Manado, Barta1.com – Menengok kembali kisah perjuangan Wawan Parasana. Seorang penjual cendol yang bertahan hidup di tengah hantaman pandemi Covid-19. Selain berjualan cendol dan sate suntung di pinggiran jalanan, Parasana juga menambah pundi-pundi kebutuhan hidup hingga saat ini dengan keahliannya sebagai seorang pelukis.
“Selain berjualan cendol dan sate suntung, kesibukan saya adalah melukis. Alhamdulillah banyak yang menggunakan keahlian saya, untuk melukis dinding cafe, rumah, restoran, dan sekolah. Hasil lukisan itu, sering disebut kebanyakan orang dengan mural,” ungkap Parasana kepada Barta1.com, Jumat (28/4/2023).
Bukan itu saja, dirinya juga pernah mengikuti perlombaan mural di iven Manado Fiesta, dan mendapatkan peringkat ke 3 dengan karya berjudul: Hidup Bersama Harus Dijaga.
“Jika ditanya awal menjadi seorang pelukis. Iya mungkin ini, sudah menjadi kebiasaan sejak kecil, yang suka dengan mewarnai. Begitupun, ketika duduk di bangku SMP. Saya sudah memulai mendalami kesenian, berupa melukis objek dan kaligrafi,” tuturnya.
Akan tetapi, ada yang lebih mendorong Parasana mendalami dunia lukis ini. Ya itu, ketika melukis perdana di rumah gurunya. Dan hasilnya, disukai banyak orang. Setiap melukis pasti ada keuntungannya. Bukan dilihat dari materinya saja, melainkan bagaimana setiap orang menyukai karya kita.
Sebenarnya, menurut Parasana, setiap orang bisa menjadi pelukis jika mereka serius dan betul-betul tekun mendalaminya. “Kebanyakan orang menyebut pekerja mural adalah mereka yang memiliki bakat alami. Namun, menurut saya bukan itu saja. Tetapi, ketekunan dan keseriusan dalam mendalaminya yang terpenting,” terangnya. “Setiap pekerjaan pasti ada tantangannya. Bagi saya, semakin sulit sebuah mural, maka mendorong saya lebih menyukai sebuah tantangan,” pungkasnya.
Peliput : Meikel Pontolondo
Discussion about this post