfo dengan menggunakan dana bekap bersama Rumah Sakit. Cuman kita lihat saja, dana bekapan yang tertata itu berapa tidak seberapa, sampai hari ini tidak cukup. Kita masih membutuhkan dana lagi untuk itu,” terangnya.
Menurut Steven, tidak mungkin menggunakan internet satu banding tiga, melainkan harus satu banding satu. “Transformasi digital dan penguatan SPBE (Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik) itu ada di rangking teratas. Harus diakui atau tidak, di Pemerintahan Provinsi Sulut ini ada hambatan, yakni soal dana untuk mensuksesi Pilkada, sehingga anggaran ketambahan di Kominfo hanya 1,5 miliar untuk internet pada APBD perubahan. Padahal membutuhkan lebih dari pada itu,” ucapnya.
Setelah mendengar penjelasan Steven, anggota DPRD Provinsi Sulut, James Tuuk menanggapinya dengan mengatakan, mengambil kesimpulan bahwa dana yang ada di Kominfo terlalu kecil karena menggunakan lintas Arta.
“Lintas Arta berperan ketika bandwidth, saluran atau pipa koneksi itu secara umum belum terlalu banyak di tempat lain. Saya di perusahaan yang lama pimpinan, tugas saya membangun sistem komunikasi seperti yang disampaikan,” jelasnya.
Lanjut James, tidak pilihan lain saat itu, kemudian menggunakan lintas Arta, karena lintas Arta itu paling besar bandwidthnya dalam bentuk Radio dari satu titik ke titik lainnya.
“Tapi, hari ini kita bisa menggunakan modem. Bisa mencapai beberapa mega, dan satu giga koneksinya. Kenapa tidak menggunakan itu saja, saya menggunakan handphone ada yang dibayar sebulan Rp.300.000, kemudian mendapat 105 GB. Jika argumentasi dibangun bahwa dana untuk membangun e-Performance terlalu sedikit, kemudian menggunakan argumen karena menggunakan lintas Arta, pertanyaannya kenapa tidak menggunakan modem yang dimiliki Telkomsel,” sahutnya.
Di tempat yang sama juga, ketua DPRD Provinsi Sulut, Fransiskus Andi Silangen menangapi analoginya Steven Liow dari kepompong menjadi kupu-kupu, tapi kupu-kupu lemong. (*)
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post