Manado, Barta1.com – Ketua DPRD Sulut, Fransiskus Andi Silangen sebut nasionalismenya bertumbuh ketika Kapolda Sulut, Irjen Pol Mulyatno membawakan materi wawasan kebangsaan, di Ruang Paripurna DPRD Sulut, Selasa (21/06/2022). “Setelah mendengarkan wawasan kebangsaan dari pak Kapolda tadi, rasa nasionalisme saya makin terbentuk,” ungkap Silangen.
“Menurutnya, Pemerintahan di era 4,0 terjadi perubahan yang begitu masif, dimana internet secara mendasar mempengaruhi segala aspek kehidupan yang dijalani oleh umat manusia,” ungkapnya sembari menyebut cara meminimalisir perubahan dengan membangun rasa nasionalisme dengan pengetahuan wawasan kebangsaan yang berdasarkan 4 konsesus negara, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, yang disesuaikan dengan keadaan saat ini.
Fabian Kaloh, Anggota DPRD Sulut lainnya ikut bicara. “Selama saya bertemu dengan berbagai Kapolda, maupun pihak berpangkat lainnya, baru ini saya menemukan Kapolda cara mengajarnya seperti dosen,” ujarnya.
“Biasanya jika ada penjelasan seperti ini saya selalu ngantuk. Tetapi, untuk hari ini tidak ada tanda-tanda mengantuk karena mendengar penyampaian wawasan kebangsaan dari pak Kapolda,” kata anggota Fraksi PDI Perjuangan ini. Diketahui, pengetahuan wawasan kebangsaan yang disampaikan Kapolda Sulut, Irjen pol Mulyanto terkait 4 konsensus negara, salah satunya tentang Pancasila.
“Inti dari Pancasila adalah gotong-royong. Gotong royong bisa terjadi dilingkungan setempat, lokal, nasional maupun internasional,” cetusnya. Ia juga menjelaskan terkait demokrasi beragama disesuaikan dengan Pancasila.
“Demokrasi beragama adalah praktek berbangsa dan bernegara. Secara individu mengakui agama kita yang paling benar dan sesuai, tetapi disisi lain harus memberikan ruang bagi saudara kita yang memeluk agama lain, untuk bisa berpikir hal yang sama dengan kita,” terangnya.
“Berikutnya ada nilai kekeluargaan di situ ada rasa senasib dan sepenanggungan. Kita bagian dari bangsa-bangsa di dunia. Kata Bung Karno kita hidup dalam taman sarinya Internasionalisme, yang berakar dari buminya nasionalisme. Kita bangsa yang menghormati dan berdampingan dengan bangsa lainnya,” ucapnya.
“Ketiga ada wilayah keselarasan, dimana kita harus menyesuaikan dengan berbagai perbedaan, kemudian nilai kerakyatan, apapun bermasalahnya kita harus mengutamakan sikap dan sifat musyawarah dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Kemudian terakhir, ada nilai keadilan yang menjelaskan didalam Indonesia merdeka tidak boleh ada kemiskinan,” pungkasnya.
Peliput : Meikel Pontolondo
Discussion about this post