Sangihe, Barta1.com – Data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) pada Februari 2023 menunjukkan tren positif dalam penanganan kasus stunting di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Angka stunting menurun menjadi 214 kasus dengan persentase 3,28 persen, dibandingkan dengan 278 kasus atau 4,27 persen pada tahun 2022 lalu.
Pada Agustus 2023, E-PPGBM mencatat penurunan drastis dengan hanya 128 kasus stunting dan persentase 1,28 persen. Penurunan signifikan ini tidak hanya merupakan hasil satu kali, melainkan mencerminkan keberlanjutan dari upaya yang telah dilakukan selama empat tahun terakhir.
Data E-PPGBM Kabupaten Kepulauan Sangihe merinci perjalanan penurunan angka stunting sejak 2019. Pada tahun tersebut, angka stunting mencapai 17,71 persen. Tahun 2020 menyaksikan penurunan sebanyak 4,4 persen menjadi 13,31 persen, lalu di tahun 2021 turun lagi sebanyak 5,01 persen menjadi 8,3 persen. Tahun 2022 mencatat angka stunting sebesar 4,27 persen, mengalami penurunan 4,03 persen dari tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe, dr. Handry Pasandaran, menyampaikan bahwa pengukuran angka stunting dilakukan secara berkala oleh tim di 17 Puskesmas Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pengukuran dilaksanakan dua kali setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
“Pemkab Sangihe juga baru-baru ini menerima bantuan alat ukur antropometri kit dari Pemerintah Pusat, yang akan meningkatkan ketepatan pengukuran tinggi dan berat badan balita di seluruh kampung dan kelurahan,” ungkap Pasandaran, Selasa (21/11/2023).
Lebih lanjut, Kadis mengungkapkan bahwa terdapat 8 aksi konvergensi penanganan stunting yang telah dilaksanakan secara terpadu oleh Tim Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (TPPS) tingkat kabupaten, dibantu tingkat kecamatan hingga ke tingkat kampung.
“Pemberian makanan dan susu tinggi kalori oleh orang tua asuh stunting menjadi salah satu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, dari Kepala OPD hingga camat, berdasarkan Peraturan Bupati tentang Gerakan Orang Tua Asuh Peduli Stunting,” jelas Kadis.
Sementara itu, Penjabat Bupati Kepulauan Sangihe, dr. Rinny Tamuntuan, menyampaikan rasa syukurnya atas penurunan drastis kasus stunting di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
“Kerja keras dan kerja bersama telah menghasilkan penurunan cukup drastis dari 300an lebih kasus pada 2022 menjadi 128 kasus saat ini. Namun, perlu tetap konsentrasi untuk mencapai harapan bersama bahwa pada tahun 2024, angka stunting di Sangihe harus turun di bawah 14 persen,” tuturnya.
Sekretaris Kabupaten Sangihe, Melanchton Harry Wolff, dalam Rapat Koordinasi dan Evaluasi TPPS, menekankan pentingnya keterlibatan langsung para Kepala OPD dan Camat yang merupakan orang tua asuh stunting dalam wawancara sebelum memberikan bantuan kepada anak-anak yang terkena stunting. Analisis yang tepat diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stunting, baik dalam hal gizi, pola asuh, dukungan kesehatan, maupun infrastruktur.
Keberhasilan penurunan angka stunting di Kabupaten Kepulauan Sangihe menunjukkan komitmen dan sinergi berbagai pihak dalam mengatasi permasalahan gizi masyarakat.
Peliput: Rendy Saselah
Discussion about this post