Penyakit autoimun adalah kondisi di mana muncul pada tubuh karena sistem kekebalan tubuh telah menyerang sel tubuh yang kondisinya masih sehat. Pemeriksaan autoimun ini melalui tahapan proses diagnosis yang cukup sulit dan perlu menjalani beberapa tes autoimun supaya mendapatkan diagnosis yang tepat.
Sampai saat ini sudah ada 8 buah jenis penyakit autoimun yang dapat menyerang di bagian tubuh seperti lupus hingga psoriasis. Hal ini dikarenakan, penyakit itulah yang sangat bervariasi dan tidak ada dari satupun tes yang bisa memberikan diagnosis terhadap semua jenis penyakit autoimun.
Jenis Pemeriksaan Autoimun
1. Antibodi antinuklear
Sistem kekebalan pada tubuh telah membentuk antibodi guna melawan zat asing seperti virus dan bakteri, akan tetapi ketika kondisi autoimun tentunya antibodi antinuklear akan menyerang nukleus yang masih sehat. Guna mendeteksi antibodi tersebut tentunya perlu menjalankan tes antibodi antinuklear melalui sampel darah yang biasanya dianjurkan apabila mengalami gejala autoimun.
Beberapa gejala autoimun diantaranya ruam kupu-kupu, demam, nyeri otot hingga nyeri sendi. Penyakit yang bisa didiagnosis melalui tes ini seperti skleroderma, lupus, sindrom sjogren, dan rematik.
2. CRP
CRP adalah protein dari hasil produksi hati yang telah dilepaskan pada aliran darah ketika timbul peradangan. Pemeriksaan autoimun ini bisa dilihat dari perubahan hasil tes CRP sebagai pertanda bahwa tubuh terjadi peradangan yang disebabkan oleh infeksi ataupun penyakit autoimun seperti rematik dan lupus.
Akan tetapi untuk tes ini tidak akan menunjukkan lokasi atau penyebab terjadinya radang. Sehingga apabila hasil tes tidak normal tentunya dokter lebih menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut supaya bisa mengetahui penyebabnya.
3. Ferritin
Ferritin adalah protein yang mampu menyimpan zat besi di sel sebelum tubuh siap untuk menggunakannya. Melalui tes yang satu ini bisa membantu dokter untuk memahami banyaknya zat besi yang ada dalam tubuh.
Kader ferritin yang cukup rendah sebagai pertanda bahwa tubuh mengalami kekurangan zat besi. Begitupun sebaliknya ketika hasilnya lebih tinggi dari persentase normal yang bisa menjadi pertanda dari kanker, infeksi ataupun peradangan karena penyakit autoimun.
4. ELISA
Pemeriksaan autoimun yang dapat mendeteksi berbagai jenis antigen dan antibodi secara spesifik berhubungan dengan penyakit tertentu. Pada pemeriksaan ini bisa digunakan untuk mencari protein RF ataupun antibodi IL-17 serta anti CCP bagi penderita rematik.
Nilai normal untuk tes ini sangat bervariasi dan sesuai dengan jenis antibodi ataupun antigen yang diperiksa. Hasil tesnya sendiri juga bisa menjadi penentu atas pemeriksaan lebih lanjut yang harus dijalankan guna mengambil diagnosis penyakit autoimun.
5. Imunoglobulin
Tes yang satu ini memiliki tujuan guna mengukur antibodi imunoglobulin yang ada di dalam darah. Penyakit autoimun yang dapat didiagnosis menggunakan tes ini seperti sindrom sjogren, myasthenia gravis dan sindrom Guillain Barre.
Jenis imunoglobulin yang biasanya diperiksa menggunakan tes ini seperti IgA yang merupakan antibodi pertahanan pada lini pertama yang seringkali ditemukan di cairan tubuh, aluran pencernaan hingga saluran pernapasan, IgG sebagai antibodi di dalam darah serta cairan tubuh yang dapat melindungi tubuh dengan cara meningkatkan kuman yang sebelumnya sudah masuk pada tubuh. Selain itu juga ada IgM bagai antibodi di dalam darah serta cairan getah bening yang bisa terbentuk saat tubuh mengalami infeksi.
Itulah beberapa jenis pemeriksaan autoimun untuk mengetahui diagnosis penyakit yang diderita oleh seseorang melalui tes secara spesifik. Dengan banyaknya penyakit autoimun tentunya pemeriksaan harus dilakukan secara teliti melalui beberapa tahap untuk memberikan hasil diagnosis. (**)
Editor:
Ady Putong
Discussion about this post