Kebanggan tak terhingga sedang dirasakan 938 atlet Indonesia yang akan berlaga pada iven olahraga Asia mulai dihelat 18 Agustus 2018. Momen prestisius sehari setelah Hari Kemerdekaan RI ke-73, akan jadi pelecut semangat para atlet. Tak terkecuali empat atlet asal Sangihe: Rendy Tamamilang, dua bersaudara Amasya-Aprilia Manganang dan Farrand Buyung Papendang.
Mereka berempat sepakat ingin mengibarkan bendera merah putih pada Asian Games yang kedua digelar di Indonesia setelah tahun 1958.
Lalu bagaimana peluang Rendy dan kawan-kawan diajang olahraga empat tahunan tersebut, berikut profil singkat mereka.
Aprilia Manganang (bola voli)
Putra-putri asal Sangihe rupanya menjadi pemasok atlet bola voli nasional. Setelah sebelumnya nama spiker papan atas timnas putra, Rendy Tamamilang, sekarang giliran Aprilia Manganang. Siapa sebenarnya Aprilia?
Publik pasti ingat Sea Games 2015 di Singapura. Saat tim voli putri Indonesia menang telak atas Filipina. Pelatih Filipina, Roger Gorayeb, memprotes salah satu pemain voli putri yang penampilan fisiknya tampak berotot. Gorayeb meragukan gender pemain bernama lengkap Aprilia Santini Manganang.
“Dia kuat sekali. Ini seperti memasukkan pemain putra dalam tim putri,” ucap Gorayeb seperti dikutip Inquirer.net.
April merupakan perempuan kelahiran Kota Tahuna, Sangihe, 27 April 1992. Dengan tinggi badan 170 cm dan berat 68 kg, perawakan Aprilia memang lebih tampak seperti pria macho.
Dia bermain voli sejak SMP dari guru olahraganya di Sangihe. Sempat berhenti bermain voli sewaktu SMA karena bermain basket, Aprilia kembali menekuni voli saat melihat kakaknya mempunyai banyak penghasilan dari voli.
Ia masuk klub pertama kali tahun 2011 di klub Alco Bandung. Aprilia mengaku mencari rezeki dari bermain voli. Dengan bermain voli, ia berharap dapat membantu keuangan keluarganya.
Aprilia meski sukses dia tak melupakan daerahnya Sulut. Pada PON Jawa Barat, dirinya tetap membela nama besar Sulut meski gagal memberikan medali.
Dia adalah pevoli wanita dengan lompatan paling tinggi saat ini di Indonesia. Kemampuan melompat tinggi yang dimiliki April membuat ia dengan mudah melakukan over block atau melewati blok-blok dari pemain lawan saat sedang menggebuk bola di atas net.
Anak dari pasangan Akip Zambrut Manganang dan Suryati Bori Lano ini hanya mengikuti jejak sang kakak, Amasya Manganang yang sudah lebih dulu terjun ke dunia voli. Kedua kakak beradik ini bermain voli demi untuk mencari uang tambahan untuk membantu perekonomian keluarga.
Sebelum bermain voli, April pernah mencoba olahraga Atletik, hingga ke tingkat perlombaan antar provinsi. Selain itu, ia juga pernah bermain bola basket. Tapi, di voli ia akhirnya menjatuhkan pilihan karena alasan ekonomi.
Asian Games kali ini dia ingin mempersembahkan yang terbaik buat Indonesia. “Sebisanya merah putih kami kibarkan,” ujarnya.
BIODATA:
Nama: Aprilia Manganang
Kelahiran: Tahuna, 27 April 1992
Tinggi/Berat: 170 cm/70 kg
Prestasi:
Juara Kedua Proliga 2014 Bersama (Valeria Papua Barat)
Juara 1 Pertamina Proliga 2015 bersama (Jakarta Electric PLN), Juara 1 dan Best Spiker Pertamina Proliga 2016 bersama (Jakarta Electric PLN),
Pemain terbaik bersama (Jakarta Electric PLN) Proliga 2017.
Klub:
Alko BNI
Valeria Papua Barat,
Jakarta Electric PLN
Amasya Manganang (bola voli)
Amasya merupakan kakak dari Aprilia Manganang. Keduanya memutuskan menekuni cabang olahraga voli. Hanya saja, Amasya lebih dulu terjun ke olahraga tersebut. Dibesarkan dari Kota Tahuna, Sangihe, kemudian melanjutkan asa ke Jawa guna mewujudkan cita-cita sebagai pebolavoli nasional. Sempat bergabung dengan Klub Popsivo (Polri) hingga Jakarta Elektrik PLN.
Dari kesuksesan Amasya lah hingga adiknya Aprilia ikut menekuni bola voli. Meski di klub keduanya belum pernah seklub, namun saat membela Indonesia di Asian Games 2018, keduanya harus bahu membahu membawa Indonesia ke puncak tertinggi untuk mengibarkan bendera merah putih.
Farrand Buyung Papendang (tinju)
Dia merupakan petinju terbaik di Sulawesi Utara saat ini meneruskan kejayaan di era Adrianus Taroreh, Ilham Lahia, Bonix Saweho sebagai generasi emas tinju. Dilahirkan di Tahuna, 8 Februari 1993, tradisi Sulut sebagai gudang tinju dipatrinya dengan masuk Pelatnas sejak 2014 sampai sekarang.
Pertama kali terjun menjadi atlet tinju sejak 2008 di Tahuna dan berlatih di Sasana Gelora Boxing Camp Sangihe, Farrand yang akrab disapa Buyung telah meraih sejumlah prestasi.
Diantaranya juara 1 Kejurda di Manado 2008, juara 2 Walikota Tomohon 2008, juara 1 Kejurnas PPLP di NTT 2009, juara 1 Kejurnas PPLP di Papua Barat 2010, juara 2 Kejurnas PPLP di Riau 2011, lalu sebagai juara 1 Mangindaan Cup di Manado 2013, juara Wakil Presiden Cup di Lahat Sumatera Selatan 2014.
Kemudian juara 3 Kejurnas Elitmen di Makassar 2014, juara 2 STE Medan 2014, juara 3 Presiden Cup Palembang 2015, juara 3 Sea Games Singapura 2015, 8 besar kejuaraan Asia Bangkok 2015, 8 besar pra Olimpic di China 2016, juara 2 PON Jawa Barat 2016, 8 besar kejuaraan Asia di Uzbekistan 2017, juara 3 Ulaanbatar Cup di Mongolia 2017, juara 1 piala Wali Kota Cup di Manado 2017 dan sejumlah prestasi lainnya.
Buyung mengakui untuk bisa mendapatkan semua prestasinya itu, terpaksa mengorbankan banyak hal demi berlatih keras, misalnya masa bermain bersama teman-teman sebaya. “Untuk bisa meraih cita-cita memang tidak mudah. Saya tahu saya harus kerja keras dan memberi semua tenaga, pikiran dan tekad yang saya miliki. Jadi sangat bersyukur bisa ada sampai saat ini dan pasti akan terus bekerja keras, setidaknya masa muda saya dipakai untuk sesuatu yang bermanfaat,” ujar Buyung dikutip dari BeritaManado.com.
Penulis: Agustinus Hari
Discussion about this post