Sangihe, Barta1.com – Sebanyak 20 anak dari keluarga pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Kepulauan Sangihe mendapatkan kesempatan langka untuk belajar bahasa Inggris secara gratis. Program ini diinisiasi oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kepulauan Sangihe, Josephine Mathilda Tacoh, bekerja sama dengan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Sangihe Learning Center.
Tujuan utama dari program ini adalah membuka cakrawala berpikir anak-anak, sekaligus memberikan bekal ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat mengubah masa depan mereka. Meski berasal dari lingkungan yang penuh tantangan, semangat dan antusiasme anak-anak ini dalam mengikuti pembelajaran terlihat sangat tinggi.
Kelas bahasa Inggris ini diadakan di Papanuhung Santiago Tampungang Lawo, rumah jabatan Bupati Sangihe, setiap minggu. Untuk mendukung kehadiran anak-anak, Ketua TPPKK bahkan menanggung biaya transportasi agar mereka bisa datang tanpa beban biaya tambahan.
“Saya sangat prihatin melihat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Masih banyak sampah yang dibuang sembarangan, meskipun fasilitas tempat sampah sudah tersedia,” ungkap Josephine, Rabu (13/11/2024).
Ia menambahkan bahwa program ini tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, tetapi juga mengintegrasikan pendidikan lingkungan. Anak-anak belajar cara menjaga kebersihan lingkungan, termasuk pemilahan sampah dan cara sederhana mengurangi limbah di keluarga maupun komunitas mereka.
“Saya berharap anak-anak ini memiliki kegiatan positif di luar lingkungan TPA. Dengan belajar bahasa Inggris bertema lingkungan, mereka akan mendapatkan pengalaman baru sekaligus kesadaran pentingnya menjaga kebersihan,” jelasnya.
Celline Army Sandil, pengelola LKP Sangihe Learning Center, menjelaskan bahwa program ini menyasar anak-anak sekolah dasar dari kelas 1 hingga kelas 6. Saat ini, pihaknya tengah mendata nama, usia, dan tingkat pendidikan para peserta. Pemindahan lokasi belajar dari TPA ke rumah jabatan bupati dilakukan untuk memastikan suasana belajar lebih nyaman.
“Awalnya, kelas direncanakan di TPA. Namun, atas masukan Ibu Pj Bupati, kami memindahkannya agar anak-anak belajar di tempat yang lebih nyaman. Kami juga menyediakan transportasi agar mereka tidak terbebani biaya,” terang Celline.
Program ini akan berlangsung selama tiga bulan dengan pendekatan tematik. Selain belajar bahasa Inggris, anak-anak juga mendapatkan pelatihan pemilahan sampah, membuat produk daur ulang, serta pengelolaan sampah menjadi sumber penghasilan. Harapannya, kegiatan ini menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak-anak pemulung, sehingga mereka lebih mandiri dan mampu memanfaatkan potensi ekonomi dari pengelolaan sampah.
“Melalui program ini, kami ingin anak-anak tidak hanya pandai berbahasa Inggris, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka di masa depan,” pungkas Celline usai pembelajaran perdana kepada 20 orang anak tersebut, Sabtu (30/11/20224).
Inisiatif ini membawa angin segar bagi anak-anak yang sehari-hari bergulat dengan kerasnya hidup di lingkungan TPA. Dengan bekal bahasa Inggris dan keterampilan baru, mereka diharapkan mampu keluar dari lingkaran kemiskinan dan menciptakan masa depan yang lebih cerah.
Program ini juga menjadi cerminan bahwa pendidikan adalah hak semua anak, tanpa memandang latar belakang sosial. Upaya kolaboratif antara pemerintah dan lembaga pendidikan ini membuka harapan baru bagi anak-anak pemulung di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Peliput: Rendy Saselah
Discussion about this post