Manado, Barta1.com – Berbagai upaya dilakukan seorang mahasiswa untuk menyelesaikan kuliah mereka. Kendati dalam kondisi pandemi Covid-19, tetap ada cara kreatif harus dilakukan.
Jessica Debora Daud, mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Teknologi Sulawesi Utara (UTSU) Manado, menceritakan suka dukanya saat ujian akhir pendidikan sarjana stratra satu (S1) baru-baru.
Jessica, begitu sapaan akrabnya, mengikuti ujian skripsi di kampus tersebut melalui aplikasi online medio 2020. Namun karena takut saat ujian ponselnya kehilangan sinyal, dia terpaksa harus berjalan sejauh 2 kilo meter dari rumahnya, di Desa Sangtombolang, Kecamatan Sangkub, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), menuju ke pantai Desa Apengsembeka, Bolmut.
“Kalau ujian dari di rumah takutnya listrik padam, dan jaringan pun ikut hilang. Makanya saya ke pantai Desa Apengsembeka, karena di sana selain sinyal kencang, juga tidak hilang saat listrik padam,” kata Jessica.
Dari bebatuan pantai ini, Jessica mempresentasikan skripsinya kepada tiga dosen penguji, yakni Dr Ahnes Tumbelaka MSi, Frangky Robial SIP MSi, dan Drs Hendri Rumengan MM. Bahkan saat proses tanya jawab antara dia dan penguji, Jessica harus menggunakan payung untuk menahan panasnya sengatan matahari pantai.
“Untung ada payung, kalau tidak saya bisa hilang konsentrasi, karena ujian dilaksanakan pukul 14.00 WITA, dan saat pelaksanaan ujian cuaca cukup panas,” tuturnya mahasiswa yang hoby menyanyi ini.
Lanjutnya, tidak pernah terpikirkan sebelumnya kalau salah satu momen sakral dalam perjalanan menyelesaikan studi, yaitu ujian skripsi, yang biasanya melakukan presentasi di hadapan dosen penguji dan pembimbing, serta ruangan ujian yang nyaman karena dilengkapi mesin pendingan ruangan. Namun karena situasi sedang darurat Covid-19, sehingga proses ujian harus dilakukan secara online.
“Saya merasa senang sudah menyelesaikan ujian skripsi dengan baik. Namun sedih juga, karena tidak ujian langsung di kampus. Tidak ada acara foto-foto dengan dosen penguji dan pembimbing, karena beliau-beiau juga tidak di kampus,” ungkapnya mahasiswa angkatan 2016 ini.
Tak hanya itu, untuk mempersiapkan ujian ini, selain berdoa dan belajar, dia juga harus menyediakan kuota data internet yang cukup agar tidak habis saat proses ujian berlangsung.
“Perlengkapan lainnya yang juga dibawa ke pantai saat ujian, yaitu power bank, dan makanan agar tidak kelaparan,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, dia juga berterima kasih kepada dosen pembimbingnya Dwi Fitri Apriani SSos Msi dan Drs Frans Lompoliuw MM. Yang sudah melakukan pembimbingan dengan baik, sehingga proses penyusunan skripsi hingga ujian bisa berjalan dengan lancar.
Sementara itu Rektor UTSU Ruano Urbanus Senduk SE MM mengatakan, sejak diberlakukannya darurat Covid-19, kampus yang dia pimpin tetap melakukan kegiatan akademik, namun pelaksanaannya melalui sistem daring.
“Pelaksanaan ujian proposal dan skripsi tetap berjalan, tapi dilakukan secara online. Jadi dosen penguji dan pembimbing, serta mahasiswa tidak perlu datang ke kampus,” jelasnya.
Peliput : Agustinus Hari
Discussion about this post