Sangihe, Barta1.com – Politeknik Negeri Nusa Utara (Polnustar) meluncurkan program Matching Fund 2023 yang bertujuan untuk mendukung dan meningkatkan kemandirian budidaya ikan di wilayah pesisir, khususnya di Kampung Petta Barat, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Program ini menghadirkan sejumlah pemateri ahli di bidang perikanan, seperti Sauki Haidayat, M.Si dari Balai Perikanan Air Tawar Manado, dan Geric Lumiu, S.Pi, Kepala Stasiun KIPM Tahuna, yang memberikan materi mengenai mutu ikan dan strategi pemasarannya.
Menurut Ferdinand Gansalangi, Direktur Politeknik Negeri Nusa Utara, program Matching Fund merupakan bagian dari inisiatif Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam rangka mendukung program Merdeka Belajar atau Kampus Merdeka. Melalui program ini, Kementerian Pendidikan memberikan alokasi anggaran khusus bagi Politeknik, termasuk Polnustar, untuk bermitra dengan kelompok masyarakat atau industri yang memiliki usaha.
“Di Kampung Petta Barat, program ini mendukung usaha budidaya ikan, termasuk budidaya ikan nila salin, kepiting, dan produk perikanan lainnya. Tujuan utama program ini adalah memberdayakan ekonomi masyarakat setempat, sekaligus memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada para petambak agar mereka dapat mengembangkan usaha budidaya mereka secara profesional,” kata Gansalangi, Kamis (2/11/2023).
Sementara itu Geric Lumiu, Kepala Stasiun KIPM Tahuna, menjelaskan bahwa kepiting memiliki nilai ekonomi yang tinggi dengan harga jual mencapai 120 ribu rupiah per kilogram. Selain itu, budidaya kepiting relatif mudah dilakukan, dan kepiting memiliki daya tahan yang tinggi, sehingga dapat dikirim dalam keadaan hidup tanpa menggunakan es.
“Namun, pentingdalam pengawasannya ialah kepiting yang sementara bertelur tidak boleh untuk dijual hal ini untuk menjaga kelanjutan dan pelestariannya. Demikian juga kalau yang kecil kecil diambil maka kesinambungan dalam kegiatan usaha pastia akan terhenti suatu saat. Jadi ini adalah tanggung jawab yang diberikan kepada kami melakukan pengendalian dan pengawasan komoditi perikanan ini termasuk kepiting,” kata Lumiu.
Pemerintah Kampung Petta Barat pun berterima kasih kepada pihak Politeknik Negeri Nusa Utara (Polnustar). Sebab menurut Siti Sjarah Gabriel, Kapitalaung Petta Barat, potensi budidaya ikan di daerah mereka semakin berkembang setelah menerima usulan dari salah satu dosen Polnustar. Dengan kerja sama yang terjalin, mereka kini memiliki indukan sendiri, yang sebelumnya harus membeli bibit di Manado.
“Hal ini telah memberikan mereka kontrol atas harga, dengan harga bibit sebesar 500 rupiah untuk kelompok di sini dan 1.500 rupiah di luar kelompok. Saat ini terdapat 10 tambak dengan ukuran berbeda-beda, mencakup total 4 hektar,” ungkap Siti.
Program Matching Fund juga memberikan pelatihan dalam pembuatan pakan ikan menggunakan bahan-bahan lokal. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan ekonomi kelompok pembudidaya dan mendorong mereka untuk menjadikan budidaya ikan sebagai profesi utama. Program ini telah berhasil menghasilkan 700 kilogram pakan hasil olahan mandiri.
Dengan Matching Fund 2023, Polnustar dan pemerintah setempat berupaya untuk memberikan dukungan yang kuat kepada budidaya ikan di Kampung Petta Barat, membantu meningkatkan ekonomi masyarakat, dan merangsang pertumbuhan sektor perikanan di wilayah pesisir. Program ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengembangkan sektor perikanan sebagai salah satu sumber penghidupan yang berkelanjutan.
Peliput : Rendy Saselah
Discussion about this post