WATU PINATIK
Karya: Iverdixon Tinungki
bagi anak moyang yang mencari pesan abadi buat takdirnya
yang bertanyatanya makna gemersik sungai
dan kesepian hatinya
mari upacarai hieroglif watu pinatik
yang merahimkan petapeta cahaya penuntun jalan
ke mana kau menyusuri musim
ketika ia datang dalam wujud gigigigi menerkam
karena sejak bontayan menjadi mahkluk danau
lobster hitam mendekam di liangliang
para walian telah penafsir pesan Tuhan
dan burungburung bersuara di hutanhutan malam
di telagatelaga di mana bungabunga memecah
tertambat bilangan abad yang terus disusunnya
disusun tetua pertama dalam maeres
disenandungkan gununggunung saat padipadi menguning
tapi barangkali kita keliru membajak ladang sejak kisah kopi
tersuruk di sejarah yang hilang
o anoaanoa liar
o satwasatwa di cagar
damarkanlah hikayat lembahlembah pakasa’an
watu pertama dan ribuan mimpi ini ingin kubancak
ke dada orangorang yang tahu letak pucatnya senja
2014
WANUA MAIJESU
Karya: Iverdixon Tinungki
aku mau ke watu mengupacarai keringat
mengeras batu
walian…
sudah zumigi, sudah rumages
segerombolan pisok berselancar di gunung Tuhan
menyongsongku di gerbang kinilow
memperagakan lakon tetua
tu’ur in tana
o bau padi. o ladangladang sedih
kemenyan tua menyigi perjalanan cahaya
melintasi lembahlembah
menyambutku o
rumahrumah kayu, arsitektur cerita
petakpetak pemandangan perdu
bunyi kumbang di tebing bambu sahut menyahut
merunut wanua maijesu dalam dongeng ritual batu
beratusratus tahun moyangmoyang pakasa’an
memantrai kayu
punah di sulur waktu
bertubuh ke mimpiku
2014
*) Wanua Maijesu: kampung purba Kinilow, Minahasa.
SITUS TOMBULU
Karya: Iverdixon Tinungki
situs batu, air keramat
dewadewa menanam jimat
jegger merah sudah kau pahat dalam mata api
kabasaran menarilah. menarilah
mari…
ke padang lokon gunung empung
moyang pertama datang dengan perahu
sudah melabuh dalam jejak burungburung
menumbuhkan sayap ke mimpi turun temurun
di amfiteater kupandang derai malesung
menjulangkan gununggunung, api berkobar
menetaskan manguni ke bumi
dan pisokpisok menyusup irama ladang
derap kuda para petarung menyosong abad
remuk dan lebam
anakanak moyang
walakwalak dengan jejak sawah
kelak tak lagi mempertempurkan amarah
dari dongeng ambilingan
ia akan mendupa wangi ke alir sungai sejarah
situs tua kau jaga itu
mendetak dalam darah
dalam darah!
2014
ANTARA TORAGET TUMARATAS
Karya: Iverdixon Tinungki
antara toraget tumaratas
apa harus kutulis padamu junio
di masa lalu walian bertanya pada burung
apa dikabarkan empung di perlintasan itu
aku masih menyimpan geriap hulu sungai
menampung pecahan kabut matamu
di suatu hari yang sendu
lima abad kemudian di palamba
kupandang hamparan kebun terung
dan kemistri burungburung mengabari letak jejakmu
begitu jauh
sejauh kabarkabar hilang di bandarbandar asing
dan kapal karam meninggalkan keturunan para pelaut
di rimba tinggi temboan
kayu hitam dan sisa rumah bagan dengan katukatu sejuk
masih mengisahkan nyanyian lelurik para tumani
terus hidup bercocok tanam
di sini hidup selalu seperti matahari junio
terus bersinar, dan bajakbajak terus dibancak
akarakar mendapati gembur tanah
dan tumani yang bernyanyi itu
mempestakan iringiringan tarian
di mata gadisgadis gunung yang mempesona
antara toraget tumaratas
hausku yang kering itu tersedu junio
meski tak ada lagi bunyi pasoringan
buat ku bertanya pada moyang; kapan kau pulang
barangkali sebuah dongeng harus kuulang padamu junio
sejauh mana kau berlari, waktu selalu punya cara menepati janji
dan di perlintasan antara toraget tumaratas
di perduperdu yang berdiri bagai pergola
bayangbayang karema yang agung meneguhkan sepiku
saat menelusup ke lumut batubatu
selalu menanti
menanti ziarahmu suatu ketika nanti
2014
Discussion about this post