Sangihe, Barta1.com — Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) membuat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik luar jaringan (ofline) atau pun dalam jaringan (online) menjadi opsi untuk keberlanjutan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bagi para pendidik maupun peserta didik.
Di Kabupaten Kepulauan Sangihe sendiri bukannya tidak ada masalah, khususnya untuk proses belajar daring. Buruknya layanan jaringan internet di daerah ini menjadi kendala hingga menyulitkan proses pembelajaran daring itu sendiri.
Seperti yang dialami SMA Negeri 1 Tamako, jaringan internet yang buruk selalu menjadi kendala dalam proses belajar daring. Kepala SMA Negeri 1 Tamako, Zuzzy Happy Christiani Bingku S.Pd mengatakan, pembelajaran daring menjadi kendala tersendiri di sekolahnya karena jaringan sangatlah buruk.
“Memang jaringan internet yang ada di Sekolah maupun dirumah para siswa sangat tidak baik dan para guru harus mencari – cari tempat agar bisa mendapat jaringan dan begitu juga para siswa,” ujar Zuzzy, belum lama ini.
Menurut Zuzzy, para siswa juga untuk mencari jaringan ada yang ke gunung maupun pantai. “Khusus disekolah kami sangatlah membutuhkan wifi internet untuk perkuat jaringan agar para guru bisa mengajar daring dengan lancar,” sambungnya.
Saat ini kata Zuzzy pembelajaran luar jaringan capai 70 persen, dan 30 persen dilakukan pembelajaran dalam jaringan dengan total siswa 343 orang. “Penerapan protokol kesehatan wajib dilakukan para guru dan siswa saat proses pembelajaran luar jaringan guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” ujarnya.
“Proses belajar daring dan luring tetap terkontrol dan para Wali kelas bersama guru bidang study terus melaporkan proses belajarnya pada saya sebagai Kepsek setiap hari Senin sesudah ibadah bersama di Sekolah,” ungkap Zuzzy.
Sementara melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yang juga guru Bahasa Jerman, Geutruida Y Matantu SPd menyampaikan, pembelajaran luring dibagi 17 tempat atau lokasi. Ada 10 sampai 20 siswa setiap lokasi.
“Para guru turun langsung untuk pembagian tugas kepada siswa dan dimulai jam 8 pagi hingga jam 4 sore,” kata Geutruida.
Ia menyebutkan, materi diberikan pada siswa setelah itu 4 sampai 5 hari kemudian tugas mereka diambil guru kembali untuk diperiksa. “Khusus pembelajaran daring kami menghadapi kendala jaringan internet, dimana jaringan sangatlah buruk baik di sekolah maupun dirumah para siswa, karena proses pembelajaran daring materi para guru dikirim digroup Whatsapp (WA),” tandasnya.
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post