Manado, Barta1.com – Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Sulut mengunjungi beberapa perguruan tinggi, termasuk Politeknik Negeri Manado (Polimdo).
Kunjungan itu diwakili Wakil Ketua Bapemperda DPRD Sulut, Melky Jakhin Pangemanan bersama anggotanya Braien Waworuntu. Kedatangan keduanya, disambut baik seluruh pimpinan Polimdo yang menerima di Ruangan kerja Direktur Dra Mareyke Alelo MBA, di Lantai 3 Gedung Utama Polimdo.
MJP sapaan akrab rekan-rekannya itu menjelaskan alasan kunjungan tujuannya untuk meminta masukan dan saran dari politeknik secara akademis, terkait dengan perubahan nomenklatur susunan perangkat daerah di dalamnya pembentukan Badan Riset dan Inovasi Daerah. Oleh karena itu, berbagai diskusi sudah dilakukan di DPRD Sulut dan menginisiasi untuk bisa memberikan ruang seluas-luasnya bagi perguruan tinggi untuk memberikan masukan-masukan secara akademis dalam rangka pembentukan badan riset dan inovasi daerah ini.
“Dengan ini kedepannya akan membangun kembali bentuk kolaborasi antara pemerintah DPRD sebagai unsur penyelenggara dan juga tiap perguruan tinggi. oleh karena itu, kami menginisiasi untuk lebih dahulu meminta masukan baik lisan maupun tulisan kepada pimpinan Polimdo. Kirannya ibu direktur berkenan, untuk bisa mengisi pertanyaan yang akan kami serahkan, dan mungkin menjawab ini butuh telaah dan kajian yang nantinya akan dimasukan ke kami. Untuk naskah akademiknya sudah. Tinggal proses pembuatan dan penyusunan draf awal ranperda. Itu juga akan melibatkan kampus, dan poin-poin pertimbangan secara tertulis dari setiap perguruan tinggi akan menjadi bahan masukan bagi kami,” jelas MJP.
Menurutnya, dalam proses pembahasan Bapemperda sudah melaporkan kepada pimpinan DPRD untuk keterlibatan aktif dari keterwakilan setiap perguruan tinggi yang dikunjungi dalam proses pembahasan bersama dengan eksekutif, bapak-ibu direktur bisa mendelegasikan tim untuk bisa sama-sama dalam proses pembahasan. Tentunya dalam pertanyaan akan diberikan ini, sama halnya yang diberikan ke Unsrat dan Unima. Pertanyaan ini diberikan secara terbuka dan transparan bahwa sejauh ini bagaimana keterlibatan perguruan tinggi dalam proses pembangunan daerah. Apalagi kampus-kampus perguruan tinggi negeri yang tentunya secara vertikal dengan kementrian, bagaimana sebenarnya peran dari pemerintah daerah dalam mengotimalkan risorsis di kampus.
“Di kampus itu punya banyak SDM yang mempuni dalam proses perencanaan. Kita kan menyusun satu perencanaan pembangunan daerah, teknokrat itu jadi bagian penting. Apakah pemerintah daerah memberikan ruang ini atau tidak. Biasanya kami tanya ke pemerintah daerah, khususnya Dinas terkait dan secara gampang mereka menjawab keterlibatan perguruan tinggi itu sangat aktif. Tetapi, DPRD sebagai perpanjangan tangan masyarakat memiliki peran secara strategis untuk mengawal satu proses pemerintahan. Maka dari itu, ruang ini harus terbuka dengan data-data yang ada,” terang anggota Fraksi PDI Perjuangan ini.
Maka dari itu, MJB berharap dan menunggu, jawaban dari pimpinan kampus Polimdo terkait masukan-masukan dalam pembentukan badan riset dan inovasi daerah (BRIDA).
Setelah mendengar penjelasan dari ketua BPW PSI Sulut ini, langsung ditanggapi Direktur Polimdo Dra Mareyke Alelo. Menurutnya, pendekatan Polimdo tidak terlalu cenderung ke akademis. Biasanya akademis itu ke konsep-konsep dan teori, sedangkan di sini itu berkaitan dengan Vokasi yang cenderung melihat persoalan itu dan apa solusinya. Justru ini yang sangat dibutuhkan.
“Kedua dalam perencanaan tata kota wilayah, itu kan harus dibarengi dengan data-data empiris. Mestinya perguruan tinggi dilibatkan terkait hal ini. Melibatkan perguruan tinggi pertama karena murah, berikutnya memiliki SDM yang mempuni. melibatkan perguruan tinggi akan mendorong meningkatnya akreditasi institusi maupun program studi, selanjutnya menolong mahasiswa untuk terlibat dalam penelitian. Tentunya penganggarannya kedepannya sebagian institusi dan sebagainnya pemerintah,” terangnya.
Lanjut Alelo, jika dilibatkan perguruan tinggi secara aktif, baik itu di Unsrat maupun Polimdo dan cara kerjanya bagaimana. Misalnya, Polimdo secara terapan dan Unsrat secara akademis. Maka itu akan, memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang ada di lapangan.
“Saya mau kasih contoh dan hal ini kadang orang perhatikan, misalnya untuk wisatawan Cina. Pernah kita membuat evaluasi seberapa efektifnya wisatawan Cina ke Sulut, terus bagaimana benefitnya dengan kosnya. Terus apa dampak wisatawan China terhadap ekonomi. Itu belum ada yang menelitinya,” ucap Alelo.
Alelo menambahkan, kirannya dibangun kebijakan untuk mengembangkan pariwisata dengan konsentrasi pada statemen pasar nasional, tetapi itu tidak pernah dievaluasi dampaknya. Dan itu terus-menerus direncanakan dan tidak adanya evaluasinya. “Sebenarnya Politeknik menjadi bagian dari situ karena fokusnya pada mencari solusi,” katanya.
“Berikutnya terkait karang dan mangrove pernahkah ada evaluasi. Karang kita sudah seperti apa di Sulut, sumber-sumbernya itu ada di perguruan tinggi Politeknik. Terus apakah kita bisa mendirikan BRIDA, jika pun itu efektif dan produktif dan bisa diteruskan pembahasannya. Tetapi, jika Balitbang dapat ditingkatkan dan diperkuat, tanpa mendirikan struktur yang baru lagi. Dulu kita dilibatkan oleh Balitbang untuk mencari persoalan-persoalan yang ada di lapangan, tetapi semua terbatas,” imbuhnya.
Di tempat yang sama juga, Kepala Pusat Pengembangan Pembelajaran dan Jaminan Mutu Anton Manginsela menuturkan, bahwa fokusnya Politeknik itu pada terapkan. Kemudian banyak hal yang dilakukan itu antara mahasiswa dan dosen, namun kendala utamanya adalah pembiayaan. Jika hal ini menjadi upaya untuk bisa mendatangkan dukungan dana, karena Politeknik memilki projects Based Learning dan berbagai kegiatan yang melibatkan mahasiswa. Dengan begitu anak-anak, bisa berhasil dalam memahami persiapan di masyarakat dan memberikan solusi terapan yang bermanfaat.
“Saat ini kami berfokus pada komoditi kelapa. Kelapa dan turunannya itu bisa menjadi bermacam-macam komoditi ekspor, mulai dari serbuknya dan seterusnya. Dan hal itu kita sangat kurang. Kita punya pusat unggulan prodi, tetapi karena pembiayaannya yang begitu kurang, kirannya pertemuan ini bisa membantu perguruan tinggi kedepannya dalam memberikan solusi kepada masyarakat,” ucapnya.
Setelah mendengar penjelasan Mareyke dan Anton, direspon kembali oleh MJP dengan mengucapakan terimakasih atas masukannya dan ini telah dicatat. “Masukan ini sangat baik sekali, dan ini akan menjadi bahan pertimbangan kami juga kedepannya. Sekali lagi, banyak terimakasih,” pungkasnya.
Hadir dalam kegiatan itu Wakil Direktur Bidang Umum dan keuangan, Susy Marentek, Wakil Direktur Bidang kemahasiswaan Selvie Kalele dan Koordinator Humas Stevie Kaligis berserta pimpinan Polimdo lainnya.
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post