Jakarta, Barta1.com – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama dengan jaringan Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) dan beberapa kampus, menggelar Halfday Workshop Hoax Busting and Digital Hygine.
Kegiatan yang diikuti lebih dari 1000 peserta digelar serentak di 20 kota, Sabtu (21/9/2019). Kegiatan ini diperuntukkan bagi masyarakat umum, mahasiswa, dan akademisi, agar bisa melakukan pengecekan fakta secara mandiri.
Pelatihan dilaksanakan di Kota Surabaya, Jember, Jombang, Pamekasan, Malang (Jawa Timur), Pekalongan (Jawa Tengah), Medan (Sumatera Utara), Mataram (Nusa Tenggara Barat), Makassar (Sulawesi Selatan), Palu (Sulawesi Tenggara), dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan).
Menarik empat trainer dari AJI Manado ikut bergabung dengan puluhan trainer tersertifikat google seluruh Indonesia. Adalah Lynvia Gunde (Ketua AJI Manado/Harian Metro Manado), Supardi Bado (SatuBMR.com), Ronny Adolf Buol (ZonaUtara.com) dan Ishak Kusrant (KabarManado.com).
“Sebuah penghargaan dan kesempatan luar biasa bisa berbagi ilmu dengan mahasiswa. Saya kebetulan memberikan training di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pesertanya pers kampus dari sejumlah perguruan tinggi,” ujar Lynvia Gunde, Sabtu (21/9/2019).
Ketua Umum AJI Abdul Manan mengatakan, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh fenomena banyak dan cepatnya penyebaran informasi di era digital, terutama melalui media sosial.
Muatan dari informasi itu beragam, mulai dari informasi yang bermanfaat dan dibutuhkan publik hingga informasi palsu (hoaks), disinformasi, atau kabar bohong.
“Yang merisaukan hoaks ini menyebar sangat mudah cepat di sosial media. Tidak sedikit publik yang serta merta mempercayainya. Situasi semacam inilah yang mendorong Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dengan dukungan Internews dan Google News Initiative, mengadakan halfday basic workshop serentak di 20 kota ini,” kata Abdul Manan di Jakarta.
Ia mengatakan, materi yang diberikan dalam pelatihan ini meliputi teknik mendeteksi informasi palsu, selain bagaimana berselancar di dunia digital yang sehat dan aman.
“Salah satu tujuan praktis dari kegiatan ini adalah agar masyarakat dapat melakukan verifikasi sendiri terhadap informasi yang beredar di dunia digital, khususnya media sosial,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Rahmad Ali mengatakan, kolaborasi dengan AJI ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa, khususnya aktivis pers mahasiswa, dalam memfilter informasi. Harapan tertingginya adalah mendorong mahasiswa untuk ikut menjadi penangkal hoaks.
“Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan keterampilan persma dalam memanfaatkan tools pengecekan fakta sehingga bisa terlibat dalam kampanye memerangi hoaks,” ungkapnya.
Dalam pelaksanaan workshop ini AJI bekerja sama dengan pers mahasiswa jaringan PPMI dan perguruan tinggi. Persma yang menjadi partner adalah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Teknokra, Universitas Lampung dan Asosiasi Pers Mahasiswa Sumatera.
Sedangkan perguruan tinggi yang menjadi mitra AJI dalam kegiatan ini masing-masing: Universitas Al Azhar, Universitas Sahid (Jakarta), Universitas Bunda Mulia, Serpong (Tangerang Selatan), Fakultas Ilmu Komunikasi (Universitas Panglima Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah), Institut Agama Islam Negeri Parepare (Sulawesi Selatan), Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Aceh Tengah, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha (Jambi), dan Universitas Dehasen (Bengkulu).
Untuk kegiatan Halfday Workshop Hoax Busting and Digital Hygine ini, ada lebih dari 2000 peserta dari 20 kota yang mendaftarkan diri. Pada tahun 2019 ini, AJI menargetkan bisa melatih 3000 pengecek fakta secara nasional. Dalam program yang sama tahun 2018 lalu, AJI telah melatih 2622 pengecek fakta dari unsur jurnalis, mahasiswa dan akademisi.
Penulis: Agustinus Hari
Discussion about this post