Sangihe, Barta1.com — Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Gubernur dan Bupati/Walikota serentak 2024 masih cukup jauh. Hari pemungutan suara jatuh pada Rabu, 27 November, sembilan bulan setelah pemungutan suara Pemilu Presiden dan Legislatif (Rabu, 28 Februari 2024).
Dimulainya euforia Pilkada serentak 2024 bukan karena sudah ada bakal calon yang mencuri start. Tetapi ada faktor tertentu sebagai pendorong. Salah satunya adalah adanya masalah internal daerah, juga masalah harapan-harapan rakyat.
Nah, situasi seperti inilah yang pernah dan sedang terjadi di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Seiring dengan itu, sejumlah politisi daerah ini mulai bergerak. Ada beberapa yang secara terbuka berencana menjadi calon bupati dan wakil bupati. Ada pejabat pratama, bahkan ada pula mantan bupati.
Dari hasil amatan lapangan, masyarakat Sangihe di tingkat akar rumput punya harapan besar: ada figur baru yang hendak maju di Pilkada Sangihe 2024. Masyarakat negeri Tampungang Lawo ingin ada new comer, figur baru yang potensial dan menyayangi rakyat tanpa syarat.
Mengapa rakyat mendambakan figur baru bagi Sangihe agar pembangunan berlangsung dinamis, daerah ini menjadi cemerlang dan rakyatnya mencapsi hidup sejahtera?
“Figur baru tidak hanya memiliki potensi berpikir cerdas tetapi akan mampu memenuhi harapan-harapan rakyat kecil. Mengutamakan pelayanan, sayang pada masyarakat. Dapat memimpin bersama dalam damai dan sukacita. Pemimpin panutan, menjadi orang tua bagi seluruh rakyat,” begitu simpul harapan yang dilontarkan beberapa warga di pusat kota Tahuna yang sempat berdiskusi lepas, Selasa (15/6/2021).
Simpul pernyataan warga tersebut, sejatinya menyiratkan dua hal esensial terkait kondisi Kabupaten Sangihe saat ini. Pertama, pola kepemimpinan pemerintahan dan pembangunan selang satu dekade berjalan membuat rakyat menangguk kekecewaan. Kepentingan rakyat seperti diabaikan. Kepercayaan rakyat benar-benar dilukai.
Kedua, dibutuhkan figur muda sebagai pembaharu. Saat ini merupakan waktu yang tepat. Sangihe memerlukan pemimpin muda yang benar-benar concern memajukan daerah dan mensejahterakan rakyat.
Rakyat Sangihe sangat yakin, ke depan cukup banyak putra/putri daerah yang kapabel menjadi pemimpin yang baik. Menjadi Bupati dan Wakil Bupati yang Mateleng, Matelang, dan Mateling— sekalipun secara usia masih tergolong muda.
Ketika disebut sederet nama yang mulai mengemuka dan memperlihatkan kesan ingin menjadi calon bupati dan wakil bupati, sejumlah warga –apalagi dari kalangan milenial– lebih cenderung suka untuk memasang figur muda yang baru. Figur muda yang dinyatakan sebagai “fajar baru” bagi kemajuan Sangihe.
Maka sejumlah kalangan di Sangihe menyatakan, Pilkada serentak 2024 dan pemimpin yang akan terpilih nanti menjadi penentu bagi masa depan Sangihe yang lebih baik. Pilkada 2024 adalah “titik start” dimulainya pembaharuan kepemimpinan di Sangihe. Jika nanti terpilih pemimpin potensial sesuai kehendak rakyat, sebab kepada merekalah rakyat menggantungkan harapan. Mereka diyakini akan mampu memajukan daerah pulau-pulau tersebut.
Bagi warga Sangihe pada umumnya, pemimpin dari figur muda saat ini dan ke depan bagi Sangihe sangat diperlukan karena dianggap punya gerak yang gesit tinimbang figur-figur senior. Figur muda ‘new comer’ kini diperlukan sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman untuk memajukan daerah dan mensejahterakan rakyat.
Dari hasil jaring informasi selama hampir sepekan di Tahuna, setidaknya ada lima nama yang disebut sebagai figur yang tergolong sudah senior. Sudah dan sedang memimpin. Lalu sebaliknya, saat ini sudah muncul beberapa figur muda yang benar-benar potensial.
Nama Drs HR Makagansa masih disebut-sebut, juga dr Fransiskus Andi Silangen, Donny Makaminang, Josephus Kakondo dan apalagi, Jabes E Gaghana. Yang disebut terakhir masih sebagai Bupati Sangihe dan sedang menjalankan pemerintahan.
Tetapi nama akademisi muda ‘Opo’ Hendrik Manossoh mulai mengemuka di sejumlah titik wilayah di Sangihe. Sepak terjangnya luas, punya jejaring komunikasi sosial dengan masyarakat. Namanya juga sering disebut-sebut dalam konstelasi pentas politik Sulawesi Utara selang sepuluh tahun terakhir.
Selanjutnya ada figur muda seperti Michael Thungari. Menurut sejumlah kalangan, aura manajerial kepimpinan Michael Thungari sudah mulai terlihat ketika duduk di DPRD Sangihe dan menempati posisi wakil ketua. Pada usia yang terbilang sangat belia, Michael Thungari sudah merintis usaha. Lalu menangguk hasil gemilang ketika mengayunkan langkah ke pentas politik; sekarang sebagai Wakil Ketua DPRD Sangihe.
Ada pula nama Maxiver Lomboh, Imanuel Makahanap dan David S Mogi. Mereka bertiga ini adalah politisi, birokrat muda dan pelaku usaha. Masing-masing memiliki kapasitas yang begitu komprehensif.
Maxiver Lomboh, politisi muda yang memulai karir politik dari bawah. Maxiver yang pernah menjadi ketua pemuda GMIST memiliki akar yang kuat di masyarakat. Saat ini sebagai ketua fraksi PDIP di DPRD Sangihe, memiliki kecakapan sosial yang tinggi.
Nah, ini dia, tokoh muda David S Mogi. Pengusaha milenial yang mapan ini dekat dengan rakyat kecil. Modal sosialnya bagus. Ia punya kecakapan ekonomi kerakyatan yang strategis. Rakyat Sangihe sangat berharap, ia bersedia maju di Pilkada 2024, mewakili rakyat bawah untuk mendongkrak bidang ekonomi.
Selanjutnya birokrat muda Imanuel Makahanap SH MH, patut dicatat sebagai figur yang dapat mewakili ASN. Jejak kiprah Imanuel tidak hanya sebagai birokrat yang sedang menanjak, tetapi ia punya modal komunikasi politik yang kuat. Mantan ketua KPU Sangihe ini sesungguhnya punya jejaring dari atas ke bawah; dari kabupaten, kecamatan hingga ke desa-desa.
Semua figur di atas, sejatinya direspon baik oleh warga. Apalagi semua memiliki peluang untuk bersaing di Pilkada Sangihe 2024. Meski demikian, respon itu bukanlah keinginan. Apalagi harapan. Sebab warga juga sudah punya penilaian untuk masing-masing figur.
Adapun track record figur yang cukup senior, menurut sejumlah warga Sangihe di Tahuna atau yang sudah berdiaspora di daerah lain, sudah diketahui secara lengkap. Ukuran kemampuan mereka dalam memimpin sudah ada gambaran.
HR Makagansa misalnya, sudah pernah menjadi bupati. Selama satu periode memimpin Sangihe dengan segenap keberhasilan namun kemudian tidak beruntung lagi pada Pilkada selanjutnya. Sebagai petahana, ia kalah saing meraih suara dengan rivalnya. Kalah saing ini sebagai gambaran bahwa rakyat Sangihe ingin ada pergantian kepemimpinan.
Adapun Jabes Ezar Gaghana SE, dari Wakil Bupati kemudian didaulat rakyat menjadi Bupati. Ia berpisah dengan HR Makagansa pada Pilkada 2017. Jabes didampingi Helmut Hontong (sekarang almarhum). Mendulang suara banyak, terutama dari rakyat bawah; dari akar rumput. Keduanya menjadi Bupati dan Wakil Bupati.
Saat ini Jabes masih sebagai Bupati Sangihe. Rakyat sangat berharap, Jabes dan Helmut melakukan perubahan bagi Sangihe. Maju selangkah dari perubahan yang dilakukan pemimpin sebelumnya. Sekarang Jabes tetap bersama rakyat membangun Sangihe dalam sisa waktu kepemimpinan dalam periode pertama.
Selang satu tahun menjelang masa akhir kepemimpinan, sangat elok kalau Jabes bercekas memperbaiki keadaan. Merapatkan barisan dan bekerja jeras. Menurunkan tim yang solid untuk rekondisi, khususnya memperbaiki situasi sekaligus melakukan rekonsiliasi. Membangun lagi dengan elok dalam harmonisasi kebersamaan memajukan daerah bersama rakyat.
Adapun dr Fransiskus Andi Silangen yang sekarang sebagai Ketua DPRD Sulut, sebelumnya memang tidak beruntung saat Pilkada Sangihe 2018. Bersama HR Makagansa sebagai Bupati dan Wakil Bupati, keduanya tidak mampu mendulang kemenangan. Pasangan Jabes Ezar Gaghana dan Helmut Hontong meraih suara lebih banyak.
Tetapi fakta selanjutnya, rakyat Sangihe lebih suka dr Fransiskus Andi Silangen menjadi penyambung lidah aspirasi rakyat di legislatif. Rakyat mendorong dr Fransiskus Andi Silangen ke legislatif. Selain Drs Winsulangi Salindeho, suara rakyat Sangihe juga menghantar dr Fransiskus Andi Silangen untuk sampai di gedung DPRD Sulut. Saat ini dr Fransiskus Andi Silangen tercatat sebagai Ketua DPRD Sulut, suatu kepercayaan rakyat yang harus dijaga.
Ada juga Donny Makaminan dan Josephus Kakondo. Brigjen TNI Donny Ricky Peack Makaminan yang saat ini tercatat sebagai Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun), pernah ikut meramaikan bursa calon Bupati Sangihe tahun 2012 dan 2017. Sedangkan Josephus Kakondo masih merupakan Ketua DRPD Sangihe periode 2019-2024.
Khusus untuk partai, rakyat Sangihe berharap sudah saatnya lebih celik menugaskan kader-kader muda untuk berkarya di pemerintahan. Kabupaten Sangihe tidak hanya butuh back-up partai yang semata-mata kuat untuk menggapai kemenangan dalam hitungan angka-angka.
Akan menjadi sangat harmoni apabila partai menugaskan kader yang tangguh, memiliki kemampuan hebat untuk menyelaraskan kekuasaan partai dengan kekuatan rakyat dan segenap potensi kekayaan daerah. “Sudah komplit, dan inilah yang diperlukan Sangihe saat ini maupun ke depan,” kata Johan dan Juniarto, dua sahabat muda Sangihe.
Masyarakat Sangihe kini memiliki keyakinan yang kuat, bahwa figur muda sebagai ‘new comer’ sekalipun, akan objektif bertindak dalam kepemimpinan mendatang. Masyarakat sangat berharap pemimpin muda Sangihe nanti akan menepis segenap kesenjangan yang selama ini menjadi penghambat pembangunan di daerah.
Kepemimpinan figur muda di pemerintahan juga menjadi lebih purna manakala menyertakan peran masyarakat secara menyeluruh. Terutama para tokoh gereja dan sesepuh Sangihe, para budayawan serta cendekia, usahawan/usahawati, serta tidak mengabaikan daya pikir dan kreasi kalangan muda yang cerdas dan melek IT.
Jika keinginan masyarakat mengawinkan potensi muda, misalnya cendekia-politisi/pengusaha untuk Sangihe yang lebih maju dan cermerlang laksana bintang utara, sejatinya bukan hal yang tabu. Apalagi pasangan figur muda yang punya karakter mateleng-matelang-mateling. Mereka merupakan ‘fajar baru’ bagi Kabupaten Sangihe yang cemerlang.(**)
Editor: Iverdixon Tinungki
Discussion about this post