PATEOR
Karya: Iverdixon Tinungki
“Dia yang berjuang melawan gelap,
berhak menjadi bagian dari sinar matahari.” – Odysseus Elytis
Panggung: Sebuah ruang oratorio semi umum di era pasca penyaliban Yesus.
Babak I : Pembuka.
Maria Magdala seorang pengikut Yesus dan saksi kebangkitan sedang menyanyikan sebuah lagu oratorio “Halleluyah” bersama kaum Nazarene sambil membayangkan dan merenungkan Pateor (Penderitaan Yesus di kayu salib hingga kebangkitan, kenaikan dan ketuangan roh kudus). Seusai lagu oratorio, mendadak tempat itu diserbu para pengawal Sanhedrin dan tentara Romawi. Mereka membunuh beberapa orang Nazarene yang melawan, serta mengusir sisanya dari ruang Oratorio itu. Tapi Maria Magdala tak beringsut dari tempat itu. Josebus, pemimpin pengawal Sahedrin membentak dan mengusir Maria Magdala.
Josebus:
Perempuan Magdala, tinggalkan oratorio ini. Kau orang Galilea, mengapa kau bergabung dengan kaum Nazarene, lalu mengaku sebagai saksi kebangkitan Yesus. Kalian pembohong dan penyebar bidah.
Maria Magdala:
Suara penguasa selalu mengaum seperti serigala. Padalah mereka tak lebih dari anjing-anjing rumah yang nampak lucu dan manja. Pergilah kamu keturunan ular beludak. Ini oratorio milik kami. Pujalah dewa-dewa palsu kalian. Sebab hati seorang penjahat akan sulit melihat Tuhan.
Josebus:
Mulutmu yang lancang, suatu saat akan mendapatkan hukuman sebagaimana murid-murid Yesus yang lain.
Maria Magdala:
Bila aku mati di dalam iman kepada Yesus, bagiku adalah untung, karena aku telah melihat Tuhan. Katakan kepada para pemimpinmu para Sanhedrin itu, kepada Pilatus atau kepada para penguasa Romawi bahwa aku Maria Magdala adalah pengikut Yesus yang setia. Bahkan ketika kalian menusukan pendang ke jantungku, aku tak akan surut dari imanku.
Josebus:
(Marah)
Dasar perempuan pendosa yang menyimpan tujuh iblis dalam hatinya. Aku akan ingat tantanganmu!
(Para pengawal Sanhedrin dan tentara Romawi akhirnya pergi.)
(Maria Magdala nampak sedih memandang mayat sahabat-sahabatnya kaum Nazarene. Ia kemudian duduk di sebuah kursi dekat meja, sesaat ia menulis dalam sebuah gulungan, kemudian bicara.)
Maria Magdala:
(Monolog)
Seorang pahlawan adalah dia yang mengesampingkan kemerdekaan dirinya demi kemerdekaan orang banyak. Begitulah hari itu, Jumat, 3 April tahun 33, Yesus mati di bukit Calvari saat lebih dari 2 juta peziarah dari berbagai negara berkumpul di Yerusalem merayakan paskah. Itulah waktu di mana 255.600 ekor anak domba dikorbankan dan beribu-ribu merpati disembeli. Tiga hari kemudian Yesus bangkit menampakan diri padaku, kemudian kepada pengikutNya yang setia, para murid dan orang-orang yang dikasihiNya yang tersekap dalam rasa takut. Ia memberi penguatan dan urupan mujizat yang membangkitkan iman setelah hari kenaikan dan ketuangan roh kudus.
Aku beruntung bisa melihat Tuhan dalam hidupku. Tapi penguasa dan orang-orang licik tak percaya. Jalan-jalan bersimbah darah dari aksi perbersihan ajaran Yesus oleh tentara Romawi. Kuil-kuil Yerusalem diruntuhkan. Sanhedrin menyebar tuduhan bidah dan menebar para penyusup ke dalam kelompok pengikut Yesus. Tapi kaum Nazarene dan para rasul tetap setia mengabarkan keselamatan dalam Yesus Kristus Tuhan. Dan hari ini, teman-teman kami kaum Nazarene yang beriman tergelatak kaku menjadi mayat untuk perjuangan mengabarkan karya keselamatan Yesus Kristus.
Hati sebaja apapun akan sedih, akan sengsara melihat semua ini (Menangis sesaat. Setelah agak tenang bicara lagi) Aku tahu, kejahatan dan kekejaman yang akan ditimpakan kepada para pengikut Kristus tak akan berhenti hingga di masa depan, bahkan sudah berlangsung sejak nabia Mikha menabuatkan kedatang Sang Mesias.
Aku Maria Magdala, aku saksi dari Injil yang pertama, aku bagian dari pengikut Kristus mula-mula. Aku ingin mengatakan, kita tak butuh sejarah bahkan agama untuk membuktikan kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Yang kita butuhkan adalah percaya pada Injil mula-mula. Sebab para pemalsu akan membuat tafsir dan mengarang cerita yang berbeda. Bahkan bisa jadi, diriku akan digambarkan sebagai pribadi yang lain dalam tafsir kaum pemalsu.
(Sesaat kemudian Pendeta Stephen dari Yunani pemimpin kaum Nazarene tiba di tempat itu)
Maria Magdala:
(Sedih)
Pendeta Stephen, mereka membunuh saudara-saudara kita.
Stephen:
Manusia tak mungkin tahu rencana Tuhan, Maria Magdala. Saat mendengar kabar dari orang-orang kita, aku bergegas ke sini. Saat ini keadaan sangat berbahaya bagi pengikut Yesus di Yerusalem. Para pendeta tinggi dan Sanhedrin telah bersekutu dengan Pilatus untuk membersihkan Yerusalem dari ajaran-ajaran Yesus. Tapi maut sekalipun yang akan kita hadapi jangan goyah. Kita harus berketetapan teguh pada injil mula-mula ini.
(Maria Magdala mengangguk)
Stephen:
Saya akan memanggil orang-orang untuk menyiapkan penguburan.
(Pendeta Stephen keluar, Maria Magdala menyenandungkan sebuah lagu kepedihan)
Lampu Padam.
Babak II: Penangkapan.
Pendeta Stephen dari Yunani pemimpin kaum Nazarene bersama James, Uriel, Maria Magdala dan Ester sedang melakukan doa penyembuhan bagi seorang lumpuh di ruangan itu.
Stephen:
Tuhan Yesus yang Maha Pengasih, kami membawa kehadapanmu seorang hambamu yang lumpuh. Kami mengangkat dia ke takhta kasih karuniaMu hari ini untuk memohon jamahanMu. Kami yakin dan percaya tidak ada kesembuhan yang lebih besar atau lebih penting daripada kebangkitan dari kematian rohani. Atas puji-pujian bagi kemuliaanMu, kami berdoa kiranya Engkau menerima kebenaran yang hanya datang melalui imannya. Selamatkan dia, sembuhkan dia, dan berilah dia iman yang memampukannya menerima rahmat-Mu. Amin.
(Orang Lumpuh itu perlahan berdiri dan memuji Tuhan.)
Si Lumpuh:
Terpujilah Allah Tuhan dalam Yesus Kristus penebusku. Terima kasih untuk rahmaMu padaku. Terberkatilah hamba-hamba Tuhan yang telah membawa aku ke hadapanMu yang penuh kasih sayang.
(Tiba-tiba terdengar orang-orang berseru-seru menghujat Maria Magdala di luar Oratorio.)
Suara Orang-orang:
Serahkan kepada kami Maria Magdala. Ia pendosa. Pengajar ajaran sesat. Biarkan kami mengadilinya. Keluar kau Maria Magdala. Keluar!.
Maria Magdala:
Orang-orang itu lagi. Mereka seperti tak letih menghujat saya. Di jalan-jalan, mereka menyoraki saya. Mengolok. Berbisik-bisik tentang saya, dan kadang mereka melempari saya dengan batu. O… Yesus… memang benar aku pernah mencari Tuhan di tempat yang salah. Andai sengsara ini harus kupikul biarlah ia melukaiku.
(Maria Magdala duduk di sebuah kursi lalu menangis)
Stephen:
Perjuangan melewati jalan Tuhan selalu berkelok, curam dan tajam. Yesus sendiri melewati Calvari dalam kematian untuk menebus kita dari dosa. Kuatkan hatimu Maria Magdala. Karena hanya dengan itu kita menyinari dunia yang terperangkap dalam kegelapan penindasan.
(Mendengar suara-suara orang-orang itu, Uriel bereaksi.)
Uriel:
(Marah)
Biarkan kutangani manusia-manusia liar itu Pendeta Stephen!
(Uriel dengan cepat keluar diikuti Ester. Terdengar keributan perkelahian di luar. Tak berapa lama orang-orang menyerbu masuk ke ruang Oratorio sambil menyeret Uriel yang telah berdarah lalu dihempaskan ke tengah ruang. James dengan cepat menolong Uriel. Sementara Ester terus melawan dengan suaranya yang penuh amarah.)
Ester:
Kalian pengecut, pengeroyok. Kalian pikir kami takut. Kami punya keberanian, karena kami berada di jalan kebenaran. Sementara kalian hanya orang-orang suruhan penguasa, kaki tangan Sanhedrim, dan penjilat sepatu kaisar Romawi.
(Mendengar ucapan Ester yang menyerang mereka, Enokh salah seorang dari mereka menghadik Ester.)
Enokh:
Tutup mulutmu perempuan. Kau juga Iblis seperti Maria Magdala.
Ester:
Namaku Ester, seperti perempuan-perempuan pengikut Yesus. Kami bukan Iblis. Sama seperti Maria Magdala yang kalian hujat-hujat, kami hidup dalam ajaran Yesus yang penuh kasih. Kami pembawa kabar baik keselamatan bagi umat manusia lewat darah penebusan Yesus Kristus Tuhan.
(Orang-orang saling pandang dan tertawa sinis)
Enokh:
Kalian memuja orang yang bahkan tak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian di kayu salib. Betapa tolol kalian!
(Orang-orang tertawa sinis lagi)
Ester:
Andaikan Dia mau melawan, bahkan dunia dapat dihancurkannya. Tapi Yesus bukan pahlawan yang seperti kalian inginkan. Ia pahlawan iman yang mangajari cara melawan kekejaman penguasa bahkan dunia dengan mengasihinya.
Stephen:
(Menyela)
Ester Cukup!
(Ester Mundur, sementara Pendeta Stephem mendekati kelompok itu.)
Stephen:
Saya pendeta Stephen dari Yunani. Saya pemimpin kaum Nazarene yang ditunjuk para pengikut Yesus Kristus. Oratorio ini milik kami bukan fasilitas penguasa. Apakah ada kesalahan yang kami perbuat hingga kalian begitu menaruh amarah pada kami. Belum lama berapa anggota kami dibunuh di ruangan ini oleh para pengawal Sanhedrin dan tentara Romawi yang dipimpin Josebus. Kini entah kalian datang dari mana menuntut kami menyerahkan Maria Magdala kepada kalian.
Enokh:
Wai pemimpin Nazarene. Kami orang-orang Yerusalem yang tidak percaya pada Yesus orang Nazareth itu. Bagaimana kami percaya, anak seorang tukang kayu, tiba-tiba mengaku sebagai mesias. Dia tak lebih dari seorang nabi palsu yang hari ini banyak berkeliaran di Yerusalem mengabar kebohongan mereka. Sementara Maria Magdala, sebagaimana kehidupan orang pinggiran pantai Galilea yang tak bermoral dan berbau anyir itu, bagaimana bisa ia mengaku sebagai saksi kebangkitan Yesus. Kalian kaum Nazarene adalah sekte sesat yang hidup dari kesaksian seorang pelacur.
Stephen:
Kau tak mengenal Yesus, bagaimana kau bisa berkesimpulan begitu? Kau juga tak begitu tahu dengar latar kehidupan Maria Magdala, tapi kau begitu membenci dia cuma berdasarkan kabar-kabar angin dari para anti Kristus yang menyebut dia pelacur.
(Tiba-tiba Masuk Josebus bersama beberapa pengawalnya yang bersenjata)
Josebus:
(Sinis)
Aku mendengar dengan terang apa yang kau ucapkan Pendeta Stephen. Bahkan aku tahu kau pernah mencela kuil para pendeta tinggi dengan berkata; “Yang Maha Tinggi ‘Tuhan’ tidak diam di dalam apa yang di buat oleh tangan manusia.” Itu pernyataan yang berbahaya dan menyinggung otoritas pendeta tinggi. Kami punya saksi dari dalam Nazarene yang kau pimpin.
(Menunjuk Uriel)
Uriel! Bukankah kau yang melaporkan itu kepada Sanhedrin?
(Uriel mendadak merasa sangat bersalah)
Uriel:
Maafkan aku Pendeta Stephen. Maafkan dosa-dosaku.
(Pendeta Stephen menggeleng-gelengkan kepala ke arah Uriel)
Josebus:
Kami punya laporan yang lengkap tentang Kelompok Nazarene ini dari Uriel. Para Sanhedrin telah mengeluarkan keputusan (Memperlihatkan gulungan keputusan) penangkapan atas dirimu Pendeta Stephen. Sementara Maria Magdala diabaikan oleh Sanhedrin karena dia hanya seorang perempuan yang tidak penting bagi catatan sejarah. Tapi kami tak melarang berkobarnya kebencian masyarakat pada perempuan pendosa itu.
Pendeta Stephen:
Josebus, kamu juga orang Yunani seperti aku. Perbedaan kita adalah, aku percaya kepada ketuhanan Yesus, pada keselamatan yang dianugerahkanNya kepada manusia. Sementara kau hanya seseorang yang hidup dari remah-remah pengasihan penguasa. Tangkap saya Josebus.
(Josebus memberi kode kepada para pengawal untuk menangkap Pendeta Stephen. Saat para pengawal menangkap Pendeta Stephen, Ester dengan cepat meraih cawan anggur dan menyiramkan ke wajah Josebus)
Ester:
(Marah)
Kamu jahat, kamu ular beludak!
Josebus:
(Marah)
Perempuan sundal!
(Josebus mencabut pedangnya mau menebas Ester, Maria Magdala dengan cepat maju pasang badan.)
Ester:
Bunuh saya! Bunuh!
(Melihat keberanian Maria Magdala, Josebus menjadi kecut lalu menarik pedangnya dan berlalu dengan cepat bersama para pengawalnya membawa pendeta Stephen. Orang-orang pun ikut keluar.)
(Sesaat keadaan menjadi sunyi. Tak berapa lama James mendekati si lumpuh yang baru sembuh yang berdiri di pojok dalam ketakutan.)
James:
(kepada si lumpuh)
Pulanglah kepada keluargamu, dan ceritakan mujizat yang kau alami, dimana Tuhan selalu berkenan kepada mereka yang percaya padaNya. Mari kuantarkan kau pulang.
(James dan si lumpuh pergi. Sesaat kemudian Ester memecahkan kesunyian itu)
Ester:
(nada menyesal)
Aku tak pernah menyangka kalau Judas akan menghianati Yesus. Kini kau Uriel.
Uriel:
(Sedih)
Mereka menangkap ayah dan ibuku. Mereka mengancam akan membunuh semua keluargaku. Kau pikir apa yang harus aku lakukan Ester. Aku dipaksa untuk membocorkan semua rahasia Nazarene. Tapi aku percaya Tuhan punya cara berpihak pada kita.
Maria Magdala:
Betapa pedih seseorang diambang kehancuran. Dia tak bisa lagi mendengar bintang-bintang bernyanyi. Dia duduk seperti bait puisi tak pernah dibaca. Malaikat-malaikat mencekiknya. Bahkan saat ia sedang mengucapkan doa, tersengal-sengal seakan seluruh dirinya robek, terkulai di bawah langit bernyanyi. Dan suara-suara angin mengejek.
Tapi bagiku setiap luka adalah lilin, harus kunyalakan dengan api suci dari kata, dari mata pedang. Bukankah Tuhan pernah mati dan hidup kembali dalam tanda-tanda, bahwa setiap eranglah yang membuka pintu surga untuk orang- orang kalah oleh dunia, namun menang oleh karena kebenaran.
Uriel:
(Mendadak penuh emosi)
Akan kubalas binatang-binatang itu. Akan kubalas!
(Menggebrak meja Lalu bicara dengan penuh penyesalan.)
Tuhan, aku tak mau mengubah sejarah dengan kisah yang ingin kuceritakan. Aku ingin menulis dengan mesra segala yang Engkau kabulkan. Aku ingin menulis di tubuh kebenaran senantiasa boyak oleh lidah, oleh kata-kata, oleh rupa-rupa tusukan kepalsuan. Aku ingin menulis jeritan kaum tertindas yang diternak jadi pupuk kekuasaan di mimbar para pemimpin palsu yang menyumpal hatinya dengan kebohongan, dan kata-kata manisnya muncul dari dusta demi dusta
Akan bersumpah akan kubalas!
(Membanting sebuah kursi.)
Lampu Padam.
Bagian III: Kabar kematian
Ruangan itu masih gelap ketika terdengar tangisan histeris Ester. Maria Magdala dan James muncul dengan lampu gantung.
James:
Ada apa Ester. Kenapa kau datang malam begini? Bukankah kau pergi menemui pendeta Stephen di gerbang utara?
Ester:
(Dalam kesedihan)
Aku melihat dengan mataku sendiri mereka merajam Stephen dengan batu. Para Sanhedrin kemudian tertawa puas setelah melihat tubuh Stephen hancur. Itulah hukuman yang diputuskan untuknya. Aku melihat dengan mataku sendiri James. Batu-batu dilontarkan ketubuhnya di saat dia teguh berdoa. Ia tak menjerit atau mengerang sedikit pun. Aku tahu dia begitu sakit, tapi dia bertahan hingga saat ia terkulai dan tubuhnya menggelepar sebagai martir.
(James merasa terpukul sesaat. Maria Magdala duduk mematung sambil meneteskan air mata.)
James:
(kepada Ester)
Apakah kau melihat Uriel di sana?
Ester:
Tidak. Uriel pergi ke suatu tempat sejak sore kamarin. Ia bilang akan mencari Josebus. Ia berusaha membalas dendamnya.
Maria Magdala:
Seperti apakah cinta
yang membuat harapan tetap tumbuh di bumi
dan berani menyeberangi langit
bersemeja denga maut penuh kelembutan
sambil memandang daun menari-nari mendengar bunyi derak
pada semangat yang lisut
Masukilah selimut terindah kematian
Karena hanya dengan kematian
Kita tak kalah oleh hidup yang menjajah
Tak hancur dalam harga-harga yang fana
(Tangisannya pecah dalam raungan)
pergilah
Cecaplah madu kesakitanmu
seperti tali penyelamat kecil terulur
Melompatlah keluar dari waktu!
Karena hujan tak pernah berhenti
Membawa pergi airmata
Kita semua punya beban yang harus di tanggung
Tapi lihatlah hatiku. Wakita mana di dunia ini yang bisa menerima
Saat semua orang yang dia sayangi dihancurkan.
Mari kita pergi mengambil mayatnya, dan menguburkannya!
(Ester, James dan Maria Magdala pergi)
(Sesaat kemudian masuk Uriel menyeret Josebus yang terikat, diikuti beberapa tentara Romawi. Setelah menghempaskan Josebus ke sebuah kursi, Uriel dengan sinis mengejek Josebus sambil mengeluarkan belati.)
Uriel:
(Monolog)
Josebus, kau pikir hanya kau yang bisa main kotor. Aku Uriel, penjahat yang telah bertobat oleh kasih karunia dari Yesus Kristus Tuhan. Telah lama kusimpan belatiku dari permainan darah. Kau tahu aku orang Samaria, seorang perampok di bukit Gerizim. Tapi aku memilih hidup di jalan kasih bersama Kristus.
Tapi hari ini situasi berbeda. Kau telah membunuh pendeta Stephen pemimpin kami. Kau lupa bahwa kaum Nazarene juga hidup dalam Taurat “mata ganti mata, gigi ganti gigih”.
Lihatlah Josebus, kau tak berdaya dikhianati tentara dan orang-orang yang kau pimpin. Kau pikir hanya uangmu yang berharga? Kau lupa bahwa apabila semua orang yang memiliki uang memakainya untuk kejahatan maka betapa keruhnya dunia ini. Di tengah situasi yang serba sulit, uang akan menjadi sesuatu yang berbahaya. Dan maafkan aku Josebus, untukmu aku terpaksa memainkan kekuatan dan pengaruh uang itu. Kau harus mati di tanganku.
(Uriel menjambak rambut Josebus dan menyandarkan belati di lehernya, tiba-tiba para tentara Romawi berbalik mengancam uriel dengan pedang. Uriel kaget dan mundur. Seorang tentara membuka belenggu yang mengikat Josebus. Sementara yang lain merampas belati Uriel dan menahannya)
Josebus:
Kau terlalu awan dengan taktik perang ini Uriel. Kau pikir mudah membunuhku? Ini baru langkah kecil dari sebuah permainan yang berbahaya.
(Josebus mengeksekusi Uriel dengan enteng.)
Lampu padam.
Tamat.
Tuminting, 16 Novermber 2023.
Discussion about this post