Manado, Barta1.com – Vespa punya daya tarik, dan ciri khas tersendiri ketika digunakan berjualan kopi, maupun cendol. Hal itu, disampaikan Petrich Kabenaran kepada Barta1.com, Kamis (13/1/2022).
Jembatan Dendengan, Lingkungan V, tepatnya dekat Kantor Lurah Dendengan menjadi lokasi sehari-hari Patrich mangkal dengan vespa kuning dilengkapi kas berisikan cendol, dan payung yang menutupi dirinya saat berjualan.
Anak ketiga, dari tiga bersaudara ini, pasangan Stans Tenda dan Maclon Kabenaran ini memulai bisnisnya sejak 28 September 2020. “Inisiatif berjualan cendol untuk bertahan hidup di tengah pandemi, karena saya diistirahatkan dari pekerjaan sebelumnya di Cafesebelah Kota Palu sebagai koki,” jelasnya.
“Keuntungan cendol seharinya mencapai Rp 200.000, hingga Rp. 500.000 dengan 30-50 cup yang terjual. Cukup untuk kebutuhan makan dan minum, tabungan serta jalan-jalan,” tuturnya.
Ia menyebutkan dengan hasil cendol bisa berkunjung ke Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara menggunakan motor tua yang ia gemari yakni vespa. Adapun tantangan tersendiri saat berjualan cendol. “Penjual cendol seperti kami tantangannya bukan orang tidak membeli akibat pandemi, tetapi cuaca hujan tiba. Jika hujan tiba maka penyediaan cup mengurang, bisa saja keuntungan hanya Rp.100.000, atau kembali modal,” ucapnya Anki Fals sapaan akrab rekan-rekannya.
“Tetapi bersyukur jualan selalu habis ketika dihampiri teman-teman pecinta motor tua, atau masyarakat sekitar Dendengan,” ujarnya.
Lelaki kelahiran Sangihe 13 Februari 1992 ini mengatakan dirinya saat ini sudah bekerja. “Saat ini sudah ketambahan pekerjaan lagi, dimana dipercayakan sebagai kepala koki di Resort Poopoh, sedangkan berjualan cendol diwaktu off yakni hari Selasa, Rabu dan Kamis,” cetus alumni Pariwisata Politeknik Negeri Manado ini.
“Dengan hasil pekerjaan saat ini, dan keuntungan cendol buat jalan-jalan ke lokasi yang baru, kemudian ingin membuka restoran sendiri. Itu impian saya,” pungkasnya.
Peliput : Meikel Pontolondo
Discussion about this post