MANADO, BARTA1.COM – Tusukan-tusukan tajam Jecky Junus dari sisi kanan lapangan begitu memanjakan striker lokal Persma Manado, Jan Kaunang dan Maxi Warokka atau legiun asing, Nelson Leon Sanchez. Jika umpan tariknya dari kanan mentok, secara bergantian, dia akan bertukar posisi melakukan serangan-serangan dari sayap kiri.
Saat asyik menyerang hingga kehilangan bola, secepat kilat dia akan berlari cepat, turun kembali ke posisi semula sebagai bek kanan atau kiri. Begitu, gaya main Jecky Junus hingga meloloskan Persma Manado ke kasta tertinggi Liga Indonesia (Ligina) tahun 1995/1996.
Kini, cerita itu tinggal kenangan. Sosok pendiam dan jarang marah ini telah dipanggil sang Khalik. Ia meninggal di Rumah Sakit Umum Prof Kandou Manado, Selasa (14/8/2018), setelah sebelumnya dirawat karena sakit yang diderita. Siang tadi, Rabu (15/8/2018) lelaki bertubuh tinggi ini dimakamkan.
Sejarah panjang Persma Manado yang ikut ditorehkan pemain yang sempat membangun nama besar PS Bina Taruna (Kelurahan Ternate) ini, hingga melahirkan pemain nasional Firman Utina, berakhir sudah.
Sejawat Jecky, eks Persma Manado ikut merasakan duka mendalam. “RIP senior saya Jacky Junus, rekan setim yang meloloskon Persma Manado pertama kali ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia…sudah 2 dari skuad Persma waktu itu yang sudah dipanggil Tuhan setelah alm Hamid Buang mendahului beberapa tahun yang lalu…bangga sempat setim dengan kalian berdua,” tulis Alen Mandey, melalui media sosial facebook, Rabu (15/8/2018).
Mantan anak asuhnya di PS Bina Taruna pun tak kalah sedih karena kehilangan sosok panutan mereka. “Selamat jalan mantan pemain Persma Manado dan PS Bina Utara, om Jecky Junus. Selama hidup saya tidak pernah lihat om Jecky marah. Dari kecil sempat juga almarhum kase latihan bola sampe kita so jadi pelatih nyanda pernah lia om Jecky ini mo marah p qta.
ya allah terimalah alm di sisimu ya allah dan ampunilah dosa2nya,” tulis Chandra diakun facebooknya.
Jecky ikut mengantarkan Persma Manado yang resmi berpartisipasi untuk pertama kalinya di kasta tertinggi sepak bola nasional, Ligina jilid dua di musim kompetisi 1995/1996. Badai Biru, julukan Persma, saat itu sangat “beraroma” Amerika Latin dengan trio pemain asing dan pelatih yang berasal dari Cile.
Bermain bersama Rodrigo Araya, Juan Rubio, dan Nelson Sanchez, di bawah arahan pelatih Manuel Vega, mereka berhasil mempertontonkan permainan yang atraktif sepanjang musim hingga bertengger di urutan 11 klasemen akhir, Wilayah Timur.
Ligina jilid tiga (kompetisi 1996/1997), Persma Manado diperkuat trio Kamerun, Onana Jules Denis, Ebongue Ernest, dan Jean Pierre Fiala, plus amunisi muda dari skuad PON XIV yang meraih medali perunggu, seperti Alen Mandey, Yohan Heydemans, Hendra Pandeinuwu, Rahman Bareki, Arifin Adrian, Stenly Mamuaya dan kawan-kawan. Jecky yang termasuk senior bersama Francis Enal Wewengkang, makin dicintai publik pencinta bola yang setiap Rabu, Sabtu atau Minggu berjubel di markas Persma, Stadion Klabat Manado.
Nama besar Jecky Junus tak pernah dilupakan, apalagi bagi masyarakat Manado Utara, sebab dia satu-satunya pemain dari kawasan ini yang selalu masuk line up ketika Persma Manado berlaga kandang atau tandang.
Penulis: Agustinus Hari
Discussion about this post