SANGIHE, BARTA1.COM – Perlakuan tak mengenakan masih saja terjadi pada profesi jurnalis. Seperti menimpa sejumlah wartawan yang melaksanakan tugas peliputan pada Konser Pulau Terdepan yang dilaksanakan oleh BUMN-PLN Pusat di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Semula sejumlah wartawan di Sangihe yang tergabung dalam Forum Wartawan Sangihe (Forwas) mendapat undangan resmi ditandai dengan diberikannya id card identitas jurnalistik oleh panitia dalam hal ini pihak PLN. Namun demikian, ketika sejumlah wartawan melakukan tugas peliputan, Jumat Malam (17/8/2018) di lokasi konser, pihak panitia mengusirnya dari lokasi peliputan.
Sementara itu dari pihak karyawan PLN Area Tahuna bernama Yuda mengklarifikasinya dengan enteng melalui WhatsApp. “Mohon maaf kawan2 pers, kami sdh konfirmasi ke PLN pusat sebagai panitia konser. Karena ini event skala nasional, tentunya standar profesionalisme yang dibutuhkan oleh banyak pihak yang terlibat lebih tinggi dari acara PLN Tahuna biasanya. Terlebih ketika bintang tamu yang dihadirkan adalah musisi ternama dan VIP kenegaraan sebagai yang punya acara. Sekali lagi kami dari PLN Area Tahuna mohon maaf apabila tidak berkenan dengan konser semalam atau penyampaian ini. Dan apabila kita peduli dengan kemajuan Sangihe mari kita sama2 sukseskan acara ini dgn membawa kode etik jurnalistik yang lebih baik,” tulis dia.
Menanggapi itu salah satu wartawan di Sangihe, Dys Salamate menyayangkan apa yang disampaikan oleh salah satu karyawan PLN Area Tahuna itu.
“Secara tidak langsung si Yuda ini, menuding media-media yang ada di sini tidak profesional dalam bekerja. Kami sangat menyesali tindakannya itu. Namanya tugas jurnalistik itu, dilindungi oleh undang-undang. Dan anehnya mereka sendiri memohon untuk mengadakan peliputan. Saya minta kepada pimpinan PLN Area Tahuna, ditindaklanjuti ini manusia yang bernama Yuda,” berang Salamate.
Sementara itu Ketua Forum Wartawan Sangihe (Forwas) Verry Bawoleh ikut menyayangkan indikasi pelecehan yang terjadi terhadap wartawan di Sangihe. “Saya sangat menyayangkan hal ini bisa terjadi. Apalagi wartawan ketika mengadakan peliputan dilengkapi dengan Kartu Identitas Kewartawanan,” ungkap Bawoleh.
Pers belum sepenuhnya merdeka. Tindakan kesewenang-wenangan terhadap jurnalis masih saja menjadi wajah buruk di bangsa dan negara ini. Semoga apa yang dialami jurnalis-jurnalis di Sangihe menjadi pelajaran bersama dalam merefleksikan kemerdekaan.
Peliput: Rendy Saselah
Discussion about this post