Sangihe, Barta1.com — Aktivis Jull Takaliuang mengaku kecewa. Kondisi itu menyusul pertemuannya dengan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, untuk menyerahkan lembaran pernyataan sikap masyarakat lingkar tambang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Jumat (28/01/2022).
Penyerahan dokumen pernyataan sikap menolak tambang yang dikelola PT Tambang Mas Sangihe itu pada gubernur, sedianya akan dilakukan 5 kapitalaung (kepala desa) dari kawasan lingkar tambang. Gubernur Olly sendiri bersama rombongan datang menghadiri sidang MPL Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) yang digelar di Tahuna, ibukota Sangihe.
Di Hotel Dialoog Tahuna, awalnya kelima kapitalaung telah disetujui untuk menyerahkan dokumen itu langsung pada gubernur. Namun rencana berubah. Menurut Jull, seorang intel kepolisian meminta yang diizinkan masuk ruangan menemui Olly hanya dirinya saja. Dikawal ketat personil keamanan dan protokol gubernur, Jull menemui Olly di salah satu ruang makan. Ketua DPRD Sulut Andi Silangen, aku Jull, juga berada dalam ruangan itu.
“Saya dipersilahkan duduk di kepala meja, di sana ada kursi kosong, saya risih dan minta duduk di tempat lain, tapi protokol memaksa saya,” katanya pada Barta1, Jumat (29/01/2022).
Menurut Takaliuang, Gubernur langsung memarahinya. Olly bertanya tambang mana yang tidak dia tolak. Olly juga, lanjut Jull, terlihat gusar karena Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan serta Menteri Agama Yahut Cholil Qoumas batal datang karena dengar kabar ada demo masyarakat menentang tambang di Tahuna.
“Ini kerugian besar bagi warga Sangihe,” tegas Olly.
Baca juga: Massa Aksi Batal Bertemu Gubernur, Sekum PGI Sebut Ikut Tolak Tambang
Merasakan suasana yang tidak kondusif dan seperti didudukan dalam posisin sebagai ‘pesakitan’, di mana semua mata menatap dengan amarah, maka Jull Takaliuang menghempaskan 2 map berisi surat yang hendak diserahkan di atas meja yang dikelilingi para pejabat tersebut, lalu beranjak pergi dengan gusar.
“Saya dipanggil untuk menyampaikan surat penolakan ini mewakili masyarakat, tetapi saya diperlakukan seperti musuh pemerintah,” kata dia.
“Saya bukan staf khusus atau Kadis bawahan gubernur yang bisa dimarahi di depan banyak orang seperti itu. Saya tidak punya kepentingan politik, tidak ingin naik jabatan apapun, saya hanya berjuang untuk keselamatan dan ruang hidup masyarakat Sangihe,” kata Jull lagi, emosionil.
“Kalau Menko Marivest batal berkunjung hanya karena mendengar akan ada aksi damai, itu terlalu mengada-ada dan didramatisir. Apakah sedikit petugas keamanan yang mengawal seorang Menteri? Apakah masyarakat Sangihe teroris yang harus ditakuti atau punya pistol? lalu apa hubungannya dengan Menteri Agama juga dibawa-bawa? Ini alasan yang tidak masuk akal,” tandas dirinya.
Jull segera beranjak keluar dari ruangan tersebut. Beberapa petugas masih mengejar memanggilnya untuk kembali, tetapi dengan sangat kecewa dan marah dirinya terus berjalan ke arah portal menuju jalan raya di mana rombongannya sedang menunggu.
Rencana pertemuan dengan Gubernur yang hadir bersamaan sidang PGI dilakukan selaras dengan aksi damai penolakan PT TMS beroperasi di Sangihe. Koordinator aksi memastikan, demo tersebut tak dimaksud mengganggu jalannya proses persidangan tersebut. Dalam aksi yang kesekian kali ini, ratusan warga turun ke ibukota kabupaten untuk menyuarakan keberatan atas aktivitas pertambangan yang mengancam ruang hidup mereka, serta kelestarian alam. (**)
Peliput: Rendy Saselah
Editor: Ady Putong
Discussion about this post