Manado, Barta1.com – Setiap tanggal 30 Juni, diperingati sebagai hari kematian Pahlawan Nasional Sam Ratulangie. Dimana pihak keluarga menjadwalkan tanggal dan bulan tersebut, menjadi tradisi untuk berziarah di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Namun kali ini, Rukun Ratulangi bersama cucu Sam Ratulangie melakukan ziarah bersama di Makam Pahlawan Nasional Sam Ratulangie di Tondano. “Saat berziarah kami mengawali dengan menyanyikan sebuah lagu, doa dan kemudian melakukan pemasangan 2 karangan bunga dari anak-anaknya, cucu hingga cicitnya di monumen Opa Sam,” ungkap cucu ke 9 Sam Ratulangie, Shirra Sutan Assin-Ratulangie kepada Barta1.com, Jumat (7/7/2023).
“Kegiatan berziarah ini saya dan suami diundang langsung oleh Ketua Harian Rukun Ratulangi, Robert Ratulangi. Walaupun kami sudah menjadwal tanggal yang sama untuk berziarah,” terangnya.
Makam Opa Sam dalam keheningan saat ini, kata Ratulangie, ketidakpedulian pihak-pihak terkait, menjadikan makam pahlawan menjadi rusak, dimana mestinya menjadi kebanggaan masyarakat Sulut, khususnya Tondano.
“Bersyukur saat ini, ada kepedulian dari menteri sosial ibu Tri Rismaharini yang langsung memperbaiki bagian atap makam yang hampir roboh, setelah ada surat dari ibu Lani Sungandi Ratulangie, yang menyatakan prihatin atas makam ayahnya,” ujarnya.
Semoga kedepannya, makam ini bisa lebih diperhatikan dan terbuka untuk umum. “Kami semua cucu Opa Sam Ratulangie mengenal beliau dari cerita orang tua kami, buku-buku yang beliau tulis atau dari media elektronik yang ada. Opa Sam adalah sosok yang peduli atas kemerdekaan Indonesia, lepas dari penjajah, peduli kepada sesama, terutama masyarakat Tondano. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya,” tuturnya.
Menurutnya, semboyan Si Tou Timou Tumou Tou jangan hanya ditampilkan di spanduk-spanduk atau di bibir saja, tetapi harus dipahami lebih mendalam oleh masyarakat Sulut dan bertindak secara praktiknya.
Secara bersamaan anak dari Sam Ratulangie, Lani Sugandi Ratulangie, menceritakan tentang jawaban ibunya waktu dirinya bertanya kenapa hari wafatnya ayah diperingati, bukan hari lahirnya. Kata ibuku, peringatan diambil hari wafatnya dikarenakan tugas beliau di dunia telah selesai. Beliau akan berangkat ke rumah Tuhan, dan saat itulah yang terpenting dan perlu diperingati.
Peliput: Meikel Pontolondo
Discussion about this post