Manado, Barta1.com – Tak banyak anak muda di Manado yang memperbincangkan soal kondisi lingkungan hidup di sekitar mereka.
Satu diantaranya adalah Kelompok Pendaki Gunung Peduli Lingkungan (KPGPL) Nusantara. Dalam rangkaian HUT ke-6 pada 17 September 2020, organisasi yang dipimpin Rivaldo Restu Wirawan dan Randy Dilo ini menggelar acara sederhana di Gunung Tumpa, Sabtu (19/9/2020).
Diskusi bertajuk Peran Kaum Muda Peduli Lingkungan menghadirkan dua narasumber yang sangat berkompoten: Farly Umar dan Rio Puasa yang diikuti sekitar 50 peserta.
“Isu-isu terkait pencemaran lingkungan yang ada di Kota Manado harus mendapat perhatian khusus. Mulai dari kebijakan yang tidak pro lingkungan atau kesalahan pengelolaan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan seperti di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manado, dan adanya incenerator yang sangat menganggu aktivitas masyarakat,” ujar Farly yang membuka diskusi.
Lalu kata dia, bagaimana peran kaum muda khususnya dalam mengadvokasi masyarakat tentang kesadaran hidup bersih dan sehat. “Juga pentingnya mengawasi industri atau kegiatan perusahan swasta dalam proses produksi yang tidak ramah lingkungan, tidak memiliki dokumen lingkungan sehingga dalam produksi menghasilkan limbah berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan,” kata mantan Ketua Senat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unsrat Manado ini.
Kaum muda sambung dia, juga harus mengawasi seperti apa peran pemerintah dalam pemberian izin dan sanksi terhadap industri yang melakukan kegiatan pencemaran. “Saya kira kita harus kritis mengawasi itu kalau tidak yang rugi adalah kita sendiri dan anak-anak di masa depan,” ujar Farly yang juga Ketua Panswacam Singkil.
Lain halnya disampaikan pegiat lingkungan Rio Puasa. Ia menyampaikan kondisi kerusakan lingkungan akibat ulah manusia secara khusus yg terjadi di Manado dan diseluruh bumi di tengah pandemi.
“Saya ingin membuka wawasan kaum muda pegiat lingkungan khususnya para peserta kegiatan. Serta langkah-langkah sederhana bagaimana peran kita dalam meminimalisasikan dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global mulai dari diri sendiri dan keluarga terdekat,” ujarnya.
Ia menyebutkan bagaimana sistem pengelolaan sampah dan limbah rumahan menjadi sesuatu yang bermanfaat guna bagi kehidupan sehari-hari. “Seperti ketahanan pangan (rempah dan apotek hidup di pekarangan rumah). Saya kira harus memulai dari diri kita sendiri dan untuk kehidupan banyak orang,” imbuh Rio.
Sekretaris (KPGPL) Nusantara, Randy Dilo mengatakan diskusi lingkungan ini diharapkan membuka pola pikir anggota KPGPL Nusantara untuk melihat kondisi lingkungan hidup di sekitar kita. “Semoga ke depan diskusi dan kegiatan praktis terkait lingkungan hidup akan menjadi peran KPGPL Nusantara,” ujarnya.
Peliput : Agustinus Hari
Discussion about this post