Judul: Boneka Milik Ibu
Karya : Iverdixon Tinungki
Durasi: 1,5 Menit.
Sinopsis:
Ke mana pun Nadia pergi, ia akan menyeret boneka milik ibunya yang bernama Kemici. Boneka itu tak mau meninggalkan Nadia. Sementara Nadia tak sampai hati membuang atau meninggalkan boneka itu sendirian setelah peristiwa tragis yang menimpa ibunya yang dalam keadaan sakit saat rumah mereka terbakar. Dari semua hal berharga milik ibunya, hanya Kemici yang tersisa. Demikian hari-hari hidup Nadia dirundung perasaan bersalah tak berada di sisi ibunya saat peristiwa nahas itu terjadi. Ia berpikir, andaikata ia ada di rumah ketika kejadian, pasti ia bisa menolong ibunya.
Adegan:
Saat Nadia sedang menyeret Kemici di suatu tempat, ia merasa banyak orang menatapnya dengan heran, bahkan Nadia berkesimpulan orang-orang itu menganggap dirinya sudah gila. Akibat pikirannya itu, Nadia marah besar.
Nadia:
Kenapa kalian semua menatap saya?
(ekspresinya berubah marah, lalu melemparkan segulungan kertas yang belum lama disobek-sobeknya ke orang-orang hingga berhamburan) Kalian pikir aku gila karena menyeret boneka ini ke mana-mana?
(Tiba-tiba ia menjadi sedih) Dia yang tidak mau aku tinggalkan. Dan aku tak sampai hati meninggalkan dia sendirian! (Nadia mengambil Kemici dan memeluknya dalam keadaan terseduh)
(sesaat kemudian, ia mencoba menguatakan hatinya, lalu mulai bercerita.)
Namanya Kemici… Setiap kali aku memeluknya, Kemici akan berkata, “Ini semua kesalahanmu Nadia! Mendengar suara tuduhan Kemici, aku menjadi sedih dan muak padanya. (Membanting Kemici ke lantai dengan penuh amarah) Berhentilah Kemici! Jangan ungkap lagi kesalahanku itu. Aku tahu itu semua kesalahanku. (Kesedihannya kian memuncak) Ayahku sudah lama meninggal, sedang Ibuku sedang sakit tak bisa turun dari ranjang saat rumah kami terbakar. Harusnya aku tak pergi jalan-jalan bersama teman-teman ketika itu. Tapi aku pergi. Aku meninggalkan ibu sendirian. Saat aku pulang, semuanya telah lenyap. (Menangis memeluk kembali Kemici) Semuanya telah lenyap… (ia nampak didera penyesalan)
(ia mencoba menahan tangisnya) Kamici satu-satunya yang tersisa. Ia boneka milik ibu sewaktu kecil. (Tiba-tiba ia tertawa dalam keadaan sedih) Kemici… Kemici… tertawalah. Ayo kita tertawa menjalani hidup yang sedih ini. Jangan ungkap lagi kesalahanku Kemici. Aku tahu, aku anak yang tak tahu berbakti. Aku menyesal Kemici! (Kesedihannya mulai meredah) Ayo ketika pergi Kemici.
Closing:
Nadia menyeret kembali Kemici pergi dari tempat itu.
Tamat.
Discussion about this post