Manado, Barta1.com — Vick Chenore Baule saat ini tercatat sebagai salah satu aktor dan sutradara teater terkemuka Sulawesi Utara (Sulut). Telah menyutradarai puluhan pertunjukan baik yang dipentaskan di Sulut dan beberapa kota di Indonesia.
Tahun 2017, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Pekan Teater Nasional di Jogyakarta dengan mengundang 10 grup teater terkemuka dari berbagai daerah di Indonesia. Sanggar Kreatif Manado terpilih mengikuti hajatan nasional tersebut.
Vick Chenore Baule berkolaborasi dengan dramawan Aldes Sambalao menyiapkan lakon “Museum” karya Iverdixon Tinungki ke ajang bergengsi itu bersama Sanggar Kreatif.
Melewati proses latihan sekitar 6 bulan yang langsung dimentori dramawan terkemuka Indonesia Nano Rinatiarno dan Nanang Arizona, “Meseum” akhirnya menjadi sebuah pertunjukan yang mendapatkan apresiasi dan pujian dalam hajatan nasional itu.
Buku Catatan Proses Pekan Teater Nasional 2017 memberikan ulasan yang mendalam mengapresiasi “Museum” garapan kolaboratif dua dramawan Sanggar Kreatif ini.
Aldes Sambalao dan Vick Cenore Baule adalah dua penjaga detak nadi Sanggar Kreatif saat ini. Di tangan keduanya, Sanggar Kreatif telah menjadi salah satu maknet pembinaan teater di Sulut.
Kolaborasi mereka berdua juga mengantar Sanggar Kreatif menjuarai Festival Teater Remaja Indonesia, di Grand Teater Taman Ismail Marzuki Jakarta tahun 2016 dalam lakon “Kata Mati” karya Iverdixon Tinungki, dan sekaligus meraih 5 penghargaan terbaik masing-masing sutradara terbaik Vick Chenore, penata musik terbaik Zadrik Dauhan, aktor terbaik Sandro Samabalao, penata artistik terbaik dan grup penampil terbaik.
Vick Chenore Baule, lahir di Siau, 2 April 1980. memulai kiprahnya di dunia teater sejak semasa kuliah di Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi bersama grup teater Kontra dan Kronis.
Dikenal sebagai aktor yang sangat kuat untuk peran-peran menantang. Penyandang Sarjana Sastra ini kemudian membina grup Teater Karang Mantra dan Sido yang sangat berjaya di panggung festival pada era 2000-an awal.
Selain menyutradarai grup-grup sekolahan, ia membina sejumlah grup di lingkungan gereja di antaranya, Teater Akar Pasir dan Manado Teaterholic. Karya-karya penyutradaraannya merajai panggung festival teater di Sulut.
Puluhan predikat sutradara terbaik disandangnya. Ia juga menulis sejumlah lakon yang sangat populer di pentaskan grup-grup teater di Manado, Minahasa, Bitung dan Sangihe Talaud, di antaranya: “Surat Luka Ibu Pertiwi” di pentaskan di Taman Budaya Lampung pada Peksiminas 2004.
Lakonnya yang berjudul “Babel” ikut dalam festival teater pelajar Semarang. “Lorca” ikut dalam festival teater pelajar Bandung. “Surat Bosias” pentas di Taman Budaya Sulut 2005.
Karya-karya dramanya yang paling populer di antaranya, “Setetes Airmata Iskarina dalam Doa-doa maria”, “Rakelos”, “ Museum Patung”, “Genta”, “ Akar Cahaya”, “Sembilan Saputangan Maria Yang Menyeka Airmata Tuhan”, “Revolusi Lonceng”.
Sebagai aktor, ia pernah menggegerkan panggung teater Sulut lewat lakon “Surat Bosias”. Bermain sebagai tokoh anak bayi yang lahir dalam sebuah ritus kelamin bumi, Vick Chenore tampil total dalam keadaan telanjang bulat.
Pertunjukan teater SiDo yang mengusung naskah “Surat Bosias” yang juga disutradarainya itu mengadopsi bentuk teater mistisisme yang langsung dikolaborasi dengan bentuk tradisi asli Sangihe seperti Salo dan Sasambo, berhasil memenangkan 3 nominasi yakni Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik dan Grup terbaik.
Penulis: Iverdixon Tinungki
Discussion about this post