Manado, Barta1.com – Setiap orang memiliki keinginan untuk berpergian ke tempat-tempat favorit. Meski begitu, tidak semua orang memiliki kesempatan tersebut. Apalagi, bagi seorang perempuan. Namun, berbeda dengan Nikhen Mokoginta yang memiliki misi mengelilingi Indonesia selama 2 tahun.
Dengan projek Kelana Nusantara. Dirinya sering berpergian sambil menulis, dan itu dicita-citakannya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Yang kemudian, keinginannya itu sedang ia jalankan saat ini. “Saya orangnya suka membaca dan menulis sejak SMA. Ketika membaca salah satu tulisan wisatawan, saya terdorong ingin melakukannya. Saya ingin berpergian sambil menulis. Dari hal itu, saya termotivasi sampai melakukan perjalanan seperti saat ini,” singkatnya.
“Sejak tahun 2015 hingga saat ini, saya sudah melakukan pendakian sebanyak 24 gunung, di tempat yang berbeda-beda. Begitupun dengan tempat wisata lainnya, sudah banyak yang saya kunjungi, seperti di Jambi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Utara (Sulut), dan Gorontalo,” ungkapnya.
Nikhen sapaan akrab rekan-rekannya itu, menceritakan pendakian perdananya itu di Kabut Pegunungan Gorontalo (KPG), dan hingga saat ini dirinya akan terus melakukan pendakian sampai 100 gunung, sesuai misi Kelana Nusantara. Dengan tagline belajar, menulis dan berkelana. “Dari target 2 tahun mengelilingi Indonesia, saya sudah masuk bulan ke-8 dalam melakukan perjalanan,” ujarnya.
“Ketika ditanya, apa yang akan saya lakukan saat tiba di tempat tujuan, seperti pegunungan. Tentunya, respon saya akan sama dengan teman-teman lainnya, yakni gembira dengan sebuah capaian yang sudah dilewati. Kemudian, saya akan menulis lagi,” ujarnya.
Dirinya, terus menulis disetiap perjalanannya. Baik itu, saat pendakian dan sebagainya. “Beberapa tulisan saya, dishare ke akun IG. Sedangkan tulisan lainnya, saya simpan untuk dijadikan buku nantinya,” ceritanya.
“Saat ini juga, saya sedang menulis fiksi. Saya sudah memiliki 2 buku. Buku pertama terkait puisi, karena saya suka menulis puisi. Buku kedua, tentang novel fiksi yang tidak berangkat dari perjalanan. Menulis sudah menjadi bagian dari hidup saya. Tidak menulis, membuat saya greget sendiri,” tambahnya.
Di balik perjalannya itu, Nikhen mendapatkan pembelajaran hidup. Mendapatkan banyak teman dan jaringan. “Jaringan yang saya temui saat melakukan perjalanan sudah menjadi bagian dari investasi kedepannya. Dari jaringan itu, saya bisa pergi ke Jawa, Sumatera, Bali, NTB, NTT, Sulawesi dan sebagainya. Di hampir semua tempat, saya sudah memiliki teman,” tuturnya.
“Intinya, Kelana Nusantara ini bukan sekedar melakukan pendakian atau jalan-jalan saja. Akan tetapi, saya sedang belajar di dalamnya. Saya belajar tentang daerah yang sudah saya kunjungi, atau belajar dari hal-hal yang terlihat. Namun, tidak menjadi pembelajaran. Akan tetapi, bisa dituliskan. Hasil akhir dari kelana Nusantara ini adalah, kiranya saya bisa menulis 5 buku lagi,” harapnya.
Menurut Nikhen, setiap perjalanan dirinya menemukan karakter orang yang berbeda-beda. Dan dari sanalah setiap orang bisa belajar untuk menerima kekurangan dan kelebihan, dari setiap orang yang ditemui. “Bagaimanapun caranya, saat perjalanan kita harus berdamai dengan orang lain serta diri sendiri,” terang perempuan kelahiran Gorontalo, 30 September 1997 ini.
Bepergian tentunya memerlukan uang, dan Nikhen tahu mengaturnya. “Untuk saat ini, keuangan saya aman dan tentram. Saya sudah bekerja sejak semester 2, tepatnya di tahun 2015. Saya bekerja sebagai seorang jurnalis, dan pernah menjadi jurnalis di media cetak, radio, TV dan terakhir online. Saya juga diangkat sebagai redaktur di media lokal Gorontalo, dan bisa bekerja dimanapun saya berada,” ucap anak pertama dari enam bersaudara.
“Bukan itu saja, saya juga bekerja disalah satu perusahaan brand, yang dipimpin orang Kanada. Pekerjaan ini juga tidak menuntut saya masuk kantor dan sebagainya. Saya bisa bekerja dimanapun berada, dan bisa mengatur ritmenya. Sekali lagi, untuk keuangan tetap aman ketika berpergian,” imbuhnya.
Dari perkejaan itu pula, dirinya bisa membuka bisnis kecil-kecilan. Seperti, perpustakaan dan tokoh buku di Gorontalo. “Membuka usaha tokoh buku, menjadi mimpi saya sejak dahulu. Mungkin karena saya suka dengan membaca, dan ini juga menjadi sumber uang bagi saya.
“Adapun kesulitan yang saya hadapi, saat melakukan perjalanan. Yang pertama adalah, menu makanannya. Makanan di Sulawesi, Sumatera dan NTB mungkin sama. Akan tetapi, ketika masuk Jawa saya harus menyesuaikan selera dengan masakan yang notabene manis. Dan sebuah kesulitan, bagi saya yang dibiasakan dengan makanan pedas,” kata anggota Mapala Alaska Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo ini.
Kesulitan lainnya adalah, saat mencari mobil untuk ditumpangi. Selanjutnya, kesulitan untuk berteduh. “Kemarin saja saya sendirian dari Makasar ke Kota Manado. Ketika sendirian, saya cepat bosan. Apalagi, motor yang sedang mogok. Akan tetapi, sudah menjadi konsekuensi yang logis dari sebuah perjalanan, dan harus diterima dan dinikmati saja. Semuanya, pasti ada jalan keluarnya,” pungkasnya.
Selain aktif di Mapala Alaska Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, Nikhen Mokoginta juga aktif diberbagai komunitas dan kegiatan. Seperti, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Gorontalo, Forum Genre Indonesia-Gorontalo. Dirinya juga, sebagai penggagas komunitas literasi sampul belakang Gorontalo. Kemudian, bagian dari Duta Bahasa Gorontalo, dan masih banyak lagi.
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post